Mata kuliah ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap calon sarjana mengenai pengertian, konsep dasar, hakekat, proses manajemen dan strategi kewirausahaan, ide dan peluang wirausaha, fungsi dan peran kewirausahaan, perencanaan
pengendalian keuangan, penggunaan sumber daya, tantangan kewirausahaan dalam
konteks global, karakteristik, kompetensi inti kewirausahaan, mampu
mengembangkan dan menerapkan life skill
bidang wirausaha, etika kewirausahaan, merintis usaha baru dan model
pengembangan, birokrasi pemerintahan
dalam konsep kewirausahaan.
Setelah pembelajaran ini selesai, mahasiswa diharapkan memahami dan mampu
menerapkan teori serta praktik kewirausahaan, pada setiap bidang pekerjaan.
Setelah pembelajaran selesai, mahasiswa diharapkan mampu:
a) mendeskripsikan konsep dasar, hakekat, karakteristik dan proses
kewirausahaan.
b) menguraikan manajemen dan strategi kewirausahaan.
c) menguraikan fungsi dan peran kewirausahaan.
d) mampu merencanakan pengendalian keuangan, penggunaan sumberdaya.
e) mampu menemukan ide, peluang dan mengenali tantangan wirausaha.
f) memiliki etika dalam bekerja dan berwirausaha.
g) merintis dan mengembangkan usaha baru.
h) memahami dan menerapkan kewirausahaan di dalam birokrasi pemerintah.
Pembelajaran dalam
satu semester (16 x pertemuan) yang terbagi dalam 2 satuan kredit semester (2 SKS)
setara 32 x 50 menit, mahasiswa diharapkan dapat menerima dan mendiskusikan
bahan pengajaran sebagai berikut:
1. Konsep dasar dan hakekat kewirausahaan
2. Kompetensi inti kewirausahaan
3. Karakteristik kewirausahaan
4. Proses kewirausahaan
5. Fungsi dan peran kewirausahaan
6. Ide dan peluang dalam kewirausahaan
7. Merintis usaha baru dan model pengembangan
8. Manajemen dan strategi kewirausahaan
9. Penggunaan sumber daya wirausaha
10. Perencanaan pengendalian keuangan
11. Tantangan kewirausahaan dalam konteks global
12. Life Skill sebagai unsur dalam Bidang Kewirausahaan
13. Etika bisnis dan kewirausahaan
14. Birokrasi pemerintahan dalam konsep kewirausahaan
Article
IV.
KONSEP
DASAR DAN HAKEKAT KEWIRAUSAHAAN
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Setelah mahasiswa mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan dapat
menjelaskan latar belakang, tujuan, konsep dasar dan hakekat dari wirausaha
|
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali
dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan
utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan
kreatifitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama. Secara sederhana arti
wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan, berjiwa berani mengambil
resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007: 18). Pengertian
kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik
berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan
organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter,
1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian
(Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say,
1803)
Disamping itu hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2006 menyebutkan bahwa jumlah
penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2006 sebanyak 39,05 juta atau 17,75
persen dari total 222 juta penduduk. Penduduk
miskin bertambah empat juta orang dibanding yang tercatat pada Februari 2005.
Angka pengangguran berada pada kisaran 10,8% sampai dengan 11% dari tenaga
kerja yang masuk kategori sebagai pengangguran terbuka, di tahun-tahun
berikutnya sampai tahun 2009 terus meningkat. Bahkan mereka yang lulus
perguruan tinggi semakin sulit mendapatkan pekerjaan karena tidak banyak
terjadi ekspansi kegiatan usaha. Dalam keadaan seperti ini maka masalah
pengangguran termasuk yang berpendidikan tinggi akan berdampak negatif terhadap
stabilitas sosial dan kemasyarakatan.
Kondisi tersebut di atas didukung pula oleh kenyataan
bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari
kerja (job seeker) daripada
pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini bisa jadi
disebabkan karena sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan
tinggi saat ini lebih terfokus pada bagaimana menyiapkan para mahasiswa yang
cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan, bukannya lulusan yang siap menciptakan
pekerjaan. Disamping itu, aktivitas
kewirausahaan (entrepreneurial activity) yang relatif masih rendah. Entrepreneurial activity diterjemahkan
sebagai individu aktif dalam memulai bisnis baru dan dinyatakan dalam persen
total penduduk aktif bekerja. Semakin tinggi indek entrepreneurial activity maka semakin tinggi level entrepreneurship suatu negara (Boulton dan Turner, 2005).
Untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan dan
meningkatkan aktivitas kewirausahaan, agar para lulusan perguruan tinggi lebih
menjadi pencipta lapangan kerja dari pada pencari kerja, maka diperlukan suatu
usaha nyata. Departemen Pendidikan Nasional telah mengembangkan berbagai
kebijakan dan program untuk mendukung terciptanya lulusan perguruan tinggi yang
lebih siap bekerja dan menciptakan pekerjaan. Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) dan Cooperative Education
(Co-op) telah banyak menghasilkan alumni yang terbukti lebih kompetitif di dunia
kerja, dan hasil-hasil karya inovasi mahasiswa melalui PKM potensial untuk
ditindaklanjuti secara komersial menjadi sebuah embrio bisnis berbasis Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Seni (Ipteks). Kebijakan dan program penguatan
kelembagaan yang mendorong peningkatan aktivitas berwirausaha dan percepatan
pertumbuhan wirausaha–wirausaha baru dengan basis IPTEKS sangat diperlukan.
Dengan latar belakang tersebut di atas, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi mengembangkan sebuah Program Mahasiswa Wirausaha (Student Entrepreneur Program) yang
merupakan kelanjutan dari program-program sebelumnya (PKM, Co-op, KKU,...) untuk
menjembatani para mahasiswa memasuki dunia bisnis riil melalui fasilitasi start-up bussines. Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW), sebagai bagian dari strategi pendidikan di Perguruan Tinggi,
dimaksudkan untuk memfasilitasi para mahasiswa yang mempunyai minat dan bakat
kewirausahaan untuk memulai berwirausaha dengan basis ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang sedang dipelajarinya. Fasilitas yang diberikan meliputi
pendidikan dan pelatihan kewirausahaan magang, penyusunan rencana bisnis, dukungan
permodalan dan pendampingan usaha. Program ini diharapkan mampu mendukung
visi-misi pemerintah dalam mewujudkan kemandirian bangsa melalui penciptaan lapangan
kerja dan pemberdayaan UKM.
Pemberian pembelajaran kewirausahaan memiliki tujuan agar
dapat:
1. Menumbuhkan motivasi berwirausaha di kalangan mahasiswa
2. Membangun sikap mental wirausaha yakni percaya diri,
sadar akan jati dirinya, bermotivasi untuk meraih suatu cita-cita, pantang
menyerah, mampu bekerja keras, kreatif, inovatif, berani mengambil risiko
dengan perhitungan, berperilaku pemimpin dan memiliki visi ke depan, tanggap
terhadap saran dan kritik, memiliki kemampuan empati dan keterampilan sosial.
3. Meningkatkan kecakapan dan ketrampilan para mahasiswa
khususnya sense of business.
4. Menumbuhkembangkan wirausaha-wirausaha baru yang
berpendidikan tinggi
5. Menciptakan unit bisnis baru yang berbasis ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
6. Membangun jejaring bisnis antarpelaku bisnis, khususnya
antara wirausaha pemula dan pengusaha yang sudah mapan.
Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas
dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (usaha dan kerja). Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari
berbagai pengertian wirausaha adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai
fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar atau di
dunia kerja. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan
dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan
menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan
tindakan yang kreatif dan inovatif. Wirausahawan adalah orang yang
merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya
menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan
perubahan, inovasi dan cara-cara baru. Selain itu, seorang wirausahawan
menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada
operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang
individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah
organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan
fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau
kondisional. Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan
sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang
diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya,
serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai
padanan wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata
swasta. Persepsi tentang wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah
penekanan pada kemandirian (swasta) bagi wiraswasta dan usaha (bisnis) pada
wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena
memang penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan
yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini diberbagai bidang lapangan
kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk survival dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan. Sedikit
perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama oleh para
pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika yang
diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang lebih
bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ)
dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang
berperan untuk hidup (menghadapi tantangan hidup dan kehidupan) maka pendidikan
wiraswasta yang lebih tepat. Sebaliknya jika arah dan tujuan pendidikan adalah
untuk menghasilkan sosok individu yang lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau
agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah
pendidikan wirausaha. Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan
yang diberikan sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata
wirausaha. Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek finansial maupun
personal, sosial, dan profesional (Soesarsono, 2002).
Pengertian Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku
kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada
upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru
dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik
dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kewirausahaan adalah suatu
proses kreativitas dan inovasi yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan
nilai tambah bagi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan
kemakmuran bagi wirausahawan. Kewirausahaan itu dapat dipelajari walaupun ada
juga orang-orang tertentu yang mempunyai bakat dalam hal kewirausahaan.
Strategi pendidikan yang diwujudkan dalam PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) bertujuan
membentuk softskill agar berperilaku
sesuai karakter wirausaha. Menurut Drucker (1985) dalam bukunya Innovation and Entrepreneurship
mengemukakan perkembangan teori kewirausahaan menjadi tiga tahapan :
a. Teori yang mengutamakan peluang usaha. Teori ini disebut teori ekonomi, yaitu wirausaha
akan muncul dan berkembang apabila ada peluang ekonomi.
b. Teori yang mengutamakan tanggapan orang terhadap peluang.
1.
Teori
Sosiologi, mencoba menerangkan mengapa beberapa kelompok sosial menunjukkan
tanggapan yang berbeda terhadap peluang usaha.
2.
Teori
Psikologi, mencoba menjawab karakateristik perorangan yang membedakan wirausaha
dan bukan wirausaha. Karakteristik perorangan yang membedakan wirausaha
berhasil dan tidak berhasil.
c. Teori yang mengutamakan, hubungan antara perilaku
wirausaha dengan hasilnya. Disebut dengan teori perilaku, yaitu yang mencoba
memahami pola perilaku wirausaha. Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai,
karena kewirausahaan pilihan kerja, pilihan karir.
Dari ketiga teori di atas, mitos/kepercayaan bahwa “orang
Indonesia itu tidak dapat menjadi wirausaha dan tidak dapat menjadi manajer”
dapat diruntuhkan, karena semua kegiatan dapat dipelajari, dilatihkan, dan
dapat dikuasai. Ciri-ciri seorang wirausaha meliputi : a) memiliki rasa percaya
diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan lingkungannya, b) berperilaku pemimpin, c)
memiliki inisiatif, berperilaku reatif dan inovatif, d) mampu bekerja keras, e)
berpandangan luas dan memiliki visi ke depan, f) berani mengambil risiko yang
diperhitungkan, g) tanggap terhadap saran dan kritik.
Cukup banyak tulisan yang mengemukakan adanya upaya yang
sudah cukup lama untuk memahami fenomena kewirausahaan. Siapa dan apa yang
dilakukan secara khusus oleh wirausaha telah mulai dirumuskan sejak tahun 1730
oleh Richard Cantillon. Namun, hingga saat ini upaya tersebut masih
berlangsung, karena kegiatan yang bercirikan kewirausahaan tidak hanya terbatas
dalam bidang bisnis dengan tujuan mencari laba. Yang membuat kewirausahaan
menjadi menarik banyak pihak untuk memahaminya ialah kontribusi istimewa yang
dihadirkan oleh mereka yang melakukan tindakan berkewirausahaan. Misalnya,
Timmons dan Spinelli membuat pengelompokkan yang diperlukan untuk tindakan
kewirausahaan dalam enam (6) hal, yakni:
1) komitmen dan determinasi, 2) kepemimpinan, 3) obsesi pada peluang, 4)
toleransi pada risiko, ambiguitas, dan ketidakpastian, 5) kreativitas,
keandalan, dan daya beradaptasi dan 6) motivasi untuk unggul.
Dari banyak kasus yang menggambarkan perilaku para
wirausaha sosial, misalnya para penerima Ashoka Fellows, dapat disimpulkan
bahwa keenam hal tersebut di atas dapat diadopsi sebagai karakteristik perilaku
dan sikap wirausaha sosial. Sebagai
bidang yang relatif baru berkembang, akan terdapat sejumlah pendapat yang tidak
seragam tentang apa itu kewirausahaan sosial dan siapa yang disebut sebagai
wirausaha sosial. Pendapat atau rumusan yang ada cenderung menggambarkan suatu
jenis wirausaha sosial yang unggul beserta karakteristik peran dan kegiatannya.
Berdasarkan temuan adanya pelbagai jenis wirausaha bisnis, sangat dimungkinkan
pula adanya sejumlah jenis wirausaha sosial. Pada fase ini akan ditelusuri
sejumlah rumusan kewirausahaan sosial yang telah didefinsikan oleh organisasi
dan ahli yang menggumuli bidang ini. Misalnya, Ashoka Fellows, yang
didirikan oleh Bill Drayton tahun 1980, menyebutkan karakteristik kegiatan
wirausaha sosial sebagai berikut: 1) tugas wirausaha sosial ialah mengenali
adanya kemacetan atau kemandegan dalam kehidupan masyarakat dan menyediakan
jalan keluar dari kemacetan atau kemandegan itu. Ia menemukan apa yang tidak
berfungsi, memecahkan masalah dengan mengubah sistemnya, menyebarluaskan
pemecahannya, dan meyakinkan seluruh masyarakat untuk berani melakukan
perubahan. Dan 2) wirausaha sosial tidak puas hanya memberi “ikan” atau
mengajarkan cara “memancing ikan”. Ia tidak akan diam hingga “industri
perikanan” pun berubah.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak
orang berpandangan bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki dan
dilakukan oleh usahawan atau wiraswasta. Pandangan tersebut kurang tepat karena
jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya di miliki oleh usahawan, namun juga
oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif, misalnya
petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, pimpinan proyek dan lain sebagainya.
Kewirausahaan (entrepreneurship)
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan
sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan menurut
Drucker (1959) adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Karya
dan karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berpikir kreatif. Tidak sedikit
orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena memiliki kemampuan
kreatif dan inovatif. Jadi kewirausahaan
merupakan suatu sumberdaya dengan cara-cara baru dan berbeda seperti:
1) Pengembangan teknologi
2) Penemuan pengetahuan ilmiah
3) Perbaikan produk barang dan jasa yang ada
4) Menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak dengan
sumberdaya yang lebih efisien.
Kreatifitas (creativity) adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru
dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (thinking new think). Sedangkan inovasi (innovation) adalah kemampuan menerapkan kreatifitas dalam rangka
memecahkan dan menemukan peluang (doing new things). Menciptakan dan
menemukan cara-cara baru memecahkan
persoalan pekerjaan, sehari-hari, baik berupa ide, metode dan cara maupun dalam
rangka meningkatkan kualitas dan manfaat barang dan jasa, sehingga memiliki
daya saing dan nilai tambah merupakan hasil dari proses wirausaha.
Ada enam hakikat penting kewirausahaan, yaitu:
1) kewirausahaan adalah nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil
bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
2) kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang
wirausahan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda
dengan yang sudah ada sebelumnya, (Drucker, 1959)
3) kewirausahaan adalah proses penerapan kreatifitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan/usaha
(Zimmererer, 1996)
4) kewirausahaan adalah nilai yan gdiperlukan untuk memulai dan mengembangkan
usaha (Soeharto Prawiro, 1997).
5) kewirausahaan adalah proses dalam mengerjakan suesuatu yang baru dan
berbeda yang dapat memberikan manfaat serta nilai lebih.
6) kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.
Selanjutnya disampaikan beberapa definisi dari para ahli lainnya
tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Richard Cantillon (1775), kewirausahaan didefinisikan
sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan
membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang
akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan
pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.
- Jean Baptista Say (1816), seorang wirausahawan adalah agen yang
menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari
produksinya.
- Frank Knight (1921), wirausahawan mencoba untuk memprediksi
dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan
wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang
wirausahawan diisyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial
mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
- Joseph Schumpeter (1934), wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan
perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru.
Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk
(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
(2) memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) Memperoleh sumber
pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi
baru pada suatu industri. Schumpter mengkaitkan wirausaha dengan konsep
inovasi yang diterapkan dalam konteks
bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
- Penrose (1963), kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi
peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
- Harvey Leibenstein (1979),
kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang
dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua
pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau
komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
- Israel Kirzner (1979), wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang
pasar.
- Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio. Kewirausahaan
sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam
kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih
baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan
usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, tingkah laku dan
sikap kewirausahaan yang istimewa adalah keberaniannya untuk mengubah dan menghadirkan
hal yang baru, dengan mengambil resiko yang telah diperhitungkan. Istilah yang dapat digunakan tentang melakukan perubahan
dengan menghadirkan hal yang baru adalah berinovasi. Saat ini dikenali bahwa
inovasi tidak hanya satu jenis. Inovasi dapat dilakukan dalam hal produk atau
jasa, dan dapat pula dalam hal proses. Inovasi tidak pula hanya bersifat
radikal, tetapi juga berskala kecil, dan berkesinambungan, yang sering disebut
sebagai kaizen. Kaizen adalah metode “penyempurnaan secara
berkelanjutan” (kaizen continual improvement) yang dikembangkan oleh
perusahaan Jepang.
EVALUASI
Jawablah soal-soal
latihan dibawah ini secara jelas dan ringkas mengacu pada butir-butir materi
yang telah diajarkan!
1. Jelaskan mengapa kewirausahaan penting diajarkan
diperguruan tinggi.
2. Jelaskan tujuan pembelajaran kewirausahaan di kalangan
mahasiswa.
3.
Sebut dan jelaskan ciri-ciri mahasiswa yang memiliki sense of bussiness.
4.
Jelaskan beberapa pengertian kewirausahaan.
5.
Jelaskan perbedaan antara kewirausahaan dan kewiraswastaan.
6. Jelaskan tahapan perkembangan teori kewirausahaan.
7. sebut dan jelaskan ciri-ciri seorang wiraswasta.
8. Jelaskan kontribusi seorang wiraswasta terhadap
perkembangan makro ekonomi Indonesia.
9. Jelaskan pengertian tentang wiraswasta sosial.
10. Jelaskan teori tentang kaizen dalam kewiraswastaan.
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Setelah pembelajaran
pokok bahasan ketiga, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan dan
mendiskusikan komptensi wirausaha dan imbalan bagi wirausaha untuk memperoleh
motivasi yang tinggi dalam bekerja dan kehidupan sehari-haria
|
Section 6.01
Seorang wirausaha harus memiliki
pengetahuan, kemampuan dan kemauan, ketiga konsep ini saling mengisi dan
memiliki keterkaitan satu sama lain. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh
wirausaha adalah 1) pengetahuan mengenai usaha yang harus dimasuki/dirintis dan
lingkungan usaha yang ada,
2) pengetahuan tentang peran dan tanggungjawab dan 3) pengetahuan tentang
manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan ketrampilan yang harus dimiliki
wirausaha diantaranya adalah: 1) ketrampilan konseptual dalam mengatur strategi
dan memperhitungkan resiko, 2) ketrampilan kreatif dalam menciptakan nilai
tambah, 3) ketrampilan dalam memimpin dan mengelola, 4) ketrampilan
berkomunikasi dan berinteraksi, dan ketrampilan teknik usaha yang akan
dilakukan. Selanjutnya kompetensi yang harus dimiliki menurut Michael Harris
(2000: 19), bahwa wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang
memiliki kompetensi yaitu memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kualitas
individual meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi serta tingkahlaku yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan.
Kemampuan seseorang yang harus dimiliki dalam kewirausahaan :
1) Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan hidup/usaha
diperlukan adanya perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca dan diamati
berulang-ulang sampai dipahami apa yang menjadi kemauannya.
2) Kemampuan memotivasi diri, yaitu untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang
besar.
3) Kemampuan berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu
perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang, sehingga menjadi terbiasa
berinisiatif.
4) Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas (daya cipta) dan setelah
dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah
desakan dalam diri untuk selalu mencari
berbagai kemungkinan atau kombinasi baru yang dapat dijadikan perangkat
dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.
5) Kemampuan membentuk material,
sosial, dan intelektual.
6) Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri, yaitu untuk selalu tepat
waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan dan tidak menunda pekerjaan.
7) Kemampuan mental yang dilandasi agama.
8) Kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik
maupun menyakitkan.
Salah satu tugas manajemen strategis adalah menciptakan
laba yang biasa dipergunakan sebagai sumber dana untuk investasi dan
meningkatkan manfaat bagi pemilik kepentingan. Menurut Richard A D’Aveni (1994),
penemuan para wirausaha merupakan hasil dari proses kreatif yang dinamis dari
para pencipta yang berusaha menciptakan ketidak-seimbangan pasar. Michael
Porter yang terkenal dengan teori strategi bersaing, mengemukakan bahwa
perusahaan harus menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar (bargaining power) dalam persaingan. Dalam strategi dinamis Porter (1991) perusahan dapat mencapai keberhasilan
bila tiga kondisi terpenuhi:
(1) tujuan perusahaan dan kebijakan fungsi-fungsi manajemen (produksi dan pemasaran)
harus kolektif sesuai dengan posisi terkuat di pasar.
(2) tujuan dan kebijakan ditumbuhkan berdasarkan kekuatan perusahaan serta
diperbaharui terus, sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman lingkungan
eksternal.
(3) perusahaan harus memiliki dan menggali kompetensi khusus, sebagai pendorong
untuk menjalankan perusahaan.
Kompetensi menurut Gary dan CK Prahalad mengemukakan
definisi kompetensi sebagai berikut:
(1) kompetensi inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan dalam serangkaian
produk dan jasa.
(2) kompetensi adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi yang dimiliki
perusahaan untuk dapat bersaing.
(3) Kompetensi inti adalah keterampilan yang memungkinkan perusahaan memberikan
manfaat fundamental kepada pelanggan.
(4) Sumber-sumber kompetensi secara kompetitif merupakan suatu keunikan
bersaing dan memberikan kontribusi terhadap nilai dan biaya konsumen.
Dalam Bradstreet Business Credit Service (1993) 10 kompetensi
yang harus dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam
kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan, yaitu :
1.
Knowing your
business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang
wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha
atau bisnis yang akan dilakukan.
2.
Knowing the
basic business management, yaitu
mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha,
mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi,
mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui
manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua
sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.
3.
Having the proper attitude, yaitu
memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap
seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan
tidak setengah hati.
4.
Having adequate capital, yaitu
memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya
bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal
utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup
tenaga, tempat dan mental.
5.
Managing
finances effectively, yaitu
memiliki kemampuan/mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari
sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara
akurat.
6. Managing
time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur,
menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.
7. Managing
people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan/ memotivasi,
dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
8. Statisfying
customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan
kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu,
bermanfaat dan memuaskan.
9. Knowing
Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi/cara bersaing. Wirausaha harus dapat
mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity),
dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan
analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.
10. copying
with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman yang
jelas tersurat, tidak tersirat (Triton, 2007).
Wirausaha adalah seseorang pembuat
keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaaan yang bebas.
Karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat, menghasilkan
imbalan finansial yang nyata. Wirausaha di berbagai industri membantu
perekonomian dengan menyediakan pekerjaan dan memproduksi barang dan jasa bagi
konsumen dalam negeri maupun di luar negeri. Meskipun perusahaan raksasa
menarik perhatian banyak publik, akan tetapi bisnis kecil dan kegiatan
kewirauasahaannya setidaknya memberikan andil nyata bagi kehidupan sosial, dan
perekonomian dunia. Mengambil peran dalam berbagai aspek kehidupan adalah hanya
bisa dilakukan oleh seseorang yang memiliki kompetensi yang cukup. Kompetensi
disini menggambarkan kemampuan memimpin, ilmu dan teknologi yang dikuasai,
mampu berkompetisi untuk memberikan imbalan jasa pada setiap pihak yang membutuhkan
pelayanan. Selanjutnya juga dapat mendorong motivasi untuk selalu berwira
usaha, karena dengan berwirausaha
seseorang akan memperoleh reward
(imbalan) “imbalan dalam wirausaha” tiap orang tertarik kepada kewirausahaan karena berbagai imbalan
yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar : Laba, Kebebasan, dan
kepuasan dalam menjalani hidup, seperti digambarkan pada bagan berikut ini.
Bagan 1. Reward
yang dapat diperoleh dalam Wirausaha
|
|
|
Imbalan Wirausaha mengharapkan hasil
yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang diinvestasikan tetapi
juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil
dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Dengan demikian imbalan berupa laba merupakan motifasi yang kuat bagi
wirausaha tertentu. Laba adalah salah
satu cara dalam mempertahankan nilai perusahaan. Beberapa wirausaha mungkin
mengambil laba bagi dirinya sendiri atau membagikan laba tersebut, tetapi
kebanyakan wirausaha puas dengan laba yang pantas. Selanjutnya imbalan kebebasan, Kebebasan
untuk menjalankan perusahaannya merupakan imbalan lain bagi seorang wirausaha.
Hasil survey dalam bisnis berskala kecil tahun 1991 menunjukkan bahwa 38% dari
orang-orang yang meninggalkan pekerjaannya di perusahaan lain karena mereka
ingin menjadi bos atas perusahaan sendiri. Beberapa wirausaha menggunakan
kebebasannya untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja pribadinya secara
fleksibel. Kenyataannya banyak wirausaha tidak mengutamakan fleksibilitas
disatu sisi saja. Akan tetapi wirausaha menghargai kebebasan dalam karir kewirausahaan,
seperti mengerjakan urusan mereka dengan cara sendiri, memungut laba sendiri
dan mengatur jadwal sendiri. Dan yang
terakhir Imbalan Berupa Kepuasan Dalam Menjalani Hidup, Wirausaha sering
menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri.
Pekerjaan yang mereka lakukan memberikan kenikmatan yang berasal dari kebebasan
dan kenikmatan ini merefleksikan pemenuhan kerja pribadi pemilik pada barang
dan jasa perusahaan. Banyak perusahaan yang dikelola oleh wirausaha tumbuh
menjadi besar akan tetapi ada juga yang relatif tetap berskala kecil.
Latihan Soal
Jawablah soal-soal
latihan dibawah ini secara jelas dan ringkas mengacu pada butir-butir materi
yang telah diajarkan!
1. Jelaskan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan apa yang
harus dimiliki seorang wirausaha.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kompetensi!, dan
sebutkan minimal 3 kompetensi yang harus dimiliki seorang wirausaha!
3. Jelaskan bagaimana agar sebuah perusahaan dapat mencapai
keberhasilan!
4. Ketertarikan seseorang terhadap wirausaha, disebabkan
oleh reward yang diperoleh, sebut dan jelaskan reward (imbalan) serta gambarkan
bagannya!
Article VIII. KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Setelah pembelajaran
pokok bahasan ketiga, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan dan
mendiskusikan tentang Jiwa dan Sikap serta karakteristik wirausaha.
|
Section
8.01
Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang yang
memiliki jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan, dengan ciri-ciri: penuh
percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen,
disiplin, bertanggungjawab;
2) memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam
bertindak dan aktif; 3) memiliki motif berprestasi, indikatornya terdiri atas
orientasi pada hasil dan wawasan ke depan; 4) memiliki jiwa kepemimpinan,
indikatornya berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam bertindak;
dan 5) berani mengambil resiko dengan
penuh perhitungan (oleh karena itu menyukai tantangan)
Sedangkan Scarborough dan Zimmerer (1993) menyampaikan
sebagai berikut:
1) desire for
responsibility; memiliki rasa tanggungjawab atas
usaha-usaha yang dilakukannya,
2) preference for moderate
risk; memiliki resiko moderat (tidak tinggi atau rendah),
3)
confidence in their
ability to succes; memiliki kepercayaan diri untuk sukses.
4)
desire for immediate
feedback;
selalu menghendaki umpan balik dengan segera.
5)
hight level of energy; memiliki semangat
dan kerja keras untuk mewujudkan keinginan demi masa depan yang lebih baik,
6) future oriented; berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan,
7) skill organizing; memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk
menciptakan nilai tambah.
8)
value of achievement
over money;
lebih menghargai prestasi daripada uang.
Sedangkan menurut Ahmad Sanusi (1994) sikap dan perilaku
seorang wirausaha:
1) tidak menyenangi hal-hal yang sudah biasa/tetap/sudah diatur dan jelas,
2) suka memandang keluar, berorientasi pada aspek-aspek yang lebih luas,
3) semakin berani karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap kemandirian atau
prakarsa atas nama sendiri,
4) suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreatifitas serta memperkenalkan
hasil-hasil kepada pihak lain,
5) ada keinginan yang berbeda dan toleransi terhadap orang lain,
6) mengembangkan gagasan yang sudah diterima dan bertanggungjawab,
7) kerja keras, optimis, dan percaya diri secara mendasar,
8) ketrampilan manajemen usaha dalam bentuk perencanaan produk,
penetrasi/pengembangan pasar, organisasi dan komunikasi, keuangan,
9) resiko tercapai pada batas yang bisa diterima,
10) komitmen pada alternatif yang dipilih,
11) memandang jauh dan berdaya juang tinggi,
12) sikap hati-hati dalam mnedorong kerjasama dengan pihak lain,
13) ujian, hambatan dan hal-hal dianggap tantangan,
14) memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian,
15) memiliki kemampuan intensif dalam menyimak informasi dari pihal lain,
16) menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi keyakinan diri,
integritas pribadi yang mengandung citra dan harga diri, selalu bersikap adil
dan sangat menjaga kepercayaan yang telah diberikan orang lain.
Nilai-nilai dan perilaku wirausaha (Arthur Kuriloff &
Jhon M Mempil, 1993), seperti terlihal pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Nilai-nilai dan Perilaku Wirausaha
Nilai-Nilai
|
Perilaku
|
Komitmen
|
Menyelesaikan
tugas hingga selesai
|
Resiko moderat
|
Tidak melakukan spekulasi, melainkan berdasarkan
perhitungan yang matang
|
Melihat Peluang
|
Memanfaatkan
peluang yang ada sebaik mungkin
|
Objektivitas
|
Melakukan pengamatan secara nyata
untuk memperoleh kejelasan
|
Umpan Balik
|
Manganalisis
data kinerja waktu
untuk
memandu kegiatan
|
Optimisme
|
Menunjukkan
kepercayaan diri yang besar walaupun berada dalam situasi yang berat
|
Uang
|
Melihat
uang sebagai suatu sumberdaya
bukan
tujuan
|
Manajemen proaktif
|
Mengelola
berdasarkan perencanaan masa depan.
|
Menurut
Zimerer (1996) seseorang mengembangkan keterampilan berpikir menggunakan otak sebelah kiri,
sedangkan untuk mengembangkan ketermpilan kreatif dengan menggunakan otak kanan
dengan ciri-cirinya adalah:
(1) Selalu bertanya “apa ada cara yang lebih baik?”
(2) Selalu menantang kebiasaan, tradisi dan rutinitas
(3) Berefleksi/merenungkan dan berpikir dalam
(4) Berani bermain mental, mencoba melihat masalah dari perspektif yang
berbeda.
(5) Menyadari kemungkinan banyak jawaban daripada satu jawaban yang benar.
(6) Melihat kegagalan dan kesalahan hanya sebagai jalan untuk mencapai
kesuksesan
(7) Mengorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk menghasilkan
pemecahan inovatif.
(8) Memiliki ketrampilan ”helikopter”
yaitu kemampuan untuk bangkit di atas kebiasaan rutin dan melihat
permasalahan dari perspektif yang lebih luas kemudian memfokuskannya pada
kebutuhan untuk berubah.
Sikap dan Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki
oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada
kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang
wirausahawan agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses. Gooffrey G. Meredith
(1996) mengemungkakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut :
Tabel 2 Karakteristik dan Watak
Wirausaha
CIRI-CIRI
|
WATAK
|
1. Percaya Diri
|
1. Keyakinan, kemandirian, individualitas,
optimisme.
|
2. Berorientasikan tugas dan hasil.
|
2. Kebutuhan akan prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan
dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan
memiliki inisiatif.
|
3. Pengambil Resiko.
|
3. Memiliki kemampuan mengambil resiko dan suka pada tantangan
|
4. Kepemimpinan.
|
4. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan
suka terhadap saran dan kritik yang
membangun.
|
5. Keorisinilan.
|
5. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan
memiliki jaringan bisnis yang luas.
|
6. Berorientasi ke masa
depan.
|
6. Persepsi dan memiliki cara pandang/ cara pikir yang berorientasi pada
masa depan
|
7. Jujur dan tekun
|
7. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja
|
Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak
setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Ia berani mengambil resiko terhadap
pekerjaannya karena sudah diperhitungkan artinya resiko yang di ambil tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung oleh
komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang
sampai ada hasil. Hasil-hasil ini harus nyata/jelas dan objektif dan merupakan umpan
balik bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimis yang tingggi karena
ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang
sebagai sumber daya. Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki
ciri-ciri tertentu pula. Dalam Enterpreneurship
and Small Enterprise Development Report
(1986) yang dikutip oleh M. Scarborough
dan Thomas Wimmerer (1993) dikemungkinan
beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil, diantaranya memiliki
ciri-ciri :
1) proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas, 2) Berorientasi pada prestasi, yang tercermin
dalam padangan dan bertindak terhadap peluang, orientasi efisiensi,
mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan mengutamakan monitoring dan 3) Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam
mengadakan kontrak dan hubungan bisnis berpikir kreatif dalam kewirausahaan.
Latihan Soal
Jawablah soal-soal
latihan dibawah ini secara jelas dan ringkas mengacu pada butir-butir materi
yang telah diajarkan!
1) Jelaskan ciri-ciri orang yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif!
2) Jelaskan nilai-nilai dan perilaku wirausaha menurut Kuriloff dan Menpil!
3) Seorang wirausaha harus memiliki ketrampilan “Helikopter”, jelaskan
ketrampilan tersebut dan beri contohnya!
4) Sebut dan Jelaskan tentang karakteristik dan watak wirausaha menurut Meridith!
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Setelah membahas dan
mendiskusikan pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa mengetahui dan mampu
menjelaskan proses kreatif sebagai cikal bakal terjadi proses kewirausahaan
dan selanjutnya mahasiswa dapat merunut dan menyampaikan dengan bahasa
sendiri tentang proses kewirausahaan.
|
Wirausaha boleh dikatakan sebagai suatu hasil proses
berpikir dan bertindak yang kreatif. Menurut Zimmerer
(1996) ada tujuh langkah dalam proses kreatif yaitu:
a)
Persiapan
Dilakukan melalui pendidikan, pengalaman, magang, dan pengalaman belajar
lainnya. Ada tujuh langkah untuk memperbaiki pikiran agar dapat berpikir
kreatif: 1) hindari sikap untuk tidak belajar, dalam setiap situasi selalu ada
peluang untuk dapat dipelajari; 2) belajar banyak, jangan hanya mempelajari
keahlian yang kita miliki, karena bidang lain tidak menutup kemungkinan untuk
bisa dijadikan sebagai peluang inovasi; 3) diskusikan ide-ide kita dengan orang
lain; 4) himpun artikel-artikel yang penting; 5) temui rekan profesional atau asosiasi dagang dan pelajari
cara mereka memecahkan persoalan; 6) gunakan waktu untuk belajar sesuatu dari
orang lain dan
7) kembangkan ketrampilan menyimak gagasan orang lain.
b)
Penyelidikan
Untuk menciptakan konsep dan ide-ide baru tentang suatu bidang, seseorang
harus mempelajari suatu masalah dan komponen-komponen dasar melalui penelitian.
c)
Tranformasi
Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang ada tentang informasi yang
terkumpul. Langkah-langkah untuk meningkatkan transformasi informasi ke dalam
ide adalah : 1) evaluasi bagian-bagian situasi beberapa saat, cobalah ambil gambaran luasnya; 2)
susun kembali unsur-unsur situasi ini;
3) gunakan beberapa model pendekatan dan alternatif; dan 4) lawan godaan yang
membuat penilaian kita tergesa-gesa dalam memecahkan persoalan atau mencari
peluang.
d)
Penetasan
Merupakan penyiapan pikiran bawah sadar untuk merenungkan informasi yang
terkumpul. Pikiran bawah sadar memerlukan waktu untuk merefleksikan informasi.
Meningkatkan tahap inkubasi dalam proses berpikir kreatif dapat dilakukan
dengan cara: 1) menjauhkan diri dari situasi pembahasan sesuatu yang tidak
terkait dengan masalah; 2) sediakan waktu untuk berimajinasi; 3) santai dan
bermain secara teratur, ide-ide besar dan bagus sering muncul saat bersantai
atau bermain; 4) berhayal tentang masalah atau peluang, berpikir masalah
sebelum tidur memicu secara efektif pikiran kita bekerja sewaktu tidur dan 5)
kejarlah masalah atu peluang dalam lingkungan manapun.
e)
Penerangan
Akan muncul pada tahap penetasan, yaitu ketika terdapat pemecahan spontan
yang menyebabkan adanya titik terang. Pada tahap ini, semua tahap sebelumnya
muncul secara bersama dan menghasilkan ide-ide kreatif serta inovatif.
f)
Pengujian
Menyangkut validasi keakuratan dan manfaat ide-ide yang muncul dapat
dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes pemasaran, pembangunan
proyek percobaan, pembangunan prototif dan aktivitas lain yang dirancang untuk
membuktikan ide-ide baru yang akan diimplementasikan.
g)
Implementasi
Adalah tranformasi ide ke dalam dunia praktik/bisnis. Menurut Roger Von
Oech mengidentifikasi 10 mental dari kreatifitas atau hambatannya:
1) berusaha menemukan hanya satu jawaban atau satu solusi yang benar,
2) Berfokus pada pemikiran secara logika,
3) Berlindung pada aturan yang berlaku,
4) Hanya terikat pada kehidupan praktis yang membatasi ide-ide,
5) Menganggap bahwa bermain adalah sesuatu hal yang tidak menentu,
6) Terlalu spesialisasi,
7) Menghindari ambiguitas merupakan hambatan untuk berpikir kreatif,
8) Takut dianggap bodoh,
9) Takut menghadapi kesalahan dan kegagalan,
10) Setiap orang berpotensi untuk kreatif.
Proses kewirausahaan diawali dengan
suatu aksioma, yaitu adanya tantangan. Dari tantangan tersebut timbul gagasan,
kemauan dan dorongan untuk berinisiatif, yang tidak lain adalah berpikir
kreatif dan bertindak inovatif, sehingga tantangan awal tadi teratasi dan
terpecahkan. Setiap tindakan pastilah memiliki resiko, oleh karena itu
wirausahawan adalah orang yang berani menghadapi resiko dan menyukai tantangan.
Ide kreatif dan inovatif wirausaha tidak sedikit diawali dengan imitasi dan
duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada
proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda (inovasi). Tahap inovasi dipengaruhi
oleh faktor pribadi maupun lingkungan.
Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen,
nilai-nilai pribadi, pendidikan dan pengalaman. Sedangkan faktor pemicu yang
berasal dari lingkungan pada masa inovasi adalah peluang, model peran dan
aktivitas. Adapun Tahap-tahap Kewirausahaan Secara
umum adalah sebagai berikut :
1) Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk
melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan
melihat peluang usaha baru yang mungkin, apakah membuka usaha baru, melakukan
akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan
dilakukan apakah di bidang pertanian, industri/manufaktur/ produksi atau jasa.
2) Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap
"jalan", tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang
terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan
yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3) Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan
berdasarkan hasil yang telah dicapai, melakukan analisis perkembangan yang
dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
4) Mengembangkan
usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami
perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu
pilihan yang mungkin diambil.
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996 : 3),
proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut
dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar
pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan.
Faktor-faktor tersebut membentuk locus of
control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang
kemudian berkembangan menjadi wirausaha yang besar. Secara internal,
keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi,
nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari
lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang.
Oleh karena itu, inovasi berkembangan menjadi kewirausahaan melalui proses yang
dipengrauhi lingkungan, organisasi dan keluarga (Suryana, 2001). Secara
ringkas, model proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007) :
a). proses inovasi, b). proses pemicu, c). proses pelaksanaan dan d) 4. proses
pertumbuhan.
Gambar Bagan 2:
Proses Kewirausahaan
menurut Carol Noore
Article XI.
FUNGSI DAN PERAN
KEWIRAUSAHAAN
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Pembelajaran pokok
bahasan ini, mengsyaratkan pemahaman mahasiswa terhadap fungsi dan model
peran wirausaha serta untuk memahami bahwa wirausaha adalah sesuatu yang
dapat dipelajari dan mampu dipraktikkan oleh setiap orang.
|
Menurut Roopke (1995)
mengelompokkan wirausaha berdasarkan perannya yaitu: (1) wirausaha rutin, yaitu
wirausaha yang melakukan kegiatan sehari-harinya cenderung menekankan pada
pemecahan masalah dan perbaikan standar prestasi tradisonal. Fungsi wirausaha
di sini adalah mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap standar wirausaha. (2)
kewirausahaan arbitase yaitu
wirausaha yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan (pengetahuan)
dan pemanfaatan pembukuan. Dan yang ketiga wirausaha inovatif yaitu wirausaha
dinamis yang menghasilkan ide-ide dan kreasi-kreasi baru menyangkut cara kerja,
produk, manajemen dan pemasaran.
Fungsi dan peran
wirausaha dapat dilihat juga melalui dua pendekatan yaitu secara mikro dan
makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana (planner). Sebagai penemu wirausaha
menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, seperti produk, teknologi, cara,
ide, organisasi, dan sebagainya. Sebagai perencana wirausaha berperan merancang
tindakan dan usaha baru, merencanakan strategi usaha yang baru, merencanakan
ide-ide dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi perusahaan yang
baru. Secara makro peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan
kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan
perekonomian suatu negara.
Untuk ke depan lulusan perguruan tinggi, seyogyanya
memilih jalan menjadi wirausaha. Ini sejalan dengan trend jaman. Ernest &
Young sebuah perusahaan konsultan internasional dalam penelitiannya pada tahun
1998 tentang visi entrepreneuralism terhadap 500 pengusaha terkemuka di Amerika
diperoleh temuan yang menarik menyebutkan bahwa:
- Entrepreneuralism akan menjadi “defining trend of the business”
pada abad 21.
- Akan
semakin banyak orang yang memasuki kegiatan kewirausahaan.
- Entrepreneuralism
akan
meningkat di seantero penjuru dunia, termasuk di negara-negara yang tidak
masuk sebagai negara industri seperti di Afrika dan Timur Tengah.
- Peluang
kewirausahaan yang menjanjikan pada abad ini adalah sektor teknologi
/internet, kedokteran, food service
/ hospitality, layanan informasi / manajemen informasi.
- Lingkungan
ekonomi entrepreneurial ditandai
oleh “penekanan yang lebih besar pada “personal
fulfillment”, “inovasi yang meningkat”, dan “creative work arrangement”.
Perguruan
tinggi dengan tradisi ilmiahnya yaitu selalu mengedepankan sikap skeptis
terhadap “theory in use” dan selalu
berusaha mencari kebaruan atau dengan istilah yang dikenalkan oleh Schumpeter
yaitu creative destruction sebenarnya
mampu melakukan hal itu. Mengapa perguruan tinggi di Indonesia, terutama di
daerah belum mampu menjadi sumber inovasi, belum mampu meningkatkan kualitas
SDM melalui pemikiran dan karya? Pendapat penulis, sebagai seorang pengusaha,
adalah masih rendahnya spirit kewirausahaan.
Pandangan, Schumpeter, ekonom asal Austria yang kemudian
menetap di Amerika (1883 – 1950) tentang entrepreneur.
Ia mengatakan bahwa perilaku dan sifat entrepreneur
yang khas adalah kemampuannya, kecerdasannya dan keberaniannya yang ditopang
oleh ketetapan hatinya dan keteguhan jiwanya untuk melancarkan usaha yang serba
baru, dengan melihat pada kemungkinan-kemungkinan potensial di masa depan dan
berhasil menjelmakan menjadi kenyataan efektif. Satu hal dari pandangan
Schumpter yang menggugah adalah penilainnya tentang entrepreneur yang sama sekali berbeda dengan pengusaha (businessman). Entrepreneur memiliki “sikap jeli” terhadap kemungkinan
potensial yang terbayang dalam perkembangan masa depan, kemudian mampu merintis
dan mengatur inovasi, menempuh pola baru dalam penggunaan sumber dana dan daya
produksi dalam suatu kombinasi optimal yang baru pula (new combination).
Penemuan (Invention)
yang ada baik di dunia perguruan tinggi atau di laboratorium-laboratorium
penelitian milik pemerintah tidak akan ada artinya jika tidak digunakan secara
komersiil. Di sinilah perlunya komunikasi timbal balik antara perguruan tinggi
dengan masyarakat, terutama dunia usaha agar mereka mau menggunakan
temuan-temuan itu untuk digunakan dalam kegiatan usaha. Dunia usaha dan
masyarakat harus diyakinkan bahwa dengan inovasi atau lebih tepat disebut new combination dapat memperbesar laba,
menghemat biaya (cost reducing) atau
menciptakan permintaan (demand creating).
Kemitraan antara pendidikan tinggi dengan dunia usaha
menjadi prasyarat mutlak untuk merangsang inovasi di kalangan pendidikan tinggi
dan para lulusannya. Banyak tugas akhir mahasiswa yang potensial memiliki nilai
komersiil, tetapi hanya tersimpan di perpustakaan saja karena belum tumbuhnya
tradisi kerjasama antara pendidikan tinggi dan dunia usaha. Untuk ke depan
sudah saatnya dipikirkan oleh kalangan dunia usaha untuk lebih meningkatkan kerjasama
dengan masyarakat perguruan tinggi dalam kerangka untuk meningkatkan daya saing
dan menyebarkan tradisi entrepreneurship
di kalangan pendidikan tinggi.
Keengganan lulusan perguruan tinggi memilih menjadi entrepreneur salah satunya karena
terjebak dalam mitos. Mahasiswa hanya dibekali dengan kemampuan kognisi, tetapi
tidak dibangkitkan daya afeksinya, sehingga tidak terbangun orientasi sikap
yang menjurus ke opportunity oriented.
Lulusan pendidikan tinggi, lebih banyak ingin bekerja pada perusahaan/pemerintah
ketimbang membangun usaha sendiri. Inilah tantangan ke depan yang harus
dihadapi. Para lulusan perguruan tinggi sampai saat ini masih gamang memasuki
dunia kewirausahaan karena adanya mitos yang seolah tidak terbantahkan.
Sedikitnya ada 10 mitos yang membelenggu pikiran para pemula yang akan memasuki
dunia kewirausahaan.
Mitos pertama, Entrepreneur adalah pelaku, bukan pemikir
. Dalam batas-batas tertentu entrepreneur
memiliki kecenderungan berorientasi kepada tindakan, tetapi sebenarnya mereka
juga pemikir. Mereka adalah orang yang berfikir sistematis yang
merencanakan langkahnya dengan hati-hati. Entrepreneur
pemikir dengan entrepreneur pelaksana
adalah sama-sama melaksanakan kegiatan entrepreneurship.
Mitos kedua, Entrepreneur itu dilahirkan, bukan
diciptakan. Muncul anggapan
bahwa tabiat dan sifat entrepreneur
tidak dapat diajarkan atau dipelajari, mereka memiliki bakat pembawaan lahir.
Bakat tersebut diantaranya adalah mencakup ke-agresif-an, inisiatif, dorongan,
kemauan untuk mengambil resiko, kemampuan analitik, dan kemampuan human relation. Sekarang diakui bahwa entrepreneurship adalah suatu disiplin
ilmu yang dapat membantu untuk mematahkan mitos. Seperti halnya ilmu-ilmu lain entrepreneurship mempunyai model,
proses, dan studi kasus yang memungkinkan untuk mengkaji suatu topik dan
menguraikan karakteristik obyek yang dikajinya.
Sebagai mitos ketiga, Entrepreneur selalu merupakan penemu
(Inventors) Pemikiran yang menganggap entrepreneur adalah penemu merupakan akibat dari kurang dipahaminya
visi tersembunyi entrepreneur. Memang
dalam keadaan tertentu penemu juga sekaligus menjadi entrepreneur. Di sini ada sejumlah entrepreneur yang melakukan berbagai jenis kegiatan inovatif tetapi
bukan penemu. Contoh Ray Kroc, tidak menemukan franchise fast-food, tapi ide inovatifnya menjadikan McDonald
merupakan perusahaan fast-food
terbesar di dunia. Pemahaman terbaru tentang entrepreneurship cakupannya bukan sekedar pada invention. Tapi mencakup pemahaman yang lengkap dari perilaku
inovatif apapun bentuknya. Keempat mitos.
Entrepreneur
adalah orang yang canggung baik di dunia akademis atau di masyarakat.
Ada kepercayaan bahwa entrepreneur
secara akademis dan sosial merupakan orang yang gagal. Mereka berhasil
menjalankan usahanya karena drop out
dari dunia pendidikan atau dipecat dari tempat kerja. Ini kemudian digunakan
untuk memahami profil entrepreneur
tipikal. Secara historis sebenarnya pendidikan dan organisasi sosial tidak
mengakui entrepreneur. Entrepreneur disingkirkan dari dunia
perusahaan raksasa karena dianggap orang yang canggung. Dalam pendidikan
bisnis, untuk contoh tujuan utamanya adalah memahami aktivitas perusahaan bukan
pada siapa yang berada di balik perusahaan. Sekarang entrepreneur dipandang sebagai hero
baik secara sosial, ekonomi, dan akademik. Dia bukan lagi si canggung, entrepreneur sekarang dipandang sebagai
profesional.
Selanjutnya mitos
kelima Entrepreneur harus sesuai dengan profil. Banyak buku dan
artikel menyajikan cheklist ciri-ciri
entrepreneur sukses. Daftar tersebut
baik yang divalidasi atau tidak didasarkan pada studi kasus dan temuan riset
atas orang-orang yang berorientasi pada pencapaian. Sekarang sangat susah untuk
melakukan kompilasi hingga terwujud standar profil entrepreneurial. Untuk menjadi entrepreneur anda perlu
memiliki uang adalah mitos keenam. Memang benar bahwa semua usaha
membutuhkan modal untuk bisa berjalan; juga benar bahwa banyak bisnis jatuh
karena tidak didukung keuangan yang memadai. Sekarang uang bukan satu-satunya
benteng untuk menghadapi kegagalan bisnis. Kegagalan bisnis yang berkaitan
dengan tidak adanya dukungan finansial yang memadai sering menjadi indikator
adanya problem lain dalam usaha tersebut seperti: ketidakmampuan manajemen,
lemahnya pemahaman terhadap persoalan keuangan; investasi yang buruk;
perencanaan yang jelek dan sejenisnya. Banyak entrepreneur sukses berhasil mengatasi persoalan kekurangan uang
dalam menjalankan usahanya, uang adalah sumber daya atau sarana yang digunakan
untuk menjalankan usaha tapi tidak pernah menjadi tujuan akhir dari usaha itu
sendiri. Sedangkan mitos ketujuh anda perlu nasib baik untuk menjadi
entrepreneur. Berada pada “tempat yang benar dan waktu yang tepat”
selalu menjadi suatu keunggulan. Tapi yang lebih tepat adalah “keberuntungan
muncul ketika kemampuan dan persiapan bertemu dengan kesempatan”. Entrepreneur adalah orang melakukan
serangkaian persiapan agar berhasil
menggapai kesempatan. Ketika kesempatan itu muncul dan dapat diraih sering
dianggap sebagai suatu keberuntungan. Mereka sebenarnya adalah orang-orang yang
selalu melakukan persiapan untuk menghadapi berbagai situasi dan mengubahnya
menjadi sukses. Apa yang nampak sebagai suatu keberuntungan sebenarnya adalah
buah dari melakukan perencanaan, menetapkan tujuan dan keinginan, mengakumulasi
pengetahuan, dan melakukan inovasi. Intinya seorang entrepreneur adalah yang terus menerus waspada dan belajar untuk
merespon lingkungan agar sesuai dnegan keinginannya sendiri vis a vis keinginan masyarakat.
Mitos kedelapan, Entrepreneur
mengabaikan kesenangan. Mitos ini
mengatakan perencanaan dan evaluasi yang njelimet
cenderung menimbulkan masalah yang
permanen, analisis yang berlebihan menyebabkan paralysis, tapi dalam
pasar yang kompetitif seperti sekarang ini dibutuhkan perencanaan dan persiapan
yang cermat. Mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan suatu usaha, menetapkan
dengan jelas suatu jadwal atau skedul untuk menghadapi perubahan membantu
menangani masalah, dan meminimalisasikan masalah dapat dilakukan melalui
perumusan strategi yang hati-hati – itu semua merupakan faktor kunci
keberhasilan entrepreneurship. Dengan
demikian perencanaan yang cermat – bukan mengabaikan perencanaan – adalah ciri
dari entrepreneur yang sempurna. Kesembilan disebutkan, Entrepreneur
mencari sukses tapi pengalaman menunjukkan tingginya tingkat kegagalan.
Adalah benar bahwa banyak entrepreneur
menghadapi sejumlah kegagalan sebelum mereka berhasil. Mereka mengikuti kata bijak “Jika pertama anda belum berhasil, coba,
coba lagi”. Sebenarnya kegagalan dapat memberikan banyak pelajaran,
siapa yang mau belajar dari kegagalan sering mendapatkan sukses. Ini nampak
jelas terlihat dalam prinsip koridor, yang
menyatakan bahwa setiap langkah memiliki resiko, tapi sekaligus memunculkan peluang
yang tidak diduga sebelumnya. Perusahaan 3M menemukan “Pos-it” kertas kecil yang dilapisi lem dengan tidak sengaja karena
memanfaatkan lem yang tidak memenuhi kualifikasi produk. Dari pada dibuang
sayang lebih baik dibuat post-it,
akhirnya produk ini menghasilkan jutaan dolar dan dikenal di seluruh dunia.
Sekarang catatan statistik tentang kegagalan entrepreneur itu menyesatkan. Suatu riset yang dilakukan oleh Bruce
A. Kirchoff, melaporkan bahwa dari pelacakan 814.000 usaha yang mulai start
pada 1977 menemukan bahwa 50% tetap hidup dan dikelola oleh pemilik awal atau
pemilik baru. 28% ditutup secara suka rela, dan hanya 18% yang benar-benar
gagal. Dan Terakhir Entrepreneur adalah risk taker
yang ekstrim. Dalam masyarakat berkembang pandangan bahwa entrepreneur adalah orang yang suka
berjudi dengan kemungkinan yang belum jelas, faktanya entrepreneur umumnya selalu memperhitungkan risiko. Semua entrepreneur yang berhasil adalah adalah
mereka yang bekerja keras melalui persiapan dan perencanaan ketat untuk
meminimalisasikan risiko untuk dapat mengendalikan lebih baik agar visinya
tercapai.
Untuk mendobrak mitos, calon entrepreneur harus mempersiapkan pendidikan dengan baik. Pendidikan
merupakan fondasi yang sangat penting bagi entrepreneur.
Ia berperan penting dalam membantu entrepreneur
menghadapi masalah yang harus diselesaikannya. Sejarah memang telah mencatat
ada sejumlah entrepreneur berasal
dari peserta drop out seperti William
Durant, Henry Ford, Andrew Carnegie, Thomas Alva Edison dan William Lear. Secara
formal pendidikan mereka tidak begitu bagus, tetapi mereka melakukan proses
pembelajaran sendiri, mereka menyerap explicit
knowledge melalui learning by doing
sehingga mereka berhasil menyusun skema berfikir untuk dijadikan panduan
menghadapi persoalan. Pada waktu lalu berkembang pemikiran yang membedakan
secara dikotomis antara entrepreneur dan bukan entrepreneur. Entrepreneur
dicirikan dengan orang yang kreatif – imajinatif, berfikir bebas sedangkan yang
bukan entrepreneur biasanya lebih mengandalkan logika semata, miopik dan kaku.
Latihan Soal-Soal
Berikut ini soal-soal latihan yang dikerjakan dengan jawaban singkat, dan
jelas!
1.
Jelaskan secara runut
proses kreatifitas dalam diri seorang wirausaha!
2.
Sebutkan faktor-faktor
penghambat munculnya kreatifitas!
3.
Jelaskan pemahaman
saudara tentang proses wirausaha!
4.
Jelaskan tentang peran
wirausaha menurut Roopke!
5.
Jelaskan peran wirausaha
bagi kemajuan perekonomian negara baik secara mikro maupun makro!
6.
Jelaskan peran perguruan
tinggi dalam memunculkan dan mengembangkan.
7.
Jelaskan perbedaan interpreneur (wirausahawan) dengan
pengusaha (businnes)!
- Jelaskan
hasil-hasil penelitian Ernest & Young tentang kewirausahaan!
- Jelaskan
hambatan yang dihadapi lulusan perguruan tinggi dan melakukan wirausaha!
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan berbagai cara untuk mendapatkan ide-ide brilian yang dapat
menciptakan peluang dalam wirausaha, setelah mendapatkan materi pokok ide dan
peluang
|
Section 12.01
Sekarang ini pendikotomian antara entrepreneur dan bukan entrepreneur,
tidak berlaku. Menurut penelitian David Hills dari Center for Creative Leadership, USA diperoleh temuan bahwa setiap
orang itu mampu untuk menjadi kreatif. Kreativitas itu bukan bakat tetapi
sesuatu yang dapat dipelajari. Hambatan terjadinya kreativitas diantaranya
adalah pola berfikir yang tradisional. Orang tidak pernah dipicu innate creativity-nya. Kreativitas dapat
diasah dengan memfungsikan peran otak kanan antara lain dengan:
- Selalu mengembangkan
pertanyaan, “Apakah ini merupakan satu-satunya cara terbaik, tidak adakah
cara lain?”. Ini adalah suatu bentuk berfikir divergen.
- Melawan kebiasaan, rutinitas
dan tradisi atau sesuatu yang telah mapan.
- Selalu melakukan refleksi,
berfikir imajinatif.
- Play mental games, yaitu
mencoba melihat persoalan dari perspektif yang berbeda seperti melalui
analogi atau metafora.
- Terbuka untuk mendapatkan lebih
dari satu jawaban yang benar
- Menautkan gagasan yang
nampaknya tidak berhubungan dengan persoalan yang dihadapi untuk
membangkitkan solusi yang inovatif.
- Mengembangkan “helicopter skill” yaitu kemampuan
untuk melihat sesuatu persoalan dari perspektif yang lebih luas dan
kemudian menukik kembali pada fokus persoalan dan mencari solusinya dengan
berbagai alternatif solusi (seperti telah disampaikan pada bab 4).
Dengan mengembangkan berbagai
pertanyaan di atas, maka seorang akan mulai membuka pemikirannya, sehingga
dapat menemukan ide dan peluang. Ide dapat menjadi peluang apabila bersedia
melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus melalui proses
penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati peluang, menganalisis
proses secara mendalam dan memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Untuk
memperoleh peluang, wirausaha harus memiliki berbagai kemampuan dan
pengetahuan, seperti kemampuan menghasilkan produk atau jasa, menghasilkan
nilai tambah, merintis usaha, melakukan proses atau teknik, atau mengembangkan
organasasi baru.
Harus diakui bahwa
mengembangkan kreativitas dalam upaya membangun usaha baru, bukan pekerjaan
mudah. Hambatan eksternal seperti tekanan waktu, tidak ada dukungan, kebijakan
yang rigid adalah salah satu bentuk
hambatan yang dihadapi oleh individu dalam mengembangkan kreativitas. Namun
hambatan yang paling sulit untuk diatasi adalah hambatan yang berasal dari diri
sendiri, yaitu berupa gembok mental yang menyebabkan kita tidak bisa
berfikir merdeka. Sejumlah gembok mental
yang kerap membatasi kreativitas, yakni:
1.
Terfokus pada upaya
mencari “satu jawaban yang benar”. Padahal setiap persoalan
itu memiliki ambiguitas. Satu
pertanyaan memiliki banyak jawaban yang benar.
2. Terlalu mengandalkan
pada logika. Logika memang bagian penting dari proses kreatif, khususnya ketika
mengevaluasi dan mengimplementasikan ide. Namun demikian pada fase proses
imajinatif, berfikir logis sering menggembok kreativitas. Intuisi menjadi lebih penting, karena ia merupakan akumulasi pengetahuan
dan pengalaman yang kaya dengan perspektif.
3. Mengikuti aturan dengan membuta. Kita sering tidak cukup berani untuk
keluar dari aturan. Seringkali kreativitas itu muncul karena kemampuan kita
untuk melanggar aturan yang sudah ada sehingga kita bisa melihat cara baru
untuk melakukan sesuatu. Contoh yang sangat bagus adalah “Shinkasen Thinking”. Jepang tidak akan mampu menciptakan kereta
peluru berkecepatan tinggi bila terpaku pada rule perkeretaapian yang sudah ada.
4. Selalu berorientasi praktis. Membayangkan jawaban yang terkadang tidak
masuk akal dari suatu pertanyaan yang logis sering memberikan inspirasi
terbentuknya ide kreatif.
5. Menjadi terlalu spesialis. Orang yang terlalu spesialis cenderung kurang
tertarik pada sesuatu yang berada di luar bidangnya. Padahal pemikir kreatif
cenderung mencari ide di luar wilayah spesialisasinya.
6. Menghindari ambiguitas. Ambiguitas dapat menjadi stimulus yang kuat bagi
kreativitas. Ambiguitas mendorong kita untuk memikirkan sesuatu yang berbeda.
Ada contoh menarik, Jeffrey Erexson seorang entrepreneur
mengajukan pertanyaan, “apa itu kulit?” hampir semua orang mengatakan bahwa
kulit adalah jangat binatang mamalia. Erexson kemudian bertanya lagi, “mengapa
bukan jangat dari ikan?” Dengan menghargai ambiguitas ia akhirnya menemukan
peluang usaha dengan mendirikan Ocean
Leather Inc. Bahkan baru-baru ini anak-anak Yogya malah lebih hebat lagi,
yaitu menyajikan tas dan sepatu dari kulit kaki ayam.Inilah pentingnya
ambiguitas.
7.
Takut kelihatan bodoh.
Berfikir kreatif itu tidak memberi tempat bagi konformitas. Ide-ide baru jarang
lahir dari lingkungan yang konformis.
8.
Takut
berbuat kesalahan. Orang kreatif dalam mencoba gagasan baru sering menghadapi
kegagalan. Namun mereka tidak melihat kegagalan sebagai akhir dari segalanya.
Kegagalan adalah merupakan biaya belajar untuk sukses.
9. Cepat mengaku dirinya tidak kreatif. Banyak orang merasa dirinya tidak
kreatif, karena mereka menganggap
kreatif itu hanya milik segelintir orang.
Section 12.03
Denga wirausaha dapat menambah nilai
suatu barang dan jasa melalui inovasi, keberhasilan dapat dicapai apabila
wirausaha menggunakan produk, proses dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk
menggali perubahan. Inovasi sebagai instrumen penting untuk memberdayakan
sumber-sumber agar menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan nilai. Inovasi-inovasi
ini, awalnya berasal dari ide-ide brilian yang menurut Zimmerer dapat
menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan wirausaha, menciptakan produksi,
sistem promosi dan pemasaran yang potensial. Mengingat dalam wirausaha banyak
tantangan dan resiko (resiko teknik, pasar, persaingan dan finansial) serta
peluang yang bisa ditawarkan. Menurut Zimmerer ada beberapa cara ide, dapat menghasilkan
peluang antara lain:
1. Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara atau
metode yang lebih baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi
kebutuhan.
2. Ide dapat mendorong menghasilkan produk dan jasa yang kompetitif maupun
baru.
3. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi bagaimana pekerjaan dilakukan atau modifikasi
cara melakukan pekerjaan.
Dengan demikian sumber peluang
potensial yang dapat digali melalui ide adalah menciptakan produk baru yang
berbeda; mengamati celah peluang; menganalisis produk-produk dan proses secara
mendalam serta memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi.
Latihan Soal
Jawablah soal-soal
latihan dibawah ini secara jelas dan ringkas mengacu pada butir-butir materi
yang telah diajarkan!
1.
Apa yang
anda pahami dengan dikotomi enterpreneur
dan bukan enterpreneur,jelaskan !
2.
Apa yang
menjadi pendorong dan menghambat kemunculan ide maupun peluang wirausaha, baik
dari dalam diri maupun ekternal!
3.
Bagaimana
penjelasan saudara tentang sebuah ide dapat menghasilkan peluang dan beri
contohnya!
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Setelah pembahasan pokok materi ini, diharapkan mahasiswa dapat
menjelaskan tentang bagaimana memulai
membuka usaha dan mengembangkan usaha.
|
Sebelum lanjut pada upaya merintis usaha baru, perlu
kiranya kita pahami mengenai prinsip-prinsip pengembangan usaha, demi
keberlanjutan sebuah usaha yaitu : Peduli (1), peduli dan peka terhadap
segala hal yang terjadi dalam lingkungannya serta selalu memelihara rasa cinta
kasih sesama. Kedua positif dan antusias, selalu antusias dalam berpikir dan
bertindak demi mencapai tujuan berusaha. Namun
segala pemikiran dan tindakan tersebut bersifat positif demi menjaga
kelangsungan usaha. Inisiatif (3) , memiliki inisiatif dalam menjalankan usaha
berdasarkan motivasi yang kuat untuk maju dan mencapai tujuan tanpa menunggu
komando, dan tanpa menyimpang dari kebijakan perusahaan atau negara. Rendah
hati (4), berusaha selalu optimis dalam setiap langkah, namun tidak
sombong dan selalu menghargai serta menghormati orang lain.
Kelima, kreatif dan inovatif , selalu
kreatif dalam berusaha dengan melakukan berbagai inovasi agar dapat memenangkan
persaingan dan menjadi leader dalam
lingkungannya. Komunikatif (6), memiliki kemampuan berkomunikasi dengan
menguasai tekniknya secara baik, sehingga mampu menyampaikan segala informasi
yang diperlukan tanpa menimbulkan kesalah-pahaman. Kerjasaman (7), mampu
menjalin kerjasama untuk menggalang kemitraan dengan semua kalangan dalam
menjalankan tugas agar sukses mencapai tujuan. Kedelapan disiplin & bertanggungjawab,
memiliki rasa tanggungjawab yang besar terhadap kelangsungan hidup kegiatan
usaha. Untuk itu, diperlukan disiplin yang tinggi dalam menjalankan semua
peraturan atau ketentuan demi mencapai tujuan.
Komitmen & tabah (9), memiliki komitmen yang tinggi terhadap semua keputusan atau peraturan
dan kesepakatan yang telah ditetapkan serta bertanggungjawab melaksanakan tanpa
tawar-menawar. Dan sebagai prinsip kesepuluh produktif adalah bekerja
secara profesional, tekun dan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang
maksimal. Berikut ini dapat diperhatikan beberapa konsep tentang kerja
profesional dilihat tabel di bawah ini.
Tabel 3. Delapan Etos
Kerja Profesional
Etos
|
Doktrin
Kerja
|
Keyakinan
Kerja
|
Komitmen
Kerja
|
Motivasi
Kerja internal
|
1
|
Kerja itu suci
|
Kerja adalah
panggilanku
|
Bekerja benar
|
Mantap-percaya diri
Merdeka
|
2
|
Kerja itu sehat
|
Kerja adalah
aktualisasiku
|
Bekerja keras
|
Sehat-Segar-Bugar
|
3
|
Kerja itu amanah
|
Kerja adalah
Tanggung- Jawabku
|
Bekerja Tuntas
|
Berharga-Terpercaya-
Keharusan
|
4
|
Kerja itu rahmat
|
Kerja adalah Terima
Kasihku
|
Bekerja Tulus
|
Tenang-Sukacita-Bahagia
|
5
|
Kerja itu ibadah
|
Kerja adalah
Pengabdianku
|
Bekerja Serius
|
Cinta-Tergetar-Terharu
|
6
|
Kerja itu seni
|
Kerja adalah
Kesukaanku
|
Bekerja Kreatif
|
Gairah-Gembira-Asyik
|
7
|
Kerja itu
kehormatan
|
Kerja adalah
Kewajibanku
|
Bekerja Unggul
|
Bangga-Terhormat-Tersanjung
|
8
|
kerja itu mulia
|
Kerja adalah
Pelayananku
|
Bekerja Sempurna
|
Berguna-Berarti-Mulia
|
Section 13.02
Dalam memasuki suatu bisnis atau
usaha, dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1) merintis usaha baru sejak
awal, 2) membeli perusahaan yang sudah ada dan 3) kerjasama manajamen atau
waralaba (franchising). Selanjutnya
yang perlu diperhatikan dalam rangka meristis usaha baru: a) bidang usaha dan
jenis usaha yang akan dirintis, b) bentuk dan kepemilikan usaha yang akan
dipilih, c) tempat usaha yang akan dipilih, d) organisasi usaha yang akan
datang, e) jaminan usaha yang mungkin diperoleh, dan f) lingkungan usaha yang
akan berpengaruh.
Untuk mengelola usaha tersebut harus diawali dengan : (1) perencanaan usaha;
(2) pengelolaan keuangan; (3) aksi strategis usaha dan (4) teknik pengembangan
usaha. Entrepreneur, orang
yang berusaha mendirikan usaha baru/organisasi baru, sering terfokus pada upaya
pengumpulan modal tanpa mengadakan survey tentang usaha apa yang mesti
dikelola, kemampuan apa yang dimiliki dan perencanaan yang juga sering
diabaikan. Disisi lain usaha-usaha yang telah ada banyak menemui hambatan
seperti: tidak efektifnya penerapan teknik tradisional manajemen pada
pengembangan suatu bidang baru. Menurut James Brian Quinn (1995)
hal yang perlu diperhatikan dalam
merintis usaha baru adalah: a) iklim inovasi dan visi, b) orientasi
pasar, c) organisasi yang tetap datar dan kecil dan d) proses belajar
interaktif
Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan,
diketahui bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha
adalah :
a)
mencari
peluang usaha baru: memperbaiki dan mengembangkan usaha lama, dan jenis usaha
yang pernah dilakukan
b)
pembiayaan :
mengidentifikasi pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana,
c)
SDM : merinci
tenaga kerja yang dimiliki dan akan dipergunakan,
d)
kepemilikan
: penekanan pada peran-peran para pihak dalam pelaksanaan usaha,
e)
organisasi :
pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki,
f)
kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka
panjang, proses manajerial (POAC)
g)
Pemasaran : meliputi
lokasi dan tempat usaha.
Kebutuhan berprestasi wirausaha (n’Ach) terlihat dalam
tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan efisien dibanding
sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) ingin mengatasi sendiri kesulitan dan
persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya; b) selalu memerlukan umpan balik
yang segera, untuk melihat keberhasilan dan kegagalan; c) memiliki
tanggungjawab personal yang tinggi;
d) berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan; e) menyukai dan melihat
tantangan secara seimbang.
Wirausaha mengandung asumsi bahwa setiap orang yang
mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai
kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok
(1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut
maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan
terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta
membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.”
Pekerti, 1997 (dalam Sutrino, 2003).
BAGAN 3
KERANGKA BERPIKIR TENTANG
KEWIRAUSAHAAN
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Mahasiswa setelah
pembelajaran pokok bahasan ini diharapkan mampu menjelaskan tentang
pelaksanaan manajemen dan strategi kewirausahaan
|
Section 14.01
Section 14.02 9.1 Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan
Manajemen kewirausahaan adalah menyangkut semua kekuatan
perusahaan yang menjamin bahwa usahanya betul-betul eksis. Bila ingin eksis
maka wirausaha harus memiliki kompetensi seperti: fokus terhadap pemasaran,
buat ramalan pendanaan untuk menghindari tidak terbiayainya perusahaan,
membangun tim manajemen, bukan menonjolkan perorangan dan beri peran tertentu
pada setiap anggota tim. Dalam konsep strategi pemasaran terdapat istilah
bauran pemasaran (marketing mix)
dikenal dengan 4 P atau 5 P yaitu: 1) product
(barang dan jasa), price (harga),
place (tempat), promotion (promosi) dan Probe
(penelitian dan pengembangan). Selanjutnya Mintzberg menggambarkan 5 P
dengan konsep yang berbeda yaitu 1) plan (perencanaan),
patern (pola), position (posisi), perspective
(perspektif), dan play (permainan/taktik).
Strategi
keunggulan bersaing menurut Porter (1997) adalah :
a) biaya rendah, keunggulan berasal dari : pengerjaan berskala ekonomis,
teknologi milik sendiri dan akses prefernsi bahan baku.
b) Diferensiasi barang dan jasa dalam hal : diferensiasi produk, sistem
penyerahan/distribusi, dalam pendekatan pemasaran, dalam penggunaan peralatan
dan kontruksi dan dalam membentuk citra produk.
c) Fokus; berusaha mencari keunggulan dengan segmen sasaran pasar tertentu
meskipun tidak memiliki keunggulan bersaing secara keseluruhan.
Dalam upaya untuk menciptakan strategi intrapreneurial, perusahaan harus memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan berikut ini :
1.
Perusahaan yang
mempromosikan pertumbuhan pegawai akan dapat merekrut orang-orang yang memiliki
kemampuan terbaik.
2.
Tantangan di era tahun
2000-an ini adalah pelatihan kembali para manajer untuk menjadi guru, pelatih dan mentor.
3.
Orang-orang dengan
kemampuan terbaiknya mencari perusahaan terbaik yang menyediakan program bonus.
4.
Wewenang manajemen akan
degantikan oleh suatu jaringan, dicirikan oleh koordinasi dan dukungan
horizontal.
5.
Intrapreneurship dalam korporasi
memperbolehkan seorang pegawai.
6.
Mendapatkan kepuasan
dari pengembangan ide-idenya tanpa resiko meninggalkan perusahaan.
7.
Perusahaan-perusahaan
besar mengambil pelajaran dari bisnis kecil dan belajar bagaimana bisa
fleksibel, mendorong inovasi, serta membakar semangat pegawainya.
Menurut John W. Alexander (1989) untuk mendukung
strategi entrapreneurial ini, ada beberapa langkah penting yang perlu
dilakukan:
(1) pengembangan visi; (2) dorongan inovasi; (3) penstrukturan suatu iklim
intrapreneurial dan (4) pengembangan tim usaha.
Pengembangan dan merintis usaha baru memerlukan upaya
yang gigih untuk dapat mempertahankan semangat dan perilaku kreatif, yang dapat
mendukung pencapaian puncak keberhasilan usaha. Untuk mendorong perilaku
kreatif agar wirausaha memperoleh keuntungan di pasar dapat dilakukan dengan
cara:
(1) Mendidik wirausaha tentang pelayanan perusahaan, khususnya tentang alasan
mereka membeli produk dan jasa, tentang masalah yang dihadapi pelanggan, dan
tentang apa kebutuhan serta keinginan spesifik dari pelanggan.
(2) Mendidik wirausaha tentang nilai-nilai perbaikan produk dan pemasarannya
tentang proses distribusi dan perbaikan teknik produksi untuk dapat bersaing.
(3) Menciptakan iklim kerja yang positif yang mendorong terciptanya ide-ide
baru.
Disamping itu, ada satu cara bagi perusahaan untuk mengembangkan iklim intrapreneurial, yakni melalui program Intrapreneurship Training
Program (ITP). Program tersebut dirancang untuk melatih para peserta untuk
mendukung intrapreneurship dalam
lingkup pekerjaan masing-masing. Program ini mencakup : pengenalan, kreativitas individu, intrapreneuring, penilaian budaya yang ada saat ini, perencanaan
bisnis dan perencanaan tindakan. Merubah
pola pikir seseorang (mitos) bahwa tidak semua orang bisa menjadi interpreneur sering menjadi hambatan dan
membuat langkah menjadi ragu-ragu dalam berusaha. Mitos lain yang perlu
dikanter lagi antara lain: motivasi
utama dari seorang entrepreneur (intrapreneur) adalah keinginan untuk
kemakmuran, karenanya uang adalah tujuan utama. Padahal secara kenyataan motivasi
utama dari entrepreneur (intrapreneur) adalah proses inovasi,
yaitu kebebasan dan kemampuan adalah motivasi utama, uang hanya sebuah alat dan
symbol kesuksesan. Mitos kedua entrepreneur adalah pengambil resiko
tinggi – mereka adalah penjudi yang memainkan taruhan besar, kenyataan wirausaha adalah seorang yang
realistis dengan mengambil resiko menengah. Karena ia memperhitungkan resiko
yang dihadapi. Pemikiran-pemikiran ini
harus selalu dibenahi, untuk dapat mendorong setiap kemampuan yang dimiliki,
sehingga dapat menghasilkan energi positif yang dapat mendorong kearah yang
lebih cepat, lebih ringan dan sukses.
|
|
|
Article XV.
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Setelah pembahasan
pokok bahasan ke sepuluh ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang
penggunaan sumberdaya wirausaha dalam
kegiatan usaha maupun pekerjaan kantor
|
Dalam wirausaha modal tidak selalu
berkaitan dengan modal yang berwujud (tangible)
seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak berwujud seperti modal
intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental yang dilandasi dengan
agama. Secara garis besar modal wirausaha dibagi kedalam empat kelompok yaitu
modal intelektual, modal sosial, dan moral, modal mental, serta modal material.
Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama
yang disertai pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, komitmen dan tanggungjawab
sebagai modal tambahan. Ide merupaka modal utama
akan membentuk modal lainnya.
Bagan 4
Model Berpikir Proses Terbentuknya
Modal Intelektual
Skill x knowledge Capability x authority Competency x Comitment Intellectual Capital
Intellectual Capital = Competency
x Comitment, artinya meskipun seorang wirausaha memiliki tingkat
pengetahuan yang tiggi, apabila tidak disertai komitmen yang tinggi, maka ia
tidak akan menggunakan modal intelektualnya. Competency = Cabability x
authority, artinya wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yang memiliki
kemampuan dan wewenang sendiri dalam mengelola
usahanya (mandiri). Capability
= Skill x knowledge,artinya
kapabilitas wirausaha sangat ditentukan oleh ketrampilan dan pengetahuan, yang
dilengkapi oleh sikap dan motivasi untuk selalu berpretasi membentuk
kepribadian wirausaha.
Dalam
kewirausahaan, kompetensi inti (core competency) adalah kreatifitas dan
inovasi dalam rangka menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan dengan
berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keunikan (seperti citra).
Ketampilan, pengetahuan, dan kemampuan merupakan kompetensi inti wirausaha
untuk menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar menawar yang
kuat dalam persaingan.
Modal sosial dan
moral
diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan, sehingga dapat terbentuk
citra. Seorang wirausaha yang baik biasanya memiliki etika wirausaha, seperti:
1) kejujuran, 2) memiliki integritas, 3) menepati janji, 4) kesetiaan, 5)
kewajaran, 6) suka membantu orang lain,
7) menghormati orang lain, 8) warga negara yang baik dan taat hukum,
9) mengejar keunggulan, dan 10) bertanggungjawab. Dalam konteks sosial dan
ekonomi kejujuran, integritas dan ketepatan janji merupakan modal sosial yang
dapat menumbuhkan kepercayaan dari waktu ke waktu.
Modal mental adalah kesiapan
mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk
menghadapi resiko dan tantangan. Modal
material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini terbentuk
apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal di atas.
Para wirausaha haruslah mengetahui bagaimana
mempergunakan pelbagai sumberdaya dalam lingkungannya untuk membantu dalam
kegiatan-kegiatan wirausaha. Dalam hal penggunaan sumberdaya yang perlu
diperhatikan adalah berkenaan dengan bagaimana memperoleh (1) sumberdaya yang langka
(misalnya sumberdaya manusia dan uang), (2) menilai kemungkinan-kemungkinan
pasar meliputi: menemukan pasar yang menguntungkan, memilih produk yang dapat
dijual, menentukan perubahan dalam perilaku konsumen, meningkatkan
teknik-teknik pemasaran dan merencanakan sasaran-sasaran realistik. (3)
memasarkan produk atau jasa-jasa dengan mengidentifikasi para pelanggan,
penetapan harga yang sesuai, menarik pelanggan baru, mempromosikan usaha dan
periklanan, hak paten, mengembangkan ekspor impor, memperhatikan persaingan dan
faktor luar yang berpengaruh.
(4) menggunakan sumberdaya luar, perlunya melibatkan pihak ketiga apakah
perbankan, tenaga advokasi hukum, akuntan, akademisi dll dan (5) menangani badan-badan pemerintah
menyangkut perijinan dan pelaporan, perpajakan, perundang-undangan bisnis,
bentuk-bentuk badan usaha pemerintah dan lain-lain menyangkut kebijakan
pemerintah.
Berdasarkan teori wirausaha perusahaan yang memperoleh
keuntungan adalah perusahaan yang mampu mengelola sumber daya dengan baik. Beberapa
strategi dalam mengelola sumberdaya menurut Grant (1991) adalah:
1) mengidentifikasi dan mengklasifikasi sumber daya (teknologi, kapabilitas
SDM, paten merk, kemampuan finansial, kecanggihan pemasaran, pelayanan pada
pelanggan, sumberdaya fisik lainnya).
2) Mengidentifikasi dan mengevaluasi kemampuan dan kapabilitas. Kapabilitas
diartikan sebagai apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan melalui kerjasama
tim (bukan perorangan) untuk mengembangkan berbagai sumberdaya yang dimiliki
perusahaan. Kapabilitas itu mengintegrasikan ide baru, keterampilan, dan
pengetahuan lain yang menjadi kunci berpikir kreatif.
3) Menyortir dan mengembangkan kapabilitas untuk diterapkan di pasar guna
mencapai keuntungan tinggi secara berkesinambungan yang sulit ditiru atau
disaingi.
4) Memformulasikan strategi pengembangan sumberdaya inti dan kapabilitas
seefektif mungkin pada semua kegiatan manajemen.
Wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi
yaitu : seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas
individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan. Keterampilan yang harus
dimiliki :
a. Managerial skill
Keterampilan manajerial merupakan
bekal yang harus dimiliki wirausaha. Seorang wirausahawan harus mampu menjalankan
fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan dan pengawasan agar usaha yang dijalankannya dapat mencapai
tujuan yang diinginkan. Kemampuan menganalisis dan mengembangkan pasar,
kemampuan mengelola sumber daya manusia, material, uang, fasilitas dan seluruh
sumber daya perusahaan merupakan syarat mutlak untuk menjadi wirausaha sukses.
Secara garis besar ada dua cara untuk menumbuhkan kemampuan manajerial, yaitu melalui jalur formal dan
informal. Jalur formal misalnya melalui jenjang
lembaga pendidikan sekolah menengah kejuruan bisnis dan manajemen atau
melalui pendidikan tinggi misalnya departemen administrasi niaga atau
departemen manajemen yang tersebar berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun
swasta. Jalur informal, misalnya melalui seminar, pelatihan dan otodidak serta
melalui pengalaman.
b. Conceptual skill
Kemampuan untuk merumuskan tujuan,
kebijakan dan strategi usaha merupakan landasan utama menuju wirausaha sukses.
Tidak mudah memang mendapatkan kemampuan ini. Kita harus ekstra keras belajar
dari berbagai sumber dan terus belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman
orang lain dalam berwirausaha.
c. Human skill
Keterampilan memahami,
mengerti, berkomunikasi dan berelasi. Supel, mudah bergaul, simpati dan empati
kepada orang lain adalah modal keterampilan yang sangat mendukung kita menuju
keberhasilan usaha. Dengan keterampilan seperti ini, kita akan memiliki banyak
peluang dalam merintis dan mengembangkan usaha. Upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan ini misalnya dengan melatih diri diberbagai
organisasi, bergabung dengan klub-klub hobi dan melatih kepribadian kita agar
bertingkah laku mentenangkan bagi orang lain
d. Decision
making skill
Keterampilan
merumuskan masalah dan mengambil keputusan. Sebagai seorang wirausaha, kita
seringkali dihadapkan pada kondisi ketidakpastian. Berbagai permasalahan
biasanya bermunculan pada situasi seperti ini. Wirausaha dituntut untuk mampu
menganalisis situasi dan merumuskan berbagai masalah untuk dicarikan berbagai
alternatif pemecahannya. Tidak mudah memang memilih alternatif terbaik dari
berbagai alternatif yang ada. Agar tidak salah menentukan alternatif, sebelum
mengambil keputusan, wirausaha harus mampu mengelola informasi sebagai bahan
dasar pengambilan keputusan. Keterampilan memutuskan dapat kita pelajari dan
kita bangun melalui berbagai cara. Selain pendidikan formal, pendidikan
informal melalui pelatihan, simulasi dan berbagi pengalaman dapat kita peroleh.
e. Time
managerial skill
Keterampilan mengatur dan
menggunakan waktu. Para pakar psikologi mengatakan bahwa salah satu penyebab
atau sumber stress adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktu dan
pekerjaan. Ketidakmampuan mengelola waktu membuat pekerjaan menjadi menumpuk
atau tak kunjung selesai, sehingga membuat jiwanya gundah dan tidak tenang.
Seorang wirausaha harus terus belajar mengelola waktu. Keterampilan mengelola
waktu dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan dan rencana-rencana yang telah
digariskan (Abdul Muhyi, 2007)
Article XVII.
Dibawah ini soal-soal yang merangkul pendalaman materi bab 8, 9 dan 10,
kerjakan soal-soal ini di rumah, untuk dilakukan pembahasan pada tatap muka
berikutnya.
1. Sebut dan jelaskan prinsip-prinsip dalam mengembangkan usaha.
2. Jelaskan & beri contoh delapan etos kerja yang perlu ditekuni bagi
wirausaha.
3. Apa saja yang bisa dilakukan dalam merintis usaha baru!
4. Jelaskan kerangka berpikir pengembangan jiwa wiausaha!
5. Jelaskan tentang 5 P berhubungan dengan manajemen dan strategi usaha!
6. Jelaskan pemahaman saudara tentang manajemen dan strategi!
7. Dalam menciptakan strategi pengembangan usaha pertimbangan-pertimbangan apa
yang perlu menjadi perhatian!
8. Sebutkan berapa langkah yang perlu dikerjakan dalam upaya menumbuhkan
perilaku kreatif!
9. Dalam bekerja, mengapa semangat wirausaha harus selalu dipupuk? Serta
bagaimana caranya agar semangat itu tetap ada?
10. Apa yang menjadi motivasi utama dalam wirausaha, jelaskan.
11. Sebut dan jelaskan berbagai modal wirausaha yang dibutuhkan!
12. Jelaskan kerangka berpikir modal intelektual!
13. Apa yang saudara pahami tentang kompetensi inti!
14. Dalam pengelolaan sumberdaya, apa saja yang perlu menjadi perhatian
saudara?
15. Sebutkan beberapa strategi mengelola sumber daya!
Article XXI. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KEUANGAN
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan bahwa kemampuan perencanaan dan pengendalian keuangan dapat
mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan wirausaha
|
Salah satu bidang kunci
sukses wirausaha adalah perencanaan dan pengendalian keuangan. Perencanaan dan
pengendalian keuangan sangat menentukan bagi masa depan bisnis. Wirausaha
haruslah meluangkan waktu untuk memperbaiki posisi keuangan dari bisnis mereka:
menghilangkan kelemahan-kelemahan, mengembangkan kekuatan, belajar dari
keberhasilan dan kesalahan masa lampau dan mengatur perkembangan keuangan masa
depan (Meredith, 2005). Dengan demikian menjadikan seorang wirausaha menjadi
tanggul dan unggul.
Menurut Sutrisno, (2003) wirausaha yang perilaku dan
kemampuannya lebih menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta
mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya secara efisien lazim
disebut administrative entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha yang perilaku
dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan menghadapi
resiko lazim disebut innovative entrepreneur. Menjadi wirausaha
profesional harus memenuhi kriteria ketangguhan dan keunggulan. Adapun ciri
dari kedua kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a) Ciri dan Kemampuan Wirausaha Tangguh
1. Berpikir dan bertindak strategik, adaptif terhadap
perubahan dalam berusaha mencari peluang keuntungan termasuk yang mengandung
resiko agak besar dan dalam mengatasi masalah.
2. Selalu berusaha untuk mendapat keuntungan melalui
berbagai keunggulan dalam memuaskan langganan.
3. Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan
kelemahan perusahaan (dan pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan
sistem pengendalian intern.
4. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan
perusahaan terutama dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja serta
pemupukan permodalan.
b) Ciri dan Kemampuan Wirausaha Unggul
1. Berani mengambil resiko serta mampu memperhitungkan dan
berusaha menghindarinya.
2. Selalu berupaya mencapai dan menghasilkan karya bakti
yang lebih baik untuk langganan, pemilik, pemasok, tenaga kerja, masyarakat,
bangsa dan negara.
3. Antisipasif terhadap perubahan dan akomodatif terhadap lingkungan.
4. Kreatif mencari
dan menciptakan peluang pasar dan meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
5. Selalu berusaha meningkatkan keunggulan dan citra
perusahaan melalui inovasi di berbagai bidang.
Sementara itu dalam suatu penelitian tentang Standarisasi
Tes Potensi Kewirausahaan Pemuda Versi Indonesia; Munawir Yusuf (1999)
menemukan adanya 11 ciri atau indikator kewirausahaan, yaitu: (1) motivasi berprestasi;
(2) kemandirian; (3) kreativitas; (4) pengambilan resiko (sedang); (5) keuletan;
(6) orientasi masa depan; (7) komunikatif dan reflektif; (8) kepemimpinan;
(9). locus of control; (10) perilaku
instrumental dan (11). Penghargaan terhadap uang.
Kebutuhan untuk mengukur dan mengendalikan hasil-hasil
dari segi keuangan, perlu difokuskan pada 5 (lima) persoalan berikut: (1)
rencana-rencana tindakan keuangan; (2) mengembangkan sikap terhadap sumberdaya;
(3) mengukur dan mengendalikan strategi keuangan dan hasil; (4) sukses keuangan
melalui orang lain dan (5) perangkat untuk pengendalian dan keputusan-keputusan
sistem-sistem infomasi.
- Rencana Tindakan Keuangan
Wirausaha perlu bersikap
positif dalam merencanakan masa depan,
tindakan sebagai langkah lanjut dari perencanaan keuangan, yang meliputi
sepuluh langkah berikut:
1.
Menetapkan tujuan-tujuan
keuangan yang tepat bagi perusahaan anda.
2.
Mengevaluasi strategi
keuangan alternatif
3.
Mengumpulkan dan
mengevaluasi fakta dan angka keuangan untuk melengkapi rencana-rencana
4.
Menetapkan tingkat dan
target efisiensi (baik jangka panjang maupun jangka pendek) bagi bisnis
dipandang dari sudut imbalan bagi pemilik dan karyawan.
5.
Mengembangkan sebuah
rencana keuangan menyeluruh untuk memberikan “peta besar” masa depan.
6.
Memeriksa kebenaran
rencana menyeluruh dengan memeriksa setiap unsur untuk memastikan bahwa setiap
unsur itu realistik dalam hubungan dengan pengalaman masa lampau.
7.
Menganalisis rencana
dengan membandingkannya dengan prestasi standar yang sudah ditetapkan, baik
intern maupun ekstern.
8.
Meninjau kembali
rencana, merevisi perlunya sampai tercapai sebuah kombinasi strategi dan
faktor-faktor yang dapat diterima.
9.
Menggunakan rencana
sebagai kekuatan motivasi dengan
mengkomunikasikan hasil-hasil dari perencanaan kepada personalia inti
pada semua tahap proses, dan
10.
Memastikan bahwa proses
perencanaan diikuti oleh pengendalian yang mencukupi, dan memberitahukan serta
memotivasi staf yang terlihat.
b.
Mengembangkan Sikap Terhadap Sumberdaya
Semua kegiatan bisnis
berkisar sekitar uang. Jika lebih banyak uang yang masuk dari pada ke luar,
akan ada laba. Mengetahui bagaimana wirausaha dalam memanajemeni urusan-urusan
keuangan anda adalah penting menjadi mampu memperoleh laba dalam bisnis.
1. Mengukur sumberdaya anda:
sumber fisik adalah harta, bagaimana anda menggunakan harta,
mengembangkan untuk memperoleh laba usaha, itu semua sudah harus bisa diukur
dengan jelas.
2. Mengkur imbalan anda; imbalan bisa berupa uang atas
prestasi yang dapat diukur dengan uang. Prestasi ini dapat dilihat dari dua
sisi yaitu atas waktu dan investasi yang keluarkan untuk perusahaan, demikian
juga nanti akan bisa memberikan imbalan bagi orang lain.
3. Pengendalian faktor-faktor keuangan yang meliputi margin bersih atau kotor,
putaran sediaan, biaya umum, dan produktivitas staf.
4. Keuangan; bidang keuangan ini sangat perlu ketelitian
misalnya menyangkut likwiditas. Anda harus mengerti siklus keuangan, penggunaan
investasi, pengeluaran, laba, imbalan untuk pekerja maupun laba yang ditanamkan
menjadi modal kembali.
5. Pengendalian masa depan meliputi: pengendalian dan
monitoring prestasi; revisi dan merumuskan kebijakan yang memperkuat usaha.
c.
Mengukur dan
Mengendalikan Strategi Keuangan Serta Hasil
Perlu diperhatikan dalam
hal ini adalah : pengendalian faktor-faktor kritis; kecendrungan-kecendrungan;
penghasilan laba; perbandingan intern dan ekstern, serta rapat untuk tindakan.
Pusat perhatian anda adalah pada pengendalian hasil-hasil dari usaha bisnis,
yang menghasilkan tindakan korektif dan menguasai persoalan menemukan dan
menggunakan dana untuk pertumbuhan dan perkembangan bisnis.
d. Sukses keuangan melalui orang lain; sebagai seorang
wirausaha, seharusnya menaruh minat dan perhatian pada orang, karena sukses
anda tergantung pada upaya maksimal dari seluruh orang yang terlibat dari pihak
manajemen, karyawan, diri anda, dan yang tidak kalah pentingnya adalah para
klien atau pelanggan anda. Pastikan pelanggan anda puas dan senang berbisnis
dengan anda, pastikan karyawan yang anda ajak bekerja memiliki keahlian yang
cukup, jujur, dan profesional. Pastikan pihak manajemen telah mengatur gaji
atau imbalan pada setiap orang secara tepat, menghargai investasi dan waktu
orang juga secara tepat.
e. Perangkat untuk pengendalian dan keputusan-keputusan
sistem-sistem infomasi. Mengusahakan agar karyawan anda terus menerus memperoleh
informasi, dilibatkan dan dimotivasi dengan standar-standar prestasi. Informasi
merupakan kuncinya dn arus informasi berarti mempunyai sistem informasi yang
dapat dipercaya.
Latihan Soal
Jawablah pentanyaan
dibawah ini, secara singkat dan jelas!
- Sebut dan jelaskan ciri-ciri wirausaha yang tangguh!
- Sebut dan jelaskan ciri-ciri wirausaha yang unggul!
- Untuk memperoleh kesuksesan dalam pelaksanaan
wirausaha, maka faktor perencanaan dan pengendalian keuangan perlu menjadi
perhatian, jelaskan!
Article XXII.
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Mahasiswa diharapkan
mengetahui berbagai tantangan kewirausahaan dalam kontek global dan mampu
menjelaskan bagaimana cara merubah tantangan menjadi peluang.
|
Meskipun imbalan dalam berwirasuaha menggiurkan, tapi ada juga biaya yang berhubungan
dengan kepemilikan bisnis tersebut. Memulai dan mengoperasikan bisnis sendiri
membutuhkan kerja keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan kekuatan emosi.
Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha,
tidak ada jaminan kesuksesan. Wirausaha harus menerima berbagai resiko berhubungan
dengan kegagalan bisnis. Tantangan berupa kerja keras, tekanan emosional, dan
resiko meminta tingkat komitmen dan pengorbanan jika kita mengharapkan
mendapatkan imbalan.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas negara
akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian
internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan
membawa peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara
kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global
kedalam pasar domestik. Secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian
dari perekonomian global yang di tandai dengan adanya kekuatan pasar dunia.
Maka dari itu kita sebagai warga negara harus bisa bersaing dengan dengan
negara lain agar kita tidak tersingkirkan oleh ketatnya persaingan dalam era
globalisasi ini.
Para mahasiswa hendaknya menyadari bahwa, tujuan pemberian
mata kuliah kewirausahaan adalah untuk:
- Membuka wawasan kewirausahaan
- Menanamkan sikap kewirausahaan
- Memberikan bekal pengetahuan praktis
- Memberikan pengalaman awal berusaha
- Memberikan bekal kemampuan kecerdasan dasar
emosional yang merupakan keterpaduan sinergistik antara kemampuan
intelektual, teknikal dan kualitas pribadi (kemampuan personal dan sosial)
- Mempersiapkan para alumnus yang memiliki jiwa dan
semangat wirausaha dan mampu tampil berprestasi dimanapun bekerja dan
mampu beradaptasi menghadapi perubahan di masyarakat
- Mempersiapkan alumnus untuk mampu menciptakan
lapangan kerja bagi diri sendiri/masyarakat sekitarnya.
Tujuan pembangunan nasional seperti yang dikemukakan
dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Sedangkan cita-cita pembangunan adalah melindungi segenap bangsa Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sejalan
dengan tujuan pembangunan nasional tersebut, maka dunia pendidikan dapat
berperan serta dalam:
(1) Upaya pemberdayaan
masyarakat dalam membina sikap entrepreneurship;
(2) Upaya pemantapan
pendidikan kewirausahaan di kampus;
(3) Mengubah pola pikir
ke arah globalisasi yang benar dan berkelanjutan.
Untuk mencapainya maka diperlukan kerjasama antara mahasiswa
dan masyarakat secara umum agar tercipta kebijakan dasar yang memuat beberapa
unsur penting, yaitu:
a) Mendorong penerapan mekanisme pasar yang bersahabat,
yaitu yang sesuai dengan pemahaman
sosial politik serta tujuan pembangunan;
b) Pemberdayaan masyarakat daerah sebagai pelaku utama
ekonomi, baik sebagai produsen maupun konsumen sehingga masyarakatlah yang
merasakan langsung dampak pembangunan; dan
c) Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai suatu
upaya transformasi
d) sistem produksi dari perilaku pasif ke perilaku yang
lebih kompetitif.
Mekanisme pasar yang bersahabat (market friendly
mechanism) merupakan implikasi dari pelaksanaan demokrasi ekonomi yang
memberikan ruang gerak dan kesempatan luas dan terbuka bagi semua pelaku
ekonomi. Dalam konteks Indonesia pelaksanaan mekanisme pasar perlu mengikuti
dasar :
1) semangat kebersamaan (cooperative),
2) terbuka dan transparan (melalui prosedur yang benar),
3) adil (saling menguntungkan dan saling membantu melalui
prinsip perpajakan dan/atau subsidi),
4) mampu memberikan peluang seoptimal mungkin peran serta
aktif masyarakat dari segala lapisan/kemampuan dalam kegiatan sosial ekonomi
produktif.
Pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan dan/atau
meningkatkan kemandirian
masyarakat. Dalam kerangka pembangunan daerah, upaya pemberdayaan masyarakat
dapat dilihat dari beberapa sisi pandang:
1) Mendorong terciptanya suasana atau iklim usaha yang
memungkinkan masyarakat untuk berkembang;
2) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui
berbagai pemberian dukungan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana
baik fisik maupun sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah;
3) Melindungi, melalui pemihakan kepada yang lemah untuk
mencegah berlangsungnya persaingan yang tidak seimbang, namun sebaliknya
diupayakan menciptakan kemitraan sinergis yang saling menguntungkan.
Bagan 4. Tantangan Utama Wirausaha
dalam Persaingan Global
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan life skill sebagai daya dorong tumbuhnya jiwa
kewirausahaan, dan mampu menerapkannya dalam kehidupan organisasi, dunia
kerja dan bidang wirausaha.
|
Dalam kehidupan keseharian, manusia akan selalu
dihadapkan pada problema hidup yang harus dipecahkan dengan menggunakan
berbagai sarana dan situasi yang dapat dimanfaatkan. Kemampuan seperti itulah
yang merupakan salah satu inti kecakapan hidup (life skill). Artinya kecakapan yang selalu diperlukan oleh
seseorang di manapun ia berada, baik yang berstatus peserta didik, pekerja,
guru, pedagang, maupun orangtua. Pengertian life
skill adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi
problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari
serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Section 24.02
Kecakapan hidup (life
skill) dapat dipilah menjadi lima bagian, ialah kecakapan mengenal diri (self awarness), kecakapan berpikir
rasional (thinking skill), kecakapan sosial
(social skill), kecakapan akademik (academic skill), dan kecakapan
vokasional (vocational skill).
(1) Kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan personal (personal skill), adalah kecakapan yang diperlukan bagi seseorang
untuk mengenal dirinya secara utuh. Kecakapan ini mencakup :
a) penghayatan diri
sebagai makhluk Tuhan,
b) penghayatan diri
sebagai anggota keluarga dan masyarakat,
c) penghayatan diri
sebagai warga negara,
d) menyadari dan
mensyukuri kelebihan dan kekurangan diri,
e) menjadikan kelebihan dan kekurangan sebagai modal
dalam meningkatkan diri agar bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
(2) Kecakapan berpikir rasional (thinking skill) adalah kecakapan yang diperlukan dalam pengembangan
potensi berpikir, mencakup :
a) kecakapan
menggali dan menemukan informasi (information
searching)
b) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision making
skills)
c) kecakapan
memecahkan masalah secara kreatif (creative
problem solving skill)
(3) Kecakapan sosial
ataukecakapan interpersonal (social skill)
mencakup :
a) kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill). Empati, sikap
penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan, karena yang
dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan
sampainya pesan, disertai dengan ‘kesan’ baik, akan menumbuhkan hubungan yang
harmonis.
b) kecakapan bekerjasama
(4) Kecakapan
akademik (academic skill) atau kemampuan
berpikir ilmiah, mencakup
komponen-komponen :
a) kemampuan melakukan
identifikasi variabel,
b) kemampuan merumuskan
hipotesis,
c) kemampuan melakukan
penelitian,
(5) Kecakapan vokasional (vocational skill), adalah keterampilan yang dikaitkan dengan
berbagai bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Secara
sederhana dapat dibuat skema pembagian kecakapan hidup yang perlu ditanamkan
kepada peserta didik, sebagai berikut :
Bagan 5. Ruang Lingkup Life
Skill
Thinking Skill
General Life Skill
Academic Skill Specific Life Skill
Vocational Skill
Program pendidikan
berwawasan kewirausahaan adalah program pendidikan yang berorientasi pada
kecakapan hidup. Program ini dapat disusun dalam bentuk kurikulum khusus atau
terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran. Untuk tingkat Pra Dunia pendidikan
dan SD sampai perguruan tinggi, program pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup, dapat dikembangkan menjadi
sebagai berikut :
(1) Tujuan Pembelajaran :
a) content
objectives, yaitu penguasaan peserta terhadap materi pembelajaran. Tidak
semua materi pelajaran harus dikuasai peserta melalui pembelajaran intra
kurikuler didunia pendidikan. Materi pelajaran yang memiliki konsep kunci serta
tema-tema esensial yang mendorong tercapainya kemampuan generik, yang wajib
dimiliki peserta, selebihnya dapat ditugaskan di rumah atau kegiatan lain.
b) Methodological Objectives, yaitu penguasaan peserta terhadap proses
penemuan konsep kunci keilmuan, sehingga memungkinkan peserta untuk memiliki
dan menguasai proses penemuan konsep kunci (keterampilan proses).
c) Life
skill objectives, yaitu penguasaan peserta dalam mengaplikasikan konsep
kunci serta keterampilan prosesnya dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan
ini disebut kecakapan hidup karena meliputi content
objectives dan methodological objectives dan merupakan kecakapan yang dapat
ditransfer dalam berbagai bidang keilmuan dan teknologi. Dalam hal ini peserta
TK dan SD berlatih basic intelectual
skill dan basic manual skill yang seluruhnya bersifat generik.
(2) Kurikulum Pembelajaran
Materi pembelajaran untuk pembentukan life skill untuk anak TK dan SD menurut Panduan Depdiknas 2002
adalah sebagai berikut :
a) General Life Skill, meliputi : pendidikan karakter; pendidikan akademis dan pendidikan jasmani
b) Specific Life
Skill, meliputi : (1) pendidikan personal dan sosial, yaitu : pendidikan kehidupan dalam keluarga; kebersihan
dan kesehatan diri; makanan dan gizi; penggunaan obat-obatan yang berguna dan tak
berguna; kesehatan reproduksi/pendidikan seksualitas; keamanan diri/ keselamatan diri; pemeliharaan
lingkungan; penggunaan waktu luang; pendidikan kenegaraan; advokasi menjadi warga masyarakat dan warga
negara. (2) pendidikan keterampilan, disesuaikan dengan minat anak dan kondisi
setempat, misalnya : olahraga; kesenian;
kerajinan; berkebun/ bertani; beternak; bahasa inggris dan asing lainnya dan teknologi
sederhana dan komputer (Sutrisno, 2003)
Latihan soal-soal
1. Jelaskan ruang lingkup life skill kewirausahaan!
2. Jelaskan pengertian life skill menurut
saudara dan apa pengaruhnya pada jiwa kewirausahaan!
3. Sebut dan jelaskan kecakapan-kecakapan yang perlu dikuasai seorang
wirausaha!
4. Sebut dan jelaskan tentang pembelajaran Life
Skill!
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa dalam berwirausaha
kepentingan akan etika sangat perlu diperhatikan, utuk keberlangsungan
organisasi maupun usaha.
|
Salim Siagian (dalam Sutrisno, 2003) mendefinisikan: “Kewirausahaan
adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang
positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau
pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha
mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan
dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang
lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi
serta kemampuan manajemen.”
Pengertian di atas mencakup esensi kewirausahaan yaitu
tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri
sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara
yang etis dan produktif untuk
mencapai tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif
tersebut. Pengertian itu juga menampung wirausaha yang pengusaha, yang mengejar
keuntungan secara etis serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang
mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan pelayanan
yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat. Semangat, perilaku dan kemampuan
wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu wirausaha
dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: Wirausaha andal, wirausaha
tangguh, wirausaha unggul.
Untuk mencapai ketiga tingkatan itu, selain profesional
dibidang usaha, para entrepreneur
juga harus dapat menunjukkan usahanya yang berbudi, beretika, ramah lingkungan,
mengandung konsep pembelajaran bagi semua pihak dan mampu memberdayakan
masyarakat. Etika bisnis adalah manajemen perusahaan yang mengarah pada dua
pendekatan, yaitu pendekatan bisnis/ekonomi dan tanggungjawab sosial terhadap
lingkungan perusahaan tersebut. Secara nyata
bagaimana bisa menjembatani kepentingan pribadi dan tuntutan moral,
melalui penerapan manajemen berkualitas. Ada beberapa prinsip-prinsip etika bisnis antara
lain:
1.
Prinsip otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia
untuk bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggap baik
untuk dilakukan (bebas, kreatip, bertanggungjawab secara etis)
Tanggungjawab atas keputusan dan tindakan antara lain. :
a. Tanggungjawab pada dirinya sendiri atau bahasa etika pada nuraninya.
b. Tanggungjawab kepada orang-orang yang mempercayakan seluruh kegiatan usaha
dan manajemen kepadanya.
c. Bertanggungjawab kepada pihak-pihak yang terlibat dengannya dalam urusan
usaha.
d. Bersedia untuk mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya kepada
pihak ketiga yaitu masyarakat seluruhnya yang secara tidak langsung terkena
akibat dari keputusan dan tindakan bisnisnya.
2.
Prinsip Kejujuran, kejujuran merupakan jaminan dan dasar bagi kegiatan usaha yang baik dan
jangka panjang. Wujud
kejujuran dalam beberapa aspek:
a. Kejujuran terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
b. Kejujuran diwujudkan dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu yang baik.
c. Kejujuran meliputi juga pola hubungan kerja dalam perusahaan.
3. Prinsip tidak berbuat jahat (non maleficence)
dan prinsip berbuat baik (beneficience) secara inti adalah prinsip moral
sikap baik pada orang lain.
4. Prinsip Keadilan, memperlakukan orang
lain sesuai dengan haknya.
5. Prinsip hormat kepada diri sendiri, semua mempunyai kewajiban moral yang bobotnya sama untuk menghargai diri
sendiri. Bahwa kita pantas diperlakukan dan memperlakukan diri kita sendiri
sebagai pribadi yang mempunyai nilai yang sama dengan pribadi lainnya. Bahwa
setiap keputusan dan tindakan kita adalah cerminan integritas pribadi dari
setiap orang.
Section 25.02
Untuk menuju terwujudnya pendidikan berwawasan
kewirausahaan, maka salah satu kuncinya adalah menciptakan “perusahaan”
(lembaga) yang dinamis dan fleksibel, manajer bervisi ke depan, serta
lingkungan kerja yang kondusif.
1. Organisasi perusahaan harus dinamis dan
fleksibel.
Pengembangan organisasi
perusahaan harus didasarkan atas visi, misi dan tujuan yang jelas. Ada delapan
roh oganisasi (perusahaan) agar sukses dan panjang umur :
(1) roh kesucian dan
kesehatan,
(2) roh kebaikan dan
kemurahan,
(3) roh cinta dan suka
cita,
(4) roh keunggulan dan
kesempurnaan.
2. Peran manajer sangat menentukan.
Manajer harus memiliki
visi ke depan agar mampu mengarahkan dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Sekurang-kurangnya ada 8 kompetensi manajer bervisi ke depan, ialah : (1)
kemampuan strategi, (2) kemampuan sintesis, (3) kemampuan organisasi, (4) kemampuan
komunikasi,
(5) kemampuan negosiasi, (6) kemampuan presentasi, (7) dinamika, dan
(8) ketangguhan.
3. Penciptaan lingkungan kerja yang
kondusif.
Ada delapan persyaratan
kualitas kehidupan lingkungan kerja disebut kondusif, ialah : (1) upah yang layak
dan pantas bagi pekerjaan yang dilakukan dengan baik; (2) kondisi kerja yang
aman dan sehat;
(3) kesempatan untuk belajar dan menggunakan keterampilan-keterampilan baru;
(4) kesempatan untuk mengembangkan dan memajukan karir;
(5) integrasi sosial ke dalam organisasi; (6) perlindungan terhadap hak-hak
individu; (7) keseimbangan antara tuntutan kerja dan bukan kerja; (8) rasa
bangga terhadap kerja itu sendiri dan terhadap organisasi.
Berikut beberapa etos kerja yang perlu dikembangkan dalam
wirausaha antara lain:
- Kerja itu suci, kerja
adalah panggilanku, aku sanggup bekerja benar.
- Kerja itu sehat, kerja
adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja keras.
- Kerja itu rahmat, kerja
adalah terimakasihku, aku sanggup bekerja tulus.
- Kerja itu amanah, kerja
adalah tanggung jawabku, aku sanggup bekerja tuntas.
- Kerja itu seni/permainan,
kerja adalah kesukaanku, aku sanggup bekerja kreatif.
- Kerja itu ibadah, kerja
adalah pengabdianku, aku sanggup bekerja serius.
- Kerja itu mulia, kerja
adalah pelayananku, aku sanggup bekerja sempurna.
- Kerja itu kehormatan,
kerja adalah kewajibanku, aku sanggup bekerja unggul
Dengan menyimak etos kerja di atas, setiap orang yang
bekerja atau berwirausaha akan menuju pada konsep tersebut, misalnya kerja itu
suci maka landasan kerja seseorang adalah idealisme, kebenaran dan keadilan dan
seterusnya pada etos kerja ke delapan, bahwa sebagai kehormatan kerja memiliki
lima dimensi : (1) pemberi kerja menghormati kita karena memilih sebagai
penerima kerja (2) kerja memberikan kesempatan berkarya dengan kemampuan
sendiri, (3) hasil karya yang baik memberi kita rasa hormat, (4) pendapatan
sebagai imbalan kerja memandirikan seseorang sehingga tak lagi jadi tanggungan
atau beban orang lain, (5) pendapatan bisa menanggung hidup orang lain. Semuanya
adalah kehormatan. Maka respon yang tepat adalah menjaga kehormatan itu dengan
bekerja semaksimal mungkin untuk menghasilkan mutu setinggi–tingginya. Dengan
unggul di segala bidang kita akan memenangkan persaingan. Max Weber menyatakan
intisari etos kerja orang Jerman adalah: rasional,
disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan material, hemat dan
bersahaja, tidak mengumbar kesenangan, menabung dan investasi (Sutrino, 2003)
Evaluasi
Latihan soal-soal
dibawah ini, sebagai panduan belajar mahasiswa dan dikerjakan secara singkat
dan jelas!
- Jelaskan perbedaan yang saudara ketahui antara
wirausaha yang handal, tangguh dan unggul!
- Jelaskan apa yang dimaksud dengan etika bisnis, dan
mengapa keberlangsungan sebuah usaha sangat dipengaruhi oleh etika bisnis?
- Etika bisnis mengandung kriteria-kriteria tertentu,
jelaskan kriteria-kriteria etika bisnis!
- Jelaskan prinsip-prinsip etika bisnis dan berikan
contoh penerapannya!
- Saudara jelaskan syarat-syarat sebuah usaha dapat
meningkatkan produktifitasnya!
- Sebut dan jelaskan persyaratan kualitas lingkungan
kerja!
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
|
Mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan bahwa di dalam organisasi pemerintah, penerapan
prinsip-prinsip wirausaha sangat penting, untuk dapat menghasilkan pelayanan
yang efektif, efisien, sederhana dan memenuhi kepentingan publik dengan ciri
cepat, murah dan berkualitas
|
Kritik terhadap birokrasi disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut: terdapat kegagalan menentukan wewenang dan tanggungjawab secara
terbuka, peraturan-peraturan yang bersifat rutin dan kaku, kebodohan para
pegawai atau aparatur, gerak pegawai atau aparatur yang yang lambat, prosedur
dan proses yang berbelit-beli serta terdapat berbagai macam pemborosan.
Weber mengemukakan tiga tipe ideal dari otoritas:
a.
Otorita tradisional,
meletakkan dasar-dasar legitimasi pola pengawasan sebagaimana diberlakukan di
masa lampau yang dewasa ini masih berlaku. Para pemegang otorita merasa takut
untuk merenggangkan cara pengerjaan tradisional, karena perubahan berikutnya
akan mengerogoti sumber-sumber legitimasinya. Bencana dalam sistem otorita
tradisional yang terjadi hanyalah
hubungan yang akrab antara penguasa dengan rakyat. Jika penguasa tradisonal
meninggalkan nilai-nilai lama misalnya sebagai penengah, maka kepribadiannya
boleh jadi telah luntur, tetapi setiap pengganti/penguasa baru selalu akan
dipilih melalui cara tradisional, sehingga dengan demikian sistem otorita tetap
akan berlanjut.
b.
Otorita kharismatik, hal ini timbul karena
penghambaan seorang kepada individu yang memiliki hal-hal yang tidak biasa atau
luar biasa. Individu yang dipatuhi mempunyai sifat yang heroik, ciri-ciri dan
sifat pribadinya amat menonjol. Kedudukan pemimpin yang kharismatik tidaklah
diancam oleh kriteria-kriteria tradisional. Penguasa kharismatik ini segala
komandonya dipatuhi oleh pengikutnya
karena dianggap akan membawa ke arah tujuan.
c.
Otorita legal rasional,
didasarkan atas aturan-aturan yang bersifat tidak pribadi yang ditetapkan
secara legal. Kesetiaan, kepatuhan adalah manakala seseorang melaksanakan
otorita kantornya hanya dengan legalitas formal dari pemimpinnya dan hanya
terbatas pada jangkauan kantornya.
Ketiga model ini, tidak mampu
merubah penampilan dari sisi pelayanan pemerintah, dengan ciri penampilannya
adalah kinerja korup, tidak efisien, tidak memihak pada masyarakat lemah, dan
berbagai kegiatan rutin pemerintah yang tidak mencerminkan ciri-ciri wirausaha.
Bentuk kebiasaan korupsi dalam sistem politik, aturan-aturan yang kaku, kurang
tanggap terhadap keinginan publik/masyarakat, kelemahan dan penyimpangan dalam
perwakilan sistem politik, jarak antara teori dan implementasi operasional,
rendahnya penerapan sistem penghargaan dan hukuman, dan rendahnya profesionalisme
dan keahlian dalam pelayanan. Beberapa kelemahan yang dimiliki birokrasi
pemerintah menurut Noel M. Tichy antara lain :
1. Technical design problems yakni strategi perencanaan yang meliputi produksi, ancaman lingkungan,
kesempatan/peluang, sosial, keuangan, dan sumber daya teknis, juga terkait
dengan rumusan tujuan, bentuk strategi, desain organisasi dan system manajemen.
2. Policy alocation problems yakni berkaitan dengan pemberdayaan sumber-sumber manajemen, sehingga
organisasi akan mendapatkan suatu keuntungan, yang meliputi program kompensasi,
keputusan karier, anggaran, kekuatan struktur internasional, waktu dan
perhatian pimpinan.
3. Cultural problem yakni berkaitan dengan nilai, obyektifitas, kepercayaan, asumsi,
propaganda, intuisi dan metode trial and
error.
Ketiga kondisi ini memperparah
sistem pelayanan birokrasi kita, secara teknis merupakan kelemahan dalam
mengatur teknis kerja, keuangan, desain pekerjaan dan struktur organisai
pemerintah yang tidak ajeg. Selanjutnya ketimpangan kebijakan, overlapping kebijakan serta ketidak
ajegan peraturan dan perundang-undangan, memberi kontribusi besar terhadap
pemborosan anggaran negara maupun anggaran publik yang harus ditanggung oleh
masyarakat. Disamping itu budaya kerja yang korup, memihak, menyepelekan teknis
keahlian dan KKN lainnya, membuat birokrasi kita lambat, tidak kompetitif dan
tidak memberi pembelajaran yang baik bagi seluruh komponen yang terlibat.
Selanjutnya tampilan birokrasi adalah ukuran formal, kaku, rutinitas,
pelaksanaan/operasionalisasi yang tidak fleksibel, lamban, tidak praktis, peran
eksekutif sangat menonjol, menggunakan pendekatan yang otoriter, terikat pada
konsep, arogan, tidak punya inisiatif, boros, pembengkakan anggaran,
berbelit-belit, sangat prosedural, saling melempar tanggung jawab, dan berfikir
sempit.
Rekomendasi yang tidak bisa
ditawar-tawar adalah mewirausahakan birokrasi “reinventing governance”. Ciri penampilan wirausaha di bidang
pemerintahan adalah pegawai yang disiplin, kreatif, inovatif, bertanggungjawab
dan selalu dapat mengembangkan kepentingan birokrasi ke arah lebih mudah, lebih
cepat dan lebih murah. Sebenarnya banyak hal yang bisa dikerjakan
untuk mengirit anggaran pemerintah antara lain: rekruitmen pegawai yang tepat (the right man on the right place),
sistem anggaran berbasis kinerja, laporan keuangan yang akuntabel, pengelolaan
badan usaha negara yang profesional dan usaha perbankan yang efektif. Dalam hal
mewirausahakan birokrasi di sini dapat diikuti rekomendasi sebagai berikut:
Prinsip Customer driven government, sebagaimana yang dikemukakan oleh David
Osborne dalam buku Reinventing Government
dapat diartikan berusaha mencari titik temu dengan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat dan bukan memperhatikan birokrasi karena kualitas pelayanan pada
hakekatnya ditentukan oleh masyarakat. Kemudian namun konsep Osborne mendapat
kritik dari model ideal organisasi sebagaimana dikemukakan oleh: Henry
Mintzberg yaitu
1. Struktur yang sederhana: mengutamakan mekanisme koordinasi melalui pengawasan langsung; strategi
puncak sebagai bagian terpenting dari organisasi; struktur organisasi yang
sentralisasi sebagai bentuk ukuran utama organisasi, sesuatu yang baru, kecil,
tidak berpengalaman dalam hal-hal teknis, sederhana, lingkungan yang dinamis,
memungkinkan terjadinya permusuhan sebagai akibat adanya perbedaan yang
mendasar atau kuatnya perebutan kekuasaan untuk posisi puncak dan bersifat
kuno sebagai faktor-faktor kemungkinan yang akan terjadi pada organisasi
yang memiliki struktur yang sederhana;
2. birokrasi yang
digerakkan seperti mesin, mengutamakan mekanisme
koordinasi melalui standarisasi dari setiap proses pekerjaan; struktur teknis
sebagai bagian terpenting dari organisasi; perilaku yang sifatnya formal,
spesialisasi jabatan yang bersifat vertikal dan horisontal, biasanya kelompok
fungsional, unit operasi yang besar. Sentralisasi vertikal dan desentralisasi
horisontal yang terbatas serta mempunyai rencana kegiatan sebagai bentuk ukuran
utama organisasi; tua/lamban, besar, bersifat mengatur, sistem teknis yang
tidak otomatis, sederhana, lingkungan yang stabil, pengawasan eksternal dan
tidak modern (kuno) sebagai faktor-faktor kemungkinan yang akan terjadi pada
organisasi birokrasi yang digerakkan seperti mesin.
3. Birokrasi yang
profesional, mengutamakan mekanisme koordinasi melalui standarisasi
keahlian; inti operasional sebagai bagian terpenting dari organisasi; latihan,
kekhususan pada pekerjaan yang sederajat, pemusatan secara vertikal dan
horisontal sebagai bentuk utama ukuran organisasi; lengkap, lingkungan yang
stabil, tidak ada aturan, tidak didasarkan pada pengalaman, cocok dalam segala
situasi sebagai faktor-faktor kemungkinan yang akan terjadi pada organisasi
birokrasi profesional
4. Organisasi model desentralisasi; mengutamakan mekanisme koordinasi melalui standarisasi output; garis tengah organisasi
sebagai bagian terpenting dari organisasi; kelompok-kelompok bisnis/swasta,
sistem pengawasan dan pemusatan vertikal secara terbatas sebagai bagian bentuk
utama ukuran organisasi; variasi pasar, khususnya produk jasa, berpengalaman luas,
kewenangan berada pada pemimpin menengah, dan cock dalam segala situasi sebagai
faktor-faktor kemungkinan yang akan terjadi pada organisasi model
desentralisasi.
5. Organisasi model
Adhocracy; mengutamakan mekanisme koordinasi melalui saling penyesuaian
diri; dorongan staf dalam organisasi sebagai bagian terpenting dari
organisasi; struktur organik, pemusatan secara selektif, spesialisasi kerja
secara sejajar, pelatihan fungsional dan kemitraan dengan kelompok swasta
sebagai bagian bentuk utama ukuran organisasi; lengkap, dinamis, (kadang-kadang
terpisah), lingkungan, pengalaman dan seringkali terdapat sistem teknis secara
otomatis, luwes dalam penempatannya sebagai faktor-faktor kemungkinan yang akan
terjadi pada organisasi model Adhocracy.
Pertentangan ini harus disikapi,
dengan kemampuan yang kreatif sehingga dapat mengambil langkah yang kontruktif
untuk dapat membangun birokrasi, yang sederhana, lincah dan produktif, sesuai
dengan situasi, kondisi dan peluang yang ditawarkan oleh lingkungan dan tuntutan
pelayanan publik.
Evaluasi
- Sistem pelayanan birokrasi pemerintah, seringkali mendapatkan kritik
dari masyarakat, jelaskan tentang pendapat tersebut menurut pengalaman
saudara!
- Sebut dan jelaskan tipe-tipe ideal webberm dan sumbagannnya bagi kemajuan
organisasi pemerintah dan swasta di dunia!
- Jelaskan beberapa
kelemahan birokrasi pemerintah, dan
bagaimana cara menganggulanginya!
- Sebut dan jelaskan teori-teori David Osborne tentang mewirausahakan
birokrasi pemerintah!
Selamat Belajar dan Sukses!
Section 26.01
Section 26.02
Abdul Muhyi, H, 2007. Menumbuhkan
Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan. UNPAD, Bandung
Abdul Wahab, Solichin, 1999, Ekonomi Politik Pembangunan; Bisnis Indonesia Era Orde Baru dan Di
tengah Krisis Moneter, PT Danar Wijaya Brawijaya University Press.
Alma, Buchari, 2007, Kewirausahaan,
Edisi Revisi, Penerbit Alfabeta, Bandung
Burton, John. W. ‘World
Society’ in Viotti, Paul R. 1993. International Relations Theory: Realism,
Pluralism, Globalism New York: Macmillan Publishing Co.
Chitwood, Stephen R, 1994,
Social Equity and Social Service Productivity. Public Administration Review
(34), 29-35
Clarke, M. and J Steward,
1998, Public service orientation-developing the approach, Local Government Policy Making 13, 4,: 23-42
Daniel Jennings, 1994. Multiple
Perspectives of Entrepreneurship: Text, Readings, and Cases. South-
Western Publishishing Co.
Jeffry Timmons and Stephen
Spinelli.2007. New Venture Creation,
Entrepreneurship for the 21st Century. 7th ed., McGraw-Hill Education,
International.
Gilpin, Robert, 1987.
‘Multinational Corporations and International Production’ in The Political
Economy of International Relations New Jersey: Princeton University Press,
231-252.
Hesmondhalgh, Desmond,
1998. ‘Globalisation and Cultural Imperialism: a Case Study of the Music Industry’ in Kiely, R.
& Marfleet, P. (eds.) Globalisation And The Third World New York:
Routledge
Johnston, Van R., 1996.
Optimizing Productivity Through Privatization and Entrepreneurial Management.
Policy Studies Joumal. Vol 24. No. 3
Kasmir, 2007, Kewirausahaan,
PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Keohane, Robert, O. &
Joseph Nye, 1993. ‘Realism & Complex Interdepence’ in Viotti, Paul R. 1993.
International Relations Theory: Realism, Pluralism, Globalism New York:
Macmillan Publishing Co
Keohane, Richard, 1993.
‘Cooperation and International Regimes’ in Marc Genest, 1996. Conflict and
Cooperation: Evolving Theories of International Relations Orlando: Harper
Collins
Masykur Wiratmo, 1994,
Kewirausahaan: Seri diktat kuliah, Gunadarma, Jakarta.
Mas’ud & Mahmud
Machfoedz, 2004, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Meredith, G, 2005. Kewirausahaan,
Teori dan Praktek. PPM,
Jakarta.
Peter Drucker, 1985. Innovation
and Entrepreneurship: Practice and Principles. William Heinemann Ltd.
Peterson, Dean, 1999. ‘A
Brief History of Human Rights’ in Social Problems: Globalization in the
Twenty-first Century New Jersey: Prentice Hall (m.s. 39-61)
Philip Wickham, 2004 .Strategic
Entrepreneurship. 3rd ed., Pearson Education Limited.
Prahalad, 2005. The
Fortune at The Bottom of the Pyramid. Wharton School Publishing.
Robin Lowe and Sue
Marriot, Enterprise: Entrepreneurship and Innovation, Concepts, Contexts,
and Commercialization, Butterworth-Heinemann, 2006, hal 18 – 20 dan 65 –
84.
Soesarsono, 2002, Pengantar Kewirausahaan, Buku I,
Jurusan Teknologi Industri IPB, Bogor
Sutrisno, Joko, 2003. Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak Usia Dini Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah
Sains Program Pasca Sarjana,
IPB, Bogor
Suryana, 2001, Kewirausahaan, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Tomlinson, John, 1997.
'Cultural Globalization and Cultural Imperialism' in Morality' in Ali
Mohammadi. International Communication and Globalization London: Sage
Publications
Triton PB., 2007, Entrepreneurship
: Kiat Sukses Menjadi Pengusaha, Tugu Publisher, Yogyakarta.
Winardi, 2003,
Entrepreneur & Entrepreneurship, Kencana, Jakarta.
Winarto, 2008. Membangun
Kewirausahaan Sosial: Meruntuhkan dan Menciptakan Sistem Secara Kreatif.
Makalah Seminar Pada Pasca Sarjana, UGM Gadjah Mada 22 Februari 2008.