Bureaucracy And The Alternatives In World Perspective
Edited By
Keith M. Henderson and O.P.Dwivedi
Diterjemahkan Oleh: Gede Sandiasa
Mencari Alternatif-Alternatif
Dalam bab ini membahas dua model tipe ideal dalam
pembangunan meliputi nilai universal pembangunan “human needs-centered” (orientasi pada kebutuhan manusia) dan
pembangunan berkelanjutan “sustainable
development”. Pada kenyataannya model pembangunan seperti demokrasi kapitalis
liberal, komunis, Sarvodaya, Kebangkitan Islam “islamic revivalist” (kebangkitan Islam) dan teologi kebebasan “liberation theology”. Pengembangan
administrasi, dalam perbandingan administrasi publik masih menggunakan kajian
pola-pola yang lama, yang masih menekan utara dan masih terikat pada desain
universal yang tunggal kompetitif di
dunia ekonomi, dari konsep Weberian meliputi alternatif debirokrasi dan
privatisasi. Terdapat satu pendekatan dalam pembangunan masyarakat dengan
melakukan perubahan “bottom up”
sebagai contoh David Korten, menganjurkan strategi dalam mengkreasi ekonomi
lokal untuk memperkuat masyarakat miskin dan komunitas kecil dilibatkan dalam
jaringan kompetisi global. Hubungan pusat-daerah, organisasi
kementerian atau departement,
peran pranata, kelompok grassroots (kalangan
bawah), berkenaan dengan lisensi,
perizinan dan regulasi, dan rekrutmen/mekanisme sosialisasi apapun,
tenaga administrasi yang diperlukan
tidak dibahas. Paradigma feminis yang juga memberikan
kontribusi dalam pembangunan berkelanjutan dibahas pada bab 4, di bab 5
membahas hal sama, struktur moral pemerintah dan organisasi dengan representasi
gender dan mengarah pada pemikiran partisipasi “bottom up” organisasi yang mendasar pada manajemen demokratik.
Sedangkan desentralisasi organisasi yang berorientasi pada rakyat, sebagai
contoh administrasi irigasi nasional Pilipina didiskusikan pada bab 6, hal yang
menonjol kemandirian ‘self-help’ dan
partnersip-hubungan kerjasama antara publik, privat dan organisasi-organisasi
lainnya, akan diungkapkan secara gamblang. Perkembangan baru dari pengembangan
administrasi dua model pokok yang dibahas diikuti lima model deskriptif.
Mega-Model dalam Pembangunan
Model-model pembangunan dipengaruhi oleh teori-teori
ekonomi, sosial dan politik sebagai kebutuhan negara atau wilayah. Di abad 21
model dan teori baru diperlukan sebagai panduan administrasi negara dalam
pelaksanaan pembangunan. Semua model dikembangkan sebagai hasil evaluasi
terhadap kesepakatan dua mega-model yaitu pembangunan berorientasi pada
kebutuhan manusia dan pembangunan berkelanjutan.
A. “Human-Need-Centered
Development (HNCD)
HNCD mendasarkan pada kebutuhan mengkreasi kondisi baru
dalam konsep pembangunan, sebagai akibat bangkrutnya komunis dan terjadi
pelebaran gap antara dunia Utara dan Selatan, disamping itu pada kenyataannya
apa yang ditampilkan oleh teori-teori sosial dan ekonomi tidak lengkap dan tidak
mampu mencukupi. Kebijakan-kebijakan pemerintah, pembangunan dan administrasi
harus mampu mempertemukan kebutuhan manusia “human need”. HNCD mengakui model teori ekonomi, politik, sosial dan
moral tidak merupakan bagian yang terpisahkan. Kebutuhan dasar manusia menjadi
titik fokus HNCD, namun pertanyaan menantang dari HNCD adalah bagaimana
mencapai kebutuhan individu secara terpuaskan?. HNCD berusaha menempatkan “people” menjadi titik sentral pemikiran
dan faktor penentu melalui pendekatann partisipasi. Pendekatan ini sangat
fleksibel tergantung pada situasi negara maupun politik tetapi memiliki tujuan
yang sama. Dalam hal ini pelayan masyarakat dan pemerintah diharapkan memiliki
moral yang mulia dalam tindakan-tindakan mereka, memiliki kemampuan untuk
melaksanakan administrasi secara efektif, dan menempatkan faktor manusia
menjadi yang utama, memerlukan staf yang akuntabel terhadap publik dalam
melayani kebutuhan publik. Individu-individu dalam masyarakat harus diakui dan
dilayani penuh martabat dan respek; arogansi petugas mesti dihilangkan termasuk
sikap pilih kasih dan korupsi.
B. Pembangunan yang berkelanjutan
“Sustainable
development”, merupakan pendekatan kedua model ini mendasarkan pada
pemikiran dan konservasi
sumber daya
alam yang terbatas dari sejumlah
negara, dimana dalam kehidupan
organisasi politik masih memandang lingkungan, dalam ini sumber-sumber harus dipergunakan
dan diekploitasi untuk kepentingan privat, berakibat berbagai teori pembangunan
menghadirkan dampak degradasi terhadap lingkungan di masa mendatang.
Preposisi
pembangunan berkelanjutan telah hadir pada laporan komisi Bruntlan tahun 1987,
berkaitan dengan pembangunan ekonomi dan lingkungan dalam agenda 21 (1992)
hasil dari konferensi tentang lingkungan dan pembangunan (KTT Bumi) di Rio De
Janeiro.
Pembangunan berkelanjutan bergantung pada konsensus
sosial yang mengakui kebutuhan untuk memproteksi sumber, berdasarkan pada
pemenuhan kebutuhan manusia “people”
. Kesuksesannya bergantung dari imput para pengambil kebijakan, ahli ekologi,
ahli ekonomi, dan lain sebagainya, termasuk para individu dari kalangan bawah.
Pembangunan berkelanjutan mengkombinasi manajemen sumber daya dengan produksi,
ketersediaan pekerjaan yang cukup, ketahanan pangan, keterbukaan akses produk,
distribusi peluang dan pemerataan sumber-sumber antara gender dan antar
generasi.
Secara
ekonomi lingkungan dipandang sebagai komidity yang tersedia untuk diekploitasi,
peran pembangunan berkelanjutan adalah merubah persepsi mereka terhadap sumber
daya tersebut, dimana sumber daya secara alamiah terbagi atas sumber yang dapat
diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui, modal buatan manusia dan modal
budaya, meski diakui ada dua hal yang berbeda antara kemajuan dibidang ekonomi
dan keterbatasan sumber daya alamiah.
Secara politik, pemerintah bertanggungjawab dan
responsibilitas sebagai pengarah kemajuan program nasional yang mengacu pada pembangunan
berkelanjutan, mendorongnya dalam prinsip-prinsip legislasi, kebijakan
eksekutif dan keputusan-keputusan investasi. Juga memfasilitasi upaya-upaya
yang dilakukan oleh NGO dan kalangan masyarakat yang bergerak dalam penanganan
masalah lingkungan. Pada tahun 1997 UNGASS “United
Nations General Assembly Spesial Session” sesudah 5 tahun agenda 21 pada
tahun 1992., para delegasi mendiskusikan melebarnya gap antara negara kaya dan
negara miskin dan kekecewaan terhadap kemajuan tujuan KTT bumi. Kebijaksanaan
manajemen sumber daya, distribusi kemanfaatan secara adil, pengurangan dampak
negatif dari pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan, tapi selatan merasakan tekanan
tidak beralasan untuk mengejar agenda utara, sedangkan bagian utara menolak untuk menanggung apa yang dianggap
sebagai beban yang tidak semestinya. Mengalami kesulitan dalam mempertemukan
antara pembangunan ekonomi dan lingkungan, antara Utara dan Selatan, tidak
mendapat kepuasan tentang kekurangan dari pembaikan kontruktif sejak tahun
1992.
Kewajiban dari para administrator untuk menterjemahkan
kondisi objektif kedalam tindakan administrasi dengan menggunakan pandangan
yang berorientasi pada rakyat secara terbuka dan imparsial. Dibeberapa tempat
spiritual/religi diajarkan untuk mempersiapkan para adiministrator dan
masyarakat dalam memperlakukan, meningkatkan kesadaran dan sensitifitas
terhadap lingkungan melalui penyebaran nilai-nilai, yang tentunya perlu
kemampuan moralitas dimiliki oleh para administrator.
Model-model lain dalam Pembangunan
1) Model Demokrasi Liberal Kapitalis (LCDM)
Model ini masih berkarakteristik model Selatan atau Utara,
dimana mempergunakan konsep–konsep demokrasi dan kemajuan menjadi landasannya.
Sebagai kritikan pada konsep ini nilai-nilai seperti kehidupan yang bebas dan pencapaian
kebahagiaan yang abadi, perdamaian, kebutuhan dan pemerintahan yang baik juga
mengemuka, berdasarkan pada pilosophi liberal klasik dari tokoh Jhon Locke dan
Monstesquie menekankan individualisme dan menghasilkan bahaya dari ambisi yang
tidak semestinya, dimana penekanannya pada bisnis dan komersial. LCDM ini
bertahan dan dipraktikan mencapai 300 tahun, negara-negara yang melaksanakan
konsen pada kebebasan berusaha, inovasi dan konsumerisme. Konsumerisme
dikatakan mendefinisikan status sosial, politik dan ekonomi di dalam negara
LCDM dan struktur perusahaan diarahkan pada keinginan para kunsumen,
nilai-nilai spiritual terabaikan.
2) Model Pembangunan Komunis (CMD)
Model ini berlandaskan pada teori klas dari Marxis, teori
ini hadir sebagai akibat kritikan terhadap ekploitasi para pekerja di dalam
industrialisasi, semenjak dideklarasikan kapitalism oleh kaum elit berjuis. CMD
mendukung penghancuran terhadap ekonomi kapitalisme dan meredistribusi
kesetaraan kekayaan, melakukan restrukturisasi sosial mengambil kekuasaan dan
kekayaan dari sejumlah elit dan
melimpahkannya ke dalam genggaman kaum proletariat/klas pekerja. Kekuasaan
menyebar keseluruh negara yang dulunya dikuasai oleh para elit dan kapitalis
berpindah ke tangan elit baru.
Pada tahun 1917 di Rusia ditangan Bolshevik Partai yang
berbasis prinsip-prinsip Marxis-Leninisme menghadirkan kekuasaan sentralisasi
ke dalam satu partai pada seluruh sistem pemerintahan dan perusahan maupun
investasi, berlaku diktator mengontrol pembangunan sosial dari negara dan
menghilangkan kekuatan struktur klas. Partai berkuasa pada semua sistem,
monopli kontrol negara, pada semua organisasi sosial, dan hubungan komunikasi.
Pada akhirnya menghadirkan sentralisasi demokrasi, seluruh adminitrator dipilih
secara bottom up, tetapi keputusan
dilaksanakan top down, fokus pada
publik melawan kapitalisme. Secara sosial komunis membatasi kebebasan individu,
partai melakukan kontrol pada semua aspek kehidupan, penekanan pada
kebutuhan-kebutuhan kaum proletariat, terjadi diktator klas pekerja,
kesimpulannya terjadi perubahan hirarki kekuasaan tetapi tidak terjadi
perubahan mendasar struktur kekuasaan, dari kekuasaan eselon tertinggi pindah
ke distribusi kekuasaan.
Secara ekonomi pembagian kekayaan dari kaum kapitalis
kedalam disain komunis, perusahaan privat dibatasi terhadap kepemilikan aset
dan perencanaan investasi di dalam negara. Langkah pertama partai
menasionalisasi perbankan dan asuransi dalam proses kepemilikan negara dan
pengontrolan ekonomi. Di dalam sistem pertanian diberlakukan pola kolektivitas,
petugas publik dipengaruhi secara sosial, kultur, spiritual dan ekonomi oleh
partai. Sistem komunis ini bertahan sampai tahun 1990an kecuali di China
perberlakuannya secara berbeda mereka merangkul ide-ide kapitalis dan mereduksinya
ke dalam sistem komunis.
3) Sarvodaya
Kebebasan Theologi Sarvodaya adalah alternatif penting
dalam LCDM dan CMD. Secara sepontan melalui pendekatan bottom up menyebar mendorong kesuksesan politik atau ekonomi
mencapai tujuan mendasarkan pada spirit tersebut. Dimana paham ini diinspirasi
oleh Gandi, memberi spirit kebebasan individu maupun kelompok dengan sama.
Sebagai akibatnya perubahan dilakukan secara dinamik, tanpa kekerasan dalam hal
tranfer kekuasaan di bidang politik, ekonomi untuk semua masyarakat. Pendekatan
ini diterapkan di Sri Langka sejak tahun 1950-an, selanjutnya gerakan ini
menjadi inpirasi dan retorika para pemimpin dan aspek religius menjadi gerakan
pada setiap tingkatan dalam melaksanakan taktik dan tujuan gerakan. Termasuk
dalam sistem pelayanan pemerintah yang menggunakan pendekatan bottom up, kemandirian, dan
gagasan-gagasan ini menjadi dasar moral para administrator pemerintah
serta organisasi pelayan publik lainnya. Terdapat enam komponen pendukung dari
pendekatan Sarvodaya yaitu: politik, ekonomi, sosial, moral, budaya dan
spiritual. Gerakan ini disebarkan dan menjadi gerakan keilmuan para guru dan
disebarkan pada sistem pendidikan secara aktif diseluruh negara.
Dibidang sosial pendekatan ini diarahkan guna mencapai
kesamaan dan solidaritas, utamanya kebutuhan tentang kesehatan dan pendidikan,
guna dapat mencapai dan meningkatkan status masyarakat. Kepentingan individu
dan kelompok berjalan bersama-sama, gerakan demikian disebut dengan “abhyudaya”. Dibidang pembangunan ekonomi
kemandirian menjadi landasannya, “the lifting
up of all and everyone together” (mengerjakan semua secara bersama-sama),
dengan sedikit partsipasi dari luar. Seluruh orang berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi melalui pemikiran Sarvodaya yang berlandaskan pada
partisipasi semua orang “hand in hand”,
segala umur, jenis kelamin, dan pemenuhan kebutuhan formal maupun informal.
Pendekatan ini sebenarnya mengadopsi konsep berharga Swadeshi, dimana kekuatan semua orang “people power” digunakan dalam memenuhi segala kebutuhan dan
berbagai konsumsi mereka.
Dibidang politik fokus pada desentralisasi partisipasi
dalam proses pengambilan keputusan. Menolak
pelembagaan politik kekuasaan dan
struktur kekuasaan, melainkan menekankan
partisipasi dan pelayanan publik dalam konteks politik yang tidak menggunakan
struktur dan proses kekerasan. Dalam aspek moral
Sarvodaya dibangun pada konsep Dharma (kebijaksanaan;
perilaku yang benar), yang sebenarnya diterapkan secara baik dalam tradisi
keagamaan. Premis yang dipergunakan meningkatkan martabat “dignity” dan kepedulian “self
respect” terhadap orang lain dengan mengurangi pembunuhan, mencuri,
berbohong, penyimpangan seksual dan penggunaan obat, dilaksanakan pada
rumah tangga maupun pada tingkatan lebih tinggi.
Di Bidang
budaya, menekankan pada hubungan yang harmonis, tidak saja antara manusia
tetapi juga dengan semua mahluk hidup yang lain. Memberikan kebebasan pada
seni, puisi dan arsitektur, dimana diakui bahwa unsur-unsur budaya ini juga
mempengaruhi faktor-faktor pembangunan lainnya.
Sarvodaya adalah gerakan spiritual, berharap untuk merubah
orang dari kehidupan dengan keserakahan, kebencian dan kebodohan menjadi orang
dengan kesadaran, kebenaran dan kasih sayang.
4) Theologi Liberasi
Theology Liberasi hadir dari theologi Protestan dan
Katolik, dimana pada tahun 1962 kelompok
Gereja dan masyarakat di Amerika Latin (ISAL) memunculkan alternatif yang dikembangkan
dari konsep Injil dan revolusi politik perlu dilakukan dengan aliran marxis
masih merupakan strategi yang tersedia untuk mencapai tujuan. Teologi Liberasi
sebenarnya sangat tertutup dan cenderung diambil dan diterapkan pada
elemen-elemen Gereja Katolik. Pendekatan ini sukses dan menjadi gerakan penting
yang melandaskan diri pada Injil dan sistem gereja.
Dibagian yang lain Christian Base Communities (CEBs)
didirikan dibeberapa tempat di Ameirka Latin mendapat reaksi dari gerakan
sosial dan ekonomi yang mencari kebebasan dan hak politik dibahas di di bab 9. Salah satu tujuan yang lebih mulia dalam
gerakan ini adalah “Tuhan bekerja melalui Liberalisme dalam mewujudkan kerajaan
yang damai, adil, dalam kesamaan dan kesejahteraan tersebut di dalam Injil”,
teori ini merupakan konsep religi yang dipraktekkan. Peran
imam katolik liberasion
sangat penting, dengan oposisi terhadap pemerintah yang
dipandang sebagai sumber
korupsi dan eksploitasi hal ini di
jadikan kunci penting, dimana penekanannya pada perjuangan kaum miskin terhadap
tuan tanah, para elit dan pemimpin politik. Marxis
dan pendekatan lainnya diterapkan pada seluruh aspek yang mengarah pada “equality” (kesetaraan) dan “dignity” (martabat).
Penulis Brasil
Leonard Boff menyebutkan bahwa librasi beraliran Kristen menjadi panutan yang menjanjikan kehidupan di dunia yang kekal dan
layak.
Terdapat
sembilan tema sentral dalam Teologi Liberalisasi yaitu:
1)
Hidup
dan iman yang benar secara bebas
2)
Sisi
Allah yang hidup dengan tertindas melawan firaun
di dunia
3)
Dunia
adalah Program Allah dalam sejarah dan keabadian
4)
Yesus,
anak Tuhan memberikan kebutuhan kita semua secara gratis
5)
Roh
kudus, sebagai ayah bagi orang miskin, dalam perjuangan kaum tertindas
6)
Maria
adalah nabi wanita yang membebaskan rakyat
7)
Gereja
menyetujui liberasi pada masyarakat “people”
8)
Hak orang miskin adalah hak Allah
9)
Liberasi potensi manusia menjadikan lebih liberatif
5) Revivalism Islam (kebangkitan Islam)
Revivalism Islam diterapkan di Iran, Saudi Arabia,
Afganistan dan Sudan dimana masyarakat konsen pada urusan negara dan masyarakat
berlandaskan ketaatan pada Qu’ran, sering dikenal dengan “Islamic Fundamentalism”. Menerjemahkan dan mengadopsi pemahaman
“Allah” dari Qu’ran secara brutal dan primitif seperti di terapkan di Sudan dan
Afganistan. Pemahaman islam merupakan keyakinan totalitas yang diterapkan pada
semua aspek kehidupan, dengan menerapkan hukum “Shari’a” aturan langsung dari
Allah kepada masyarakat. Penerapan Revivalisme Islam hadir menjadi gerakan yang
bervariasi di negara Algeria, Turki, Mesir, Kuwait, Bangladesh dan Malaysia. Di
negara Islam lainnya Shia dan Sunni memiliki pemahaman yang sempurna tentang
kebenaran, deklarasi islam tentang hak-hak warga negara.
Di Bidang sosial, rivivalisme islam berusaha
mengkombinasi egalitarisme, puritanisme militan, dengan penekanan pada
individual. Negara memberikan hak untuk memerintah dan mengatur individu dengan
intepretasi “Qur’an”. Dibidang ekonomi, dalam mengelola ketersedian
sumber-sumber material dan alamiah, religi, dan kelembagaan sosial lainnya
melandasakan pada filosopy islam yang mensuport dan mengontrol superstruktur
sosiopolitik. Dalam setiap aktivitas termasuk ekonomi, disemangati oleh
keharusan terjadi keselarasan tujuan dan nilai-nilai islam.
Secara politik, mengacu pada tujuan prinsip dari
masyarakat islam yaitu memaksimalkan kesejahteraan masyarakat “social welfare”, seperti Islam Arabia
“kepasraan dan perdamaian” orang Islam dengan menyebutkan “Allah” akan
menemukan kedamaian didalamnya. Secara moral, politik Islam terutama Saudi
Arabia dan Iran menentang minuman, narkotika, aborsi, homoseksual dan pranikah.
Termasuk juga penerapan hukum, yang melarang wanita bersama laki-laki di tempat
umum.
Dapatkah dijadikan
model-model Alternatif PengembanganAdministrasi?
Pengembangan alternatif berorientasi pada kebutuhan manusia dan
keberlanjutan akan dikombinasikan pada pengembangan administrasi. Pendekatan ini yang pertama memperhitungkan
dampak yang mungkin dari kedua model-model alternatif pengembangan administrasi
dapat menerima dampak tersebut. Pendekatan ini menuntut menggantikan kekurangan
model pengembangan demokrasi kapitalis dan komunis. Di mana komunis hanya
memberi sedikit ruang bagi individual, sebagai penyebab kebangkrutan ekonomi,
politik dan sosial dan tidak lagi eksis di masa depan kecuali model alternatif
yang dilaksanakan oleh Cina. Perkembangan demokrasi liberal berjalan sampai
sekitar 100 tahun sedangkan alternatif komunis berjalan sekitar 50 tahun, Bank
Dunia, IMF, organisasi Pembangunan US dan beberapa negara barat menganjurkan
administrasi publik mesti direformasi melalui downsizing,
deregulasi, debirokratisasi, dan demokratisasi. Selanjutnya pada
perkembangan di dunia ketiga yang mendasar pada “cultered bound” karakteristik yang diperkirakan preskriftif
universal yang dimasukkan oleh dunia barat. Tod J Moss menempatkan hal ini
secara baik: “Tesis yang hadir di US secara mendasar melalui philosopy liberal
dan konsep modernitas serta program-program demokrasi luar, tidak dibutuhkan
evolusi natural dan universal dari pembangunan manusia. Untuk itu
dikosentrasikan pada ancaman dari ekses materialism dan neo-kolonialisme atau
kehadiran neo-liberalisme, dan mengarah pada model komunis, apakah model-model
alternatif memiliki hubungan yang
signifikan dengan model-model pengembangan administrasi? Terdapat tawaran yang
lain, dilandaskan pada nilai spiritual dan religius, yang dapat diterapkan
diberbagai tempat menjadi model besar : “human
needs centered and sustainable development”. Sebagaimana halnya yang
diterapkan secara baik di Timur Tengah yaitu “Islamic Revivalism”. Telah
terjadi pergeseran nilai materialistis ke pasca materialistik di negara-negara
eropa, soviet dan beberapa negara lainnya. Sebagai perkembangan terakhir
harapan akan kebebasan, ekpresi diri, dan kesamaan hidup. Prospek administrasi
dalam merealisasi “post-materialist
value” dan spirit budaya sebagai berikut.
Sarvodaya; gerakan non-materiil Sarvodaya diimplemtasikan pada
model administrasi, dan diadaptasikan pada pemerintahan yang lebih luas
termasuk diterima dan menjadi pendukung para pemimpin politik di Sri Lanka
dalam memenuhi kebutuhan pendukung paham Mahatma Gandi, gerakan ini sebagai
kasih sayang, kejujuran, keterbukaan dan imparsialitas, selanjutnya diadakan
pelatihan dan reorientasi pada pelayan masyarakat. Kepekaan dan responsibilitas
dengan hati dengan mendasarkan pada dua watak kunci yaitu: kehormatan dan
martabat untuk semua. Sarvodaya dipopulerkan dengan pendekatan “bottom up” guna menjaga agar kebijakan
kondusif, responsif dan akuntabilitas. Alternatif ini selain efektif dalam
administrasi di Sri Lanka juga berlaku efektif di India.
Teologi Liberasi; menjadi peran kunci
di Amerika Latin, dan penerapan secara berbeda di Afrika Selatan,
didalam perjuangan anti apartheid
yang saat ini sudah runtuh. Dengan mengakses Gereja Katolik Roma dengan
didukung oleh gerakan feminis. Pelaksanaanya mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut, pertama para pekerja profesional dan pastur dilibatkan dalam kehidupan
sehari-hari komunitas dan masyarakat, seperti bercocok tanam, mengkontruksi
fasilitas-fasilitas, maupun melakukan kerjasama dengan agen lain seperti
serikat pekerja. Kedua membantu masyarakat lokal mengartikulasi dan
mengkoseptualsasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ketiga penilaian dan kesadaran sebagai hal yang integral dalam
mewujudkan persatuan. Administrasi humanistik diterapkan dalam waktu yang lama
dengan pengembangan aktivitas serikat perdagangan, koperasi dan berbagai bentuk
organisasi lain yang dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
Revivalism Islam; dapat dinilai sebagai kriteria administrasi yang baik
dan efektif di dalam dua model ideal-tipikal, alternatif merupakan kombinasi
dari konsep religi dan pemerintah, yang menempatkan seluruh individu dalam
dimensi pembangunan “human-centered”
dan berkelanjutan, tetapi dalam kenyataan juga mengakui terjadi diskrimasi
perempuan dan pengabaian terhadap lingkungan. disamping itu dalam penerapan di
Arab Saudi dengan Iran dan Sudan lebih represif terhadap hak-hak asasi manusia
serta ketidakmampuan toleransi dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa lain.
Kasus lain di Taliban Afganistan, melarang kaum perempuan untuk bekerja di
dunia pendidikan dan keluar negara afganistan. Dalam praktik administrasi para
pelayan sipil dilatih Shari’a, sedangkan pada muslim fundamentalis Sudan
dominasi dilakukan oleh militer dibawah kepemimpinan muslim Hasan Al-Turabi.
Kesimpulan
Program pembangunan nasional menghadirkan dengan
penekanan pada “sustainable human
development” sejak tahun 1990, tujuan pendekatan ini adalah untuk memenuhi
dan mengembangkan “human choice”
tidak hanya berkutat pada persoalan pendapatan. Dari catatan berkenaan dengan
penilaian secara global dari “human
progress” diterapkan dibeberapa negara dengan berbagai variasi dalam mewujudkan model
pendekatan kebutuhan manusia, utama penekanan terhadap peran penting kaum
perempuan, yang oleh pandangan isu institusi yang mengarah pada “sustainable society”.
Teori-teori pengembangan melintasi berbagai negara dan
wilayah, dengan penerapan teori yang berbeda pada wilayah yang berbeda. Sebagai
contoh fundamentalime islam tidak akan cocok diterapkan di negara-negara non
muslim, pendekatan-pendekatan teori hanya merupakan tipe ideal yang tidak
berlaku secara universal theologi liberasi dan Sarvodaya memperoleh
peringkat keberhaslan yang tinggi, karena menjadi moral, dan kode etik dalam
tingkah laku mereka. Setiap model merupakan teori yang baik, tetapi mereka
hanya mengambil satu yang bisa diterapkan, menjadi tujuan utama adalah memenuhi
kebutuhan dari sedikit orang ketimbang untuk kebaikan keseluruhan. Permasalahan
ini dialami dari penerapan berbagai teori apakah model komunis, model liberal
kapitalis demoktatik, juga demikian terjadi pada islam fundamental, sarvodaya
dan theologi liberasi.
Suatu ketika pembangunan administrasi berjalan baik
dengan mengerjakan, memfasilatasi organisasi private dan non-pemerintah dalam
satu kerangka kerja, di kesempatan lain menjadi partneship antar satu dengan
lainnya, diberbagai kasus. Setiap budaya berbeda dan menghadirkan perbedaan
penekanan, menjadi dasar etik administrasi yang diberlakukan secara umum.
Menjadi tantangan besar bagi pelaku besar dalam pengembangan administrasi seperti
World Bank, IMF, program pengembangan pemerintahan bilateral, dalam mentrasformasikan
retorika mereka dalam kenyataan yang mengarah pada pendekatan kebijakan “bottom up” memikirkan yang pertama
rakyat miskin dan kebutuhan untuk menjaga keberlangsungan lingkungan secara
bersama-sama direalisasikan dalam sebuah pembangunan. Kebutuhan esensial adalah
adanya perubahan dari materialis ke standar-standar post-materialis maupun spiritual.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny