Jumat, 08 Maret 2013

Sillabus Kewirausahaan Fisip Universitas Panji Sakti


KONSEP
MODEL ACUAN PROSES PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN MATA KULIAH BERBASIS KOMPETENSI

A.  PENDAHULUAN
1.   Nama Mata Kuliah                  : KEWIRAUSAHAAN
2.   Nomor Kode Mata Kuliah      : SPB. 505
3.   Jumlah SKS                            : 2 SKS
4.   Semester                                  : IV
5.   Status Mata Kuliah                 : MBB
6.   16 kali dengan 14 kali kuliah @ 100 menit, 1 kali Ujian Tengah Semester 1 kali Ujian Akhir Semester 
7.   Deskripsi Mata Kuliah :
Mata kuliah ini memberi pemahaman tentang inti dan hakekat kewirausahaan, proses kewirausahaan, pengelolaan dan strategi usaha, manajemen, ide dan peluang usaha, fungsi dan model, tantangan, karakteristik, kompetensi inti, dan merintis usaha baru.

B.     TUJUAN MATA KULIAH
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu untuk mengenali, memahami, menerapkan dan mengetahui berbagai ide dan pengembangan kewirausahaan, memberi bekal pada mahasiswa agar mampu mandiri serta dapat menumbuhkan ide-ide kreatif dalam menghadapi tantangan global di masa mendatang.

C.   POKOK-POKOK SUBSTANSI KAJIAN MATA KULIAH
1. Konsep dasar dan hakekat kewirausahaan
2. Proses kewirausahaan
3. Pengelolaan usaha dan strategi kewirausahaan
4. Manajemen dan strategi kewirausahaan
5. Ide dan peluang dalam kewirausahaan
6. Fungsi dan model peran kewirausahaan
7. Perencanaan pengendalian keuangan
8. Penggunaan sumber daya wirausaha
9. Tantangan kewirausahaan dalam konteks global
8. Karakteristik kewirausahaan
9. Kompetensi inti kewirausahaan
 10. Analisis bisnis dan studi kelayakan
 11. Etika bisnis dan kewirausahaan
 12. Merintis usaha baru dan model pengembangan
 13. Birokrasi pemerintahan dalam konsep kewirausahaan

D.  METODOLOGI PEMBELAJARAN
      Perkuliahan dilakukan dengan kegiatan belajar yang mencakup : 
1.         Kegiatan Tatap Muka :
a.       Ceramah
b.      Diskusi Kelas
c.       Tanya Jawab / Responsi
2.   Kegiatan Terstruktur : penyelesaian tugas baik individual maupun kelompok berupa pembuatan paper.
3.   Kegiatan Mandiri : mahasiswa belajar sendiri berdasarkan arahan materi dalam kontrak belajar.

E. EVALUASI PEMBELAJARAN
 Nilai mentah untuk tugas UTS dan UAS = 0 – 100
 Bobot penilaian akhir : tugas 25%, UTS 25%, UAS 40%, dan kehadiran kuliah   10% (mahasiswa sekurang-kurangnya 75% hadir kuliah)
 Pemberian nilai  (80 – 100 = A, 70 – 79  =  B, 55 - 69 = C, 45 -  54 = D, 
0 - 44  = E)

F.  KUALIFIKASI DAN PEMBINAAN DOSEN
Untuk menjadi penanggung jawab mata kuliah, diharapkan seorang dosen yang memiliki kualifikasi : minimal S-1 program studi administrasi, manajemen dan koperasi  diutamakan lektor, pembina atau asisten + S-2 / S-3 .
Pembinaan dosen melalui asistensi / magang dan melibatkan dosen muda dalam diskusi-diskusi ilmiah, karya ilmiah, penulisan buku ajar dan penyusunan silabi.

G.  DAFTAR PUSTAKA
Adi Sutanto, 2002.  Kewirausahaan. GI (Ghalia Indonesia), Jakarta
Buchari Alma, 2004. Kewirausahaan. Alfabeta, Bandung
Hidayat, George, 1994. Perombakan Struktur Organisasi untuk Memenangkan Persaingan Bisnis,  Majalah Usahawan FE UI, Jakarta.
Masykur Wiratmo, 2002. Pengantar Kewirausahaan (kerangka dasar memasuki dunia bisnis) BPFE, UGM Yogyakarta.
Mas’oed Machfoedz, 2004. Kewirausahaan Suatu Pendekatan Kontenporer. UPP-AMP YKPN
Meridith, Geoffrey, et all, 2000. Kewirausahaan, teori dan Praktek. PPM
Mustofa Yani, 1996. Tehnik Wirausaha dalam Keluarga. Rineka Cipta, Jakarta
Osborne, David & Ted Gaebler, 1996. Mewirausahakan Birokrasi. PT Pusaka Binaman Pressido, Jakarta
Suryana, 2001. Kewirausahaan. Salemba Empat, Jakarta


Sillabus Manajemen Kemasyarakatan Fisip Panji Sakti Singaraj


KONSEP
MODEL ACUAN PROSES PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN MATA KULIAH BERBASIS KOMPETENSI

A.  PENDAHULUAN
1.   Nama Mata Kuliah                  : MANAJEMEN
                                                       KEMASYARAKATAN
2.   Nomor Kode Mata Kuliah      : SPB. 508
3.   Jumlah SKS                            : 3 SKS
4.   Semester                                  : VII
5.   Status Mata Kuliah                 : MBB
6.   16 kali dengan 14 kali kuliah @ 150 menit, 1 kali Ujian Tengah Semester 1 kali Ujian Akhir Semester 
7.   Deskripsi Mata Kuliah :
Mata kuliah ini mengkaji dan mendiskusikan tentang manajemen kemasyarakatan, yang diawali dengan pemahaman dan latar belakang manajemen kemasyarakatan, asas-asas dasar kehidupan sosial, teoi manusia dan alam, proses sosial dan interaksi sosial.

B.    TUJUAN MATA KULIAH
Setelah mahasiswa mendapatkan perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa dapat mengenali berbagai potensi masyarakat, baik kepentingannya, sifat dan karakteristiknya sehingga mampu mengelola kondisi masyarakat yang penuh kemajemukan dan berbagai potensi komplik.

C.   POKOK-POKOK SUBSTANSI KAJIAN MATA KULIAH
1.      Pemahaman dan tujuan manajemen kemasyarakatan
2.      Konsep-konsep manajemen kemasyarakatan
3.      Asas-asas dasar kehidupan sosial (foundation of social life’s) : komfirmitas, varian, penyimpangan, pelapisan masyarakat, mobilitas sosial, pengendalian sosial, dan perubahan social.
4.      Teori manusia, alam dan sosial:
-          Manusia dan alam awal perkembangan teori sosial
-          Pendekatan-pendekatan teori evolusi
5.      Proses sosial dan interaksi sosial: proses asosiatif dan disosiatif, interaksi sosial, dan diferensiasi

D.  METODOLOGI PEMBELAJARAN
      Perkuliahan dilakukan dengan kegiatan belajar yang mencakup : 
1.         Kegiatan Tatap Muka : ceramah, diskusi kelas, tanya jawab / responsi
2.   Kegiatan Terstruktur : penyelesaian tugas baik individual maupun kelompok berupa pembuatan paper.
3.   Kegiatan Mandiri : mahasiswa belajar sendiri berdasarkan arahan materi dalam kontrak belajar.

E. EVALUASI PEMBELAJARAN
1.         Nilai mentah untuk tugas UTS dan UAS = 0 – 100
2.         Bobot penilaian akhir : tugas 25%, UTS 25%, UAS 40%, dan kehadiran kuliah   10% (mahasiswa sekurang-kurangnya 75% hadir kuliah)
3.         Pemberian nilai  (80 – 100 = A, 70 – 79  =  B, 55 - 69 = C, 45 -  54 = D,  0 - 44  = E)

F.   KUALIFIKASI DAN PEMBINAAN DOSEN
Untuk menjadi penanggung jawab mata kuliah, diharapkan seorang dosen yang memiliki kualifikasi : minimal S-1 program studi administrasi, manajemen diutamakan lektor, pembina atau asisten + S-2 / S-3 .
Pembinaan dosen melalui asistensi / magang dan melibatkan dosen muda dalam diskusi-diskusi ilmiah, karya ilmiah, penulisan buku ajar dan penyusunan silabi.

G. DAFTAR  PUSTAKA
Budiman, Arief, & Ph. Quarte Van Ufford, Ed, 1988, Krisis Tersembunyi Dalam Pembangunan, Gramedia Jakarta.
Chodak, Szyman, 1973. Societal Development, Five Approach with Conclution From Comperatif Analisis, New York Oxford University Press.
Conyers, Diana, 1992. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga Suatu Pengantar, Gadjah Mada University Press.
Dahrendort, Ralf, 1986. Komplik dan Komplik dalam Masyarakat Industri, Sebuah Analisis Kritik, CV Rajawali Pers.
Hans Dietwr Evers, Ed, 1988. Teori Masyarakat, Proses Peradaban dalam Sistem Dunia, Yayasan Obor Indonesia
Hikam, Muhamad As, 1996. Demokrasi dan Civil Society, LP3ES
Horton, Paul B & C. L. Hunt, 1996. Sosiologi Jilid 1,Erlangga, Jakarta
Inkels, Alex, 1965, What Is Sociology An Introduction to Diciplin an Profession Pretice Hall Of India, New Delhi.
Kusnadi & Bambang Wahyudi, 2001. Teori dan Manajemen Komplik.  Taroda, Malang
Laeyendecker L, 1983. Tata, Perubahan dan Ketimpangan, Gramedia Jakarta.
Rush & Althoff, 2001, Pengantar Sosiologi Politik. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Smelser, Neil J, 1984. Struktur Sosial dan Mobilitas dalam Pembangunan Ekonomi. Nurcahaya, Yogyakarta
Soekanto, Soerjono, 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Sunarto K, 1993. Pengantar Sosiologi, FE UI Jakarta
Suwarsono Alvin Y So, 1991. Perubahan Sosial dam Pembangunan, LP3ES

Kewirausahaan


Article I.            
1
 
PENDAHULUAN

1.1      Deskripsi Singkat

Mata kuliah ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap calon sarjana mengenai pengertian, konsep dasar, hakekat, proses manajemen dan strategi kewirausahaan, ide dan peluang wirausaha, fungsi dan peran kewirausahaan, perencanaan pengendalian keuangan, penggunaan sumber daya, tantangan kewirausahaan dalam konteks global, karakteristik, kompetensi inti kewirausahaan, mampu mengembangkan dan menerapkan life skill bidang wirausaha, etika kewirausahaan, merintis usaha baru dan model pengembangan,  birokrasi pemerintahan dalam konsep kewirausahaan.

1.2      Tujuan Instruksional Umum

Setelah pembelajaran ini selesai, mahasiswa diharapkan memahami dan mampu menerapkan teori serta praktik kewirausahaan, pada setiap bidang pekerjaan.

1.3      Tujuan Intruksional Khusus

Setelah pembelajaran selesai, mahasiswa diharapkan mampu:
a)    mendeskripsikan konsep dasar, hakekat, karakteristik dan proses kewirausahaan.
b)    menguraikan manajemen dan strategi kewirausahaan.
c)    menguraikan fungsi dan peran kewirausahaan.
d)    mampu merencanakan pengendalian keuangan, penggunaan sumberdaya.
e)    mampu menemukan ide, peluang dan mengenali tantangan wirausaha.
f)     memiliki etika dalam bekerja dan berwirausaha.
g)    merintis dan mengembangkan usaha baru.
h)    memahami dan menerapkan kewirausahaan di dalam birokrasi pemerintah.

1.4      Pokok bahasan

Pembelajaran dalam satu semester (16 x pertemuan) yang terbagi dalam 2 satuan kredit semester (2 SKS) setara 32 x 50 menit, mahasiswa diharapkan dapat menerima dan mendiskusikan bahan pengajaran sebagai berikut:
1.    Konsep dasar dan hakekat kewirausahaan
2.    Kompetensi inti kewirausahaan
3.    Karakteristik kewirausahaan
4.    Proses kewirausahaan
5.    Fungsi dan peran kewirausahaan
6.    Ide dan peluang dalam kewirausahaan
7.    Merintis usaha baru dan model pengembangan
8.    Manajemen dan strategi kewirausahaan
9.   Penggunaan sumber daya wirausaha
10.  Perencanaan pengendalian keuangan
11.  Tantangan kewirausahaan dalam konteks global
12.  Life Skill sebagai unsur dalam Bidang Kewirausahaan
13.  Etika bisnis dan kewirausahaan
14.  Birokrasi pemerintahan dalam konsep kewirausahaan
         

Article IV.          KONSEP DASAR DAN  HAKEKAT KEWIRAUSAHAAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
         Setelah mahasiswa mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan dapat menjelaskan latar belakang, tujuan, konsep dasar dan hakekat dari wirausaha

Section 4.01    2.1 Latar Belakang dan Tujuan

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreatifitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama. Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan, berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007: 18). Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803)
Disamping itu hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2006 menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2006 sebanyak 39,05 juta atau 17,75 persen dari total 222 juta penduduk. Penduduk miskin bertambah empat juta orang dibanding yang tercatat pada Februari 2005. Angka pengangguran berada pada kisaran 10,8% sampai dengan 11% dari tenaga kerja yang masuk kategori sebagai pengangguran terbuka, di tahun-tahun berikutnya sampai tahun 2009 terus meningkat. Bahkan mereka yang lulus perguruan tinggi semakin sulit mendapatkan pekerjaan karena tidak banyak terjadi ekspansi kegiatan usaha. Dalam keadaan seperti ini maka masalah pengangguran termasuk yang berpendidikan tinggi akan berdampak negatif terhadap stabilitas sosial dan kemasyarakatan.
Kondisi tersebut di atas didukung pula oleh kenyataan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta  lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini bisa jadi disebabkan karena sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi saat ini lebih terfokus pada bagaimana menyiapkan para mahasiswa yang cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan, bukannya lulusan yang siap menciptakan pekerjaan.  Disamping itu, aktivitas kewirausahaan  (entrepreneurial activity) yang relatif masih rendah. Entrepreneurial activity diterjemahkan sebagai individu aktif dalam memulai bisnis baru dan dinyatakan dalam persen total penduduk aktif bekerja. Semakin tinggi indek entrepreneurial activity maka semakin tinggi level entrepreneurship suatu negara (Boulton dan Turner, 2005).
Untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan dan meningkatkan aktivitas kewirausahaan, agar para lulusan perguruan tinggi lebih menjadi pencipta lapangan kerja dari pada pencari kerja, maka diperlukan suatu usaha nyata. Departemen Pendidikan Nasional telah mengembangkan berbagai kebijakan dan program untuk mendukung terciptanya lulusan perguruan tinggi yang lebih siap bekerja dan menciptakan pekerjaan. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Cooperative Education (Co-op) telah banyak menghasilkan alumni yang terbukti lebih kompetitif di dunia kerja, dan hasil-hasil karya inovasi mahasiswa melalui PKM potensial untuk ditindaklanjuti secara komersial menjadi sebuah embrio bisnis berbasis Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (Ipteks). Kebijakan dan program penguatan kelembagaan yang mendorong peningkatan aktivitas berwirausaha dan percepatan pertumbuhan wirausaha–wirausaha baru dengan basis IPTEKS sangat diperlukan.
Dengan latar belakang tersebut di atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengembangkan sebuah Program Mahasiswa Wirausaha (Student Entrepreneur Program) yang merupakan kelanjutan dari program-program sebelumnya (PKM, Co-op, KKU,...) untuk menjembatani para mahasiswa memasuki dunia bisnis riil melalui fasilitasi start-up bussines. Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), sebagai bagian dari strategi pendidikan di Perguruan Tinggi, dimaksudkan untuk memfasilitasi para mahasiswa yang mempunyai minat dan bakat kewirausahaan untuk memulai berwirausaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sedang dipelajarinya. Fasilitas yang diberikan meliputi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan magang, penyusunan rencana bisnis, dukungan permodalan dan pendampingan usaha. Program ini diharapkan mampu mendukung visi-misi pemerintah dalam mewujudkan kemandirian bangsa melalui penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan UKM.
Pemberian pembelajaran kewirausahaan memiliki tujuan agar dapat:
1.    Menumbuhkan motivasi berwirausaha di kalangan mahasiswa
2.    Membangun sikap mental wirausaha yakni percaya diri, sadar akan jati dirinya, bermotivasi untuk meraih suatu cita-cita, pantang menyerah, mampu bekerja keras, kreatif, inovatif, berani mengambil risiko dengan perhitungan, berperilaku pemimpin dan memiliki visi ke depan, tanggap terhadap saran dan kritik, memiliki kemampuan empati dan keterampilan sosial.
3.    Meningkatkan kecakapan dan ketrampilan para mahasiswa khususnya sense of business.
4.    Menumbuhkembangkan wirausaha-wirausaha baru yang berpendidikan tinggi
5.    Menciptakan unit bisnis baru yang berbasis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
6.    Membangun jejaring bisnis antarpelaku bisnis, khususnya antara wirausaha pemula dan pengusaha yang sudah mapan.

Section 4.02    2.2 Konsep Dasar

Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha dan kerja). Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian wirausaha adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar atau di dunia kerja. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan inovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru. Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional. Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata swasta. Persepsi tentang wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah penekanan pada kemandirian (swasta) bagi wiraswasta dan usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena memang penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini diberbagai bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk survival dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan. Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama oleh para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika yang diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang lebih bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi tantangan hidup dan kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat. Sebaliknya jika arah dan tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan sosok individu yang lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah pendidikan wirausaha. Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan yang diberikan sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata wirausaha. Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek finansial maupun personal, sosial, dan profesional (Soesarsono, 2002).
Pengertian Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Kewirausahaan adalah suatu proses kreativitas dan inovasi yang mempunyai resiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi wirausahawan. Kewirausahaan itu dapat dipelajari walaupun ada juga orang-orang tertentu yang mempunyai bakat dalam hal kewirausahaan. Strategi pendidikan yang diwujudkan dalam PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) bertujuan membentuk softskill agar berperilaku sesuai karakter wirausaha. Menurut Drucker (1985) dalam bukunya Innovation and Entrepreneurship mengemukakan perkembangan teori kewirausahaan menjadi tiga tahapan :
a.    Teori yang mengutamakan peluang usaha. Teori ini disebut teori ekonomi, yaitu wirausaha akan muncul dan berkembang apabila ada peluang ekonomi.
b.    Teori yang mengutamakan tanggapan orang terhadap peluang.
1.    Teori Sosiologi, mencoba menerangkan mengapa beberapa kelompok sosial menunjukkan tanggapan yang berbeda terhadap peluang usaha.
2.    Teori Psikologi, mencoba menjawab karakateristik perorangan yang membedakan wirausaha dan bukan wirausaha. Karakteristik perorangan yang membedakan wirausaha berhasil dan tidak berhasil.
c. Teori yang mengutamakan, hubungan antara perilaku wirausaha dengan hasilnya. Disebut dengan teori perilaku, yaitu yang mencoba memahami pola perilaku wirausaha. Kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai, karena kewirausahaan pilihan kerja, pilihan karir.
Dari ketiga teori di atas, mitos/kepercayaan bahwa “orang Indonesia itu tidak dapat menjadi wirausaha dan tidak dapat menjadi manajer” dapat diruntuhkan, karena semua kegiatan dapat dipelajari, dilatihkan, dan dapat dikuasai. Ciri-ciri seorang wirausaha meliputi : a) memiliki rasa percaya diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan  lingkungannya, b) berperilaku pemimpin, c) memiliki inisiatif, berperilaku reatif dan inovatif, d) mampu bekerja keras, e) berpandangan luas dan memiliki visi ke depan, f) berani mengambil risiko yang diperhitungkan, g) tanggap terhadap saran dan kritik.

Section 4.03    2.3 Hakekat Kewirausahaan

Cukup banyak tulisan yang mengemukakan adanya upaya yang sudah cukup lama untuk memahami fenomena kewirausahaan. Siapa dan apa yang dilakukan secara khusus oleh wirausaha telah mulai dirumuskan sejak tahun 1730 oleh Richard Cantillon. Namun, hingga saat ini upaya tersebut masih berlangsung, karena kegiatan yang bercirikan kewirausahaan tidak hanya terbatas dalam bidang bisnis dengan tujuan mencari laba. Yang membuat kewirausahaan menjadi menarik banyak pihak untuk memahaminya ialah kontribusi istimewa yang dihadirkan oleh mereka yang melakukan tindakan berkewirausahaan. Misalnya, Timmons dan Spinelli membuat pengelompokkan yang diperlukan untuk tindakan kewirausahaan dalam enam (6) hal, yakni:  1) komitmen dan determinasi, 2) kepemimpinan, 3) obsesi pada peluang, 4) toleransi pada risiko, ambiguitas, dan ketidakpastian, 5) kreativitas, keandalan, dan daya beradaptasi dan 6) motivasi untuk unggul.
Dari banyak kasus yang menggambarkan perilaku para wirausaha sosial, misalnya para penerima Ashoka Fellows, dapat disimpulkan bahwa keenam hal tersebut di atas dapat diadopsi sebagai karakteristik perilaku dan sikap wirausaha sosial.  Sebagai bidang yang relatif baru berkembang, akan terdapat sejumlah pendapat yang tidak seragam tentang apa itu kewirausahaan sosial dan siapa yang disebut sebagai wirausaha sosial. Pendapat atau rumusan yang ada cenderung menggambarkan suatu jenis wirausaha sosial yang unggul beserta karakteristik peran dan kegiatannya. Berdasarkan temuan adanya pelbagai jenis wirausaha bisnis, sangat dimungkinkan pula adanya sejumlah jenis wirausaha sosial. Pada fase ini akan ditelusuri sejumlah rumusan kewirausahaan sosial yang telah didefinsikan oleh organisasi dan ahli yang menggumuli bidang ini. Misalnya, Ashoka Fellows, yang didirikan oleh Bill Drayton tahun 1980, menyebutkan karakteristik kegiatan wirausaha sosial sebagai berikut: 1) tugas wirausaha sosial ialah mengenali adanya kemacetan atau kemandegan dalam kehidupan masyarakat dan menyediakan jalan keluar dari kemacetan atau kemandegan itu. Ia menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan masalah dengan mengubah sistemnya, menyebarluaskan pemecahannya, dan meyakinkan seluruh masyarakat untuk berani melakukan perubahan. Dan 2) wirausaha sosial tidak puas hanya memberi “ikan” atau mengajarkan cara “memancing ikan”. Ia tidak akan diam hingga “industri perikanan” pun berubah.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang berpandangan bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh usahawan atau wiraswasta. Pandangan tersebut kurang tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya di miliki oleh usahawan, namun juga oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif, misalnya petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, pimpinan proyek  dan lain sebagainya.
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan menurut Drucker (1959) adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Karya dan karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berpikir kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif.  Jadi kewirausahaan merupakan suatu sumberdaya dengan cara-cara baru dan berbeda seperti:
1)    Pengembangan teknologi
2)    Penemuan pengetahuan ilmiah
3)    Perbaikan produk barang dan jasa yang ada
4)    Menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak dengan sumberdaya yang lebih efisien.
Kreatifitas (creativity) adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (thinking new think). Sedangkan inovasi (innovation) adalah kemampuan menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan  dan menemukan peluang (doing new things). Menciptakan dan menemukan cara-cara baru  memecahkan persoalan pekerjaan, sehari-hari, baik berupa ide, metode dan cara maupun dalam rangka meningkatkan kualitas dan manfaat barang dan jasa, sehingga memiliki daya saing dan nilai tambah merupakan hasil dari proses wirausaha.
Ada enam hakikat penting kewirausahaan, yaitu:
1)    kewirausahaan adalah nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
2)    kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya, (Drucker, 1959)
3)    kewirausahaan adalah proses penerapan kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan/usaha (Zimmererer, 1996)
4)    kewirausahaan adalah nilai yan gdiperlukan untuk memulai dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997).
5)    kewirausahaan adalah proses dalam mengerjakan suesuatu yang baru dan berbeda yang dapat memberikan manfaat serta nilai lebih.
6)    kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Selanjutnya disampaikan beberapa definisi dari para ahli lainnya tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Richard Cantillon (1775), kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.
  2. Jean Baptista Say (1816), seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.
  3. Frank Knight (1921), wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang wirausahawan diisyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
  4. Joseph Schumpeter (1934), wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk
    (1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
    (2) memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks  bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
  5. Penrose (1963), kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan. 
  6. Harvey Leibenstein (1979), kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
  7. Israel Kirzner (1979), wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar.
  8. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio. Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, tingkah laku dan sikap kewirausahaan yang istimewa adalah keberaniannya untuk mengubah dan menghadirkan hal yang baru, dengan mengambil resiko yang telah diperhitungkan. Istilah yang dapat digunakan tentang melakukan perubahan dengan menghadirkan hal yang baru adalah berinovasi. Saat ini dikenali bahwa inovasi tidak hanya satu jenis. Inovasi dapat dilakukan dalam hal produk atau jasa, dan dapat pula dalam hal proses. Inovasi tidak pula hanya bersifat radikal, tetapi juga berskala kecil, dan berkesinambungan, yang sering disebut sebagai kaizen. Kaizen adalah metode “penyempurnaan secara berkelanjutan” (kaizen continual improvement) yang dikembangkan oleh perusahaan Jepang.



 EVALUASI
Jawablah soal-soal latihan dibawah ini secara jelas dan ringkas mengacu pada butir-butir materi yang telah diajarkan!
1.    Jelaskan mengapa kewirausahaan penting diajarkan diperguruan tinggi.
2.    Jelaskan tujuan pembelajaran kewirausahaan di kalangan mahasiswa.
3.    Sebut dan jelaskan ciri-ciri mahasiswa yang memiliki sense of bussiness.
4.    Jelaskan beberapa pengertian kewirausahaan.
5.    Jelaskan perbedaan antara kewirausahaan dan kewiraswastaan.
6.    Jelaskan tahapan perkembangan teori kewirausahaan.
7.    sebut dan jelaskan ciri-ciri seorang wiraswasta.
8.    Jelaskan kontribusi seorang wiraswasta terhadap perkembangan makro ekonomi Indonesia.
9.    Jelaskan pengertian tentang wiraswasta sosial.
10.  Jelaskan teori tentang kaizen dalam kewiraswastaan.


Article V.            


Article VI.          KOMPETENSI INTI KEWIRAUSAHAAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah pembelajaran pokok bahasan ketiga, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan dan mendiskusikan komptensi wirausaha dan imbalan bagi wirausaha untuk memperoleh motivasi yang tinggi dalam bekerja dan kehidupan sehari-haria

Section 6.01     

Section 6.02    3.1 Pengetahuan, Kemampuan dan Kemauan Wirausaha

Seorang wirausaha harus memiliki pengetahuan, kemampuan dan kemauan, ketiga konsep ini saling mengisi dan memiliki keterkaitan satu sama lain. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh wirausaha adalah 1) pengetahuan mengenai usaha yang harus dimasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada,
2) pengetahuan tentang peran dan tanggungjawab dan 3) pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan ketrampilan yang harus dimiliki wirausaha diantaranya adalah: 1) ketrampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko, 2) ketrampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, 3) ketrampilan dalam memimpin dan mengelola, 4) ketrampilan berkomunikasi dan berinteraksi, dan ketrampilan teknik usaha yang akan dilakukan. Selanjutnya kompetensi yang harus dimiliki menurut Michael Harris (2000: 19), bahwa wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi yaitu memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kualitas individual meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi serta tingkahlaku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan.
Kemampuan seseorang yang harus dimiliki dalam kewirausahaan :
1)     Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan hidup/usaha diperlukan adanya perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca dan diamati berulang-ulang sampai dipahami apa yang menjadi kemauannya.
2)     Kemampuan memotivasi diri, yaitu untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang besar.
3)     Kemampuan berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang, sehingga menjadi terbiasa berinisiatif.
4)     Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreativitas (daya cipta) dan setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari  berbagai kemungkinan atau kombinasi baru yang dapat dijadikan perangkat dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.
5)     Kemampuan membentuk  material, sosial, dan intelektual.
6)     Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri, yaitu untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan dan tidak menunda pekerjaan.
7)     Kemampuan mental yang dilandasi agama.
8)     Kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

Section 6.03    3.2 Kompetensi Inti

Salah satu tugas manajemen strategis adalah menciptakan laba yang biasa dipergunakan sebagai sumber dana untuk investasi dan meningkatkan manfaat bagi pemilik kepentingan. Menurut Richard A D’Aveni (1994), penemuan para wirausaha merupakan hasil dari proses kreatif yang dinamis dari para pencipta yang berusaha menciptakan ketidak-seimbangan pasar. Michael Porter yang terkenal dengan teori strategi bersaing, mengemukakan bahwa perusahaan harus menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar (bargaining power) dalam persaingan. Dalam strategi dinamis Porter (1991) perusahan dapat mencapai keberhasilan bila tiga kondisi terpenuhi:
(1)  tujuan perusahaan dan kebijakan fungsi-fungsi manajemen (produksi dan pemasaran) harus kolektif sesuai dengan posisi terkuat di pasar.
(2)  tujuan dan kebijakan ditumbuhkan berdasarkan kekuatan perusahaan serta diperbaharui terus, sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman lingkungan eksternal.
(3)  perusahaan harus memiliki dan menggali kompetensi khusus, sebagai pendorong untuk menjalankan perusahaan.
Kompetensi menurut Gary dan CK Prahalad mengemukakan definisi kompetensi sebagai berikut:
(1)  kompetensi inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan dalam serangkaian produk dan jasa.
(2)  kompetensi adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi yang dimiliki perusahaan untuk dapat bersaing.
(3)  Kompetensi inti adalah keterampilan yang memungkinkan perusahaan memberikan manfaat fundamental kepada pelanggan.
(4)  Sumber-sumber kompetensi secara kompetitif merupakan suatu keunikan bersaing dan memberikan kontribusi terhadap nilai dan biaya konsumen.
Dalam  Bradstreet  Business Credit Service (1993) 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan, yaitu :
1.    Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan  dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.
2.    Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.
3.     Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati.
4.    Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.
5.    Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan/mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.
6.    Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.
7.    Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan/ memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
8.    Statisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.
9.    Knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi/cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.
10.  copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat (Triton, 2007).
Wirausaha adalah seseorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaaan yang bebas. Karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat, menghasilkan imbalan finansial yang nyata. Wirausaha di berbagai industri membantu perekonomian dengan menyediakan pekerjaan dan memproduksi barang dan jasa bagi konsumen dalam negeri maupun di luar negeri. Meskipun perusahaan raksasa menarik perhatian banyak publik, akan tetapi bisnis kecil dan kegiatan kewirauasahaannya setidaknya memberikan andil nyata bagi kehidupan sosial, dan perekonomian dunia. Mengambil peran dalam berbagai aspek kehidupan adalah hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang memiliki kompetensi yang cukup. Kompetensi disini menggambarkan kemampuan memimpin, ilmu dan teknologi yang dikuasai, mampu berkompetisi untuk memberikan imbalan jasa pada setiap pihak yang membutuhkan pelayanan. Selanjutnya juga dapat mendorong motivasi untuk selalu berwira usaha,  karena dengan berwirausaha seseorang akan memperoleh reward (imbalan) “imbalan dalam wirausaha” tiap orang tertarik kepada kewirausahaan karena berbagai imbalan yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar : Laba, Kebebasan, dan kepuasan dalam menjalani hidup, seperti digambarkan pada bagan berikut ini.


Bagan 1.  Reward yang dapat diperoleh dalam Wirausaha


 







Imbalan Wirausaha mengharapkan hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang diinvestasikan tetapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Dengan demikian imbalan berupa laba merupakan motifasi yang kuat bagi wirausaha tertentu. Laba adalah salah satu cara dalam mempertahankan nilai perusahaan. Beberapa wirausaha mungkin mengambil laba bagi dirinya sendiri atau membagikan laba tersebut, tetapi kebanyakan wirausaha puas dengan laba yang pantas.  Selanjutnya imbalan kebebasan, Kebebasan untuk menjalankan perusahaannya merupakan imbalan lain bagi seorang wirausaha. Hasil survey dalam bisnis berskala kecil tahun 1991 menunjukkan bahwa 38% dari orang-orang yang meninggalkan pekerjaannya di perusahaan lain karena mereka ingin menjadi bos atas perusahaan sendiri. Beberapa wirausaha menggunakan kebebasannya untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja pribadinya secara fleksibel. Kenyataannya banyak wirausaha tidak mengutamakan fleksibilitas disatu sisi saja. Akan tetapi wirausaha menghargai kebebasan dalam karir kewirausahaan, seperti mengerjakan urusan mereka dengan cara sendiri, memungut laba sendiri dan mengatur jadwal sendiri.  Dan yang terakhir Imbalan Berupa Kepuasan Dalam Menjalani Hidup, Wirausaha sering menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Pekerjaan yang mereka lakukan memberikan kenikmatan yang berasal dari kebebasan dan kenikmatan ini merefleksikan pemenuhan kerja pribadi pemilik pada barang dan jasa perusahaan. Banyak perusahaan yang dikelola oleh wirausaha tumbuh menjadi besar akan tetapi ada juga yang relatif tetap berskala kecil.

Latihan Soal
Jawablah soal-soal latihan dibawah ini secara jelas dan ringkas mengacu pada butir-butir materi yang telah diajarkan!
1.    Jelaskan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan apa yang harus dimiliki seorang wirausaha.
2.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan kompetensi!, dan sebutkan minimal 3 kompetensi yang harus dimiliki seorang wirausaha!
3.    Jelaskan bagaimana agar sebuah perusahaan dapat mencapai keberhasilan!
4.    Ketertarikan seseorang terhadap wirausaha, disebabkan oleh reward yang diperoleh, sebut dan jelaskan reward (imbalan) serta gambarkan bagannya!



 

Article VII.         


Article VIII.       KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah pembelajaran pokok bahasan ketiga, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan dan mendiskusikan tentang Jiwa dan Sikap serta karakteristik wirausaha.

Section 8.01     

Section 8.02    4.1 Jiwa dan Sikap Kewirausahaan

Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang yang memiliki jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan, dengan ciri-ciri: penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, bertanggungjawab;
2) memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif; 3) memiliki motif berprestasi, indikatornya terdiri atas orientasi pada hasil dan wawasan ke depan; 4) memiliki jiwa kepemimpinan, indikatornya berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam bertindak; dan 5) berani mengambil resiko  dengan penuh perhitungan (oleh karena itu menyukai tantangan)
Sedangkan Scarborough dan Zimmerer (1993) menyampaikan sebagai berikut:
1)    desire for responsibility; memiliki rasa tanggungjawab atas usaha-usaha yang dilakukannya,
2)    preference for moderate risk; memiliki resiko moderat (tidak tinggi atau rendah),
3)    confidence in their ability to succes; memiliki kepercayaan diri untuk sukses.
4)    desire for immediate feedback; selalu menghendaki umpan balik dengan segera.
5)    hight level of energy; memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginan demi masa depan yang lebih baik,
6)    future oriented; berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan,
7)    skill organizing; memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
8)    value of achievement over money; lebih menghargai prestasi daripada uang.
Sedangkan menurut Ahmad Sanusi (1994) sikap dan perilaku seorang wirausaha:
1)    tidak menyenangi hal-hal yang sudah biasa/tetap/sudah diatur dan jelas,
2)    suka memandang keluar, berorientasi pada aspek-aspek yang lebih luas,
3)    semakin berani karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap kemandirian atau prakarsa atas nama sendiri,
4)    suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreatifitas serta memperkenalkan hasil-hasil kepada pihak lain,
5)    ada keinginan yang berbeda dan toleransi terhadap orang lain,
6)    mengembangkan gagasan yang sudah diterima dan bertanggungjawab,
7)    kerja keras, optimis, dan percaya diri secara mendasar,
8)    ketrampilan manajemen usaha dalam bentuk perencanaan produk, penetrasi/pengembangan pasar, organisasi dan komunikasi, keuangan,
9)    resiko tercapai pada batas yang bisa diterima,
10) komitmen pada alternatif yang dipilih,
11) memandang jauh dan berdaya juang tinggi,
12) sikap hati-hati dalam mnedorong kerjasama dengan pihak lain,
13) ujian, hambatan dan hal-hal dianggap tantangan,
14) memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian,
15) memiliki kemampuan intensif dalam menyimak informasi dari pihal lain,
16) menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi keyakinan diri, integritas pribadi yang mengandung citra dan harga diri, selalu bersikap adil dan sangat menjaga kepercayaan yang telah diberikan orang lain.
Nilai-nilai dan perilaku wirausaha (Arthur Kuriloff & Jhon M Mempil, 1993), seperti terlihal pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Nilai-nilai dan Perilaku Wirausaha

Nilai-Nilai
Perilaku
Komitmen
Menyelesaikan tugas hingga selesai
Resiko moderat
Tidak melakukan spekulasi, melainkan berdasarkan perhitungan yang matang
Melihat Peluang
Memanfaatkan peluang yang ada sebaik mungkin
Objektivitas
Melakukan pengamatan secara nyata
untuk memperoleh kejelasan
Umpan Balik
Manganalisis data kinerja waktu
untuk memandu kegiatan
Optimisme
Menunjukkan kepercayaan diri yang besar walaupun berada dalam situasi yang berat
Uang
Melihat uang sebagai suatu sumberdaya
bukan tujuan
Manajemen proaktif
Mengelola berdasarkan perencanaan masa depan.

Section 8.03    4.2 Krakteristik Wirausaha

Menurut Zimerer (1996) seseorang mengembangkan keterampilan  berpikir menggunakan otak sebelah kiri, sedangkan untuk mengembangkan ketermpilan kreatif dengan menggunakan otak kanan dengan ciri-cirinya adalah:
(1)  Selalu bertanya “apa ada cara yang lebih baik?”
(2)  Selalu menantang kebiasaan, tradisi dan rutinitas
(3)  Berefleksi/merenungkan dan berpikir dalam
(4)  Berani bermain mental, mencoba melihat masalah dari perspektif yang berbeda.
(5)  Menyadari kemungkinan banyak jawaban daripada satu jawaban yang benar.
(6)  Melihat kegagalan dan kesalahan hanya sebagai jalan untuk mencapai kesuksesan
(7)  Mengorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk menghasilkan pemecahan inovatif.
(8)  Memiliki ketrampilan ”helikopter”  yaitu kemampuan untuk bangkit di atas kebiasaan rutin dan melihat permasalahan dari perspektif yang lebih luas kemudian memfokuskannya pada kebutuhan untuk berubah.
Sikap dan Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses. Gooffrey G. Meredith (1996) mengemungkakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut :

Tabel 2 Karakteristik dan Watak Wirausaha
CIRI-CIRI
WATAK
1. Percaya Diri
1. Keyakinan, kemandirian, individualitas,
    optimisme.

2. Berorientasikan tugas dan hasil.

2. Kebutuhan akan prestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif.
3. Pengambil Resiko.
3. Memiliki kemampuan mengambil resiko dan suka pada tantangan
4. Kepemimpinan.
4. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap  saran dan kritik yang membangun.
5. Keorisinilan.
5. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
6. Berorientasi ke masa
    depan.

6. Persepsi dan memiliki cara pandang/ cara pikir yang berorientasi pada masa depan

7. Jujur dan tekun
7. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja


Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan artinya resiko yang di ambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil. Hasil-hasil ini harus nyata/jelas dan objektif dan merupakan umpan balik bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimis yang tingggi karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya. Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki ciri-ciri tertentu pula. Dalam Enterpreneurship and Small Enterprise Development Report (1986)  yang dikutip oleh M. Scarborough dan Thomas Wimmerer (1993) dikemungkinan  beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil, diantaranya memiliki ciri-ciri :
1) proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas, 2)  Berorientasi pada prestasi, yang tercermin dalam padangan dan bertindak terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan mengutamakan monitoring dan  3) Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan bisnis berpikir kreatif dalam kewirausahaan.

Latihan Soal
Jawablah soal-soal latihan dibawah ini secara jelas dan ringkas mengacu pada butir-butir materi yang telah diajarkan!
1)    Jelaskan ciri-ciri orang yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif!
2)    Jelaskan nilai-nilai dan perilaku wirausaha menurut Kuriloff dan Menpil!
3)    Seorang wirausaha harus memiliki ketrampilan “Helikopter”, jelaskan ketrampilan tersebut dan beri contohnya!
4)    Sebut dan Jelaskan tentang karakteristik dan watak wirausaha menurut Meridith!





 



Article IX.          PROSES KEWIRAUSAHAAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah membahas dan mendiskusikan pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan proses kreatif sebagai cikal bakal terjadi proses kewirausahaan dan selanjutnya mahasiswa dapat merunut dan menyampaikan dengan bahasa sendiri tentang proses kewirausahaan.

Section 9.01    5.1 Proses Kreatif

Wirausaha boleh dikatakan sebagai suatu hasil proses berpikir dan bertindak yang kreatif. Menurut Zimmerer (1996) ada tujuh langkah dalam proses kreatif yaitu:
a)    Persiapan
Dilakukan melalui pendidikan, pengalaman, magang, dan pengalaman belajar lainnya. Ada tujuh langkah untuk memperbaiki pikiran agar dapat berpikir kreatif: 1) hindari sikap untuk tidak belajar, dalam setiap situasi selalu ada peluang untuk dapat dipelajari; 2) belajar banyak, jangan hanya mempelajari keahlian yang kita miliki, karena bidang lain tidak menutup kemungkinan untuk bisa dijadikan sebagai peluang inovasi; 3) diskusikan ide-ide kita dengan orang lain; 4) himpun artikel-artikel yang penting; 5) temui rekan  profesional atau asosiasi dagang dan pelajari cara mereka memecahkan persoalan; 6) gunakan waktu untuk belajar sesuatu dari orang lain dan
7) kembangkan ketrampilan menyimak gagasan orang lain.
b)    Penyelidikan
Untuk menciptakan konsep dan ide-ide baru tentang suatu bidang, seseorang harus mempelajari suatu masalah dan komponen-komponen dasar melalui penelitian.
c)    Tranformasi
Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang ada tentang informasi yang terkumpul. Langkah-langkah untuk meningkatkan transformasi informasi ke dalam ide adalah : 1) evaluasi bagian-bagian situasi beberapa  saat, cobalah ambil gambaran luasnya; 2) susun kembali unsur-unsur situasi ini;
3) gunakan beberapa model pendekatan dan alternatif; dan 4) lawan godaan yang membuat penilaian kita tergesa-gesa dalam memecahkan persoalan atau mencari peluang.
d)    Penetasan
Merupakan penyiapan pikiran bawah sadar untuk merenungkan informasi yang terkumpul. Pikiran bawah sadar memerlukan waktu untuk merefleksikan informasi. Meningkatkan tahap inkubasi dalam proses berpikir kreatif dapat dilakukan dengan cara: 1) menjauhkan diri dari situasi pembahasan sesuatu yang tidak terkait dengan masalah; 2) sediakan waktu untuk berimajinasi; 3) santai dan bermain secara teratur, ide-ide besar dan bagus sering muncul saat bersantai atau bermain; 4) berhayal tentang masalah atau peluang, berpikir masalah sebelum tidur memicu secara efektif pikiran kita bekerja sewaktu tidur dan 5) kejarlah masalah atu peluang dalam lingkungan manapun.
e)    Penerangan
Akan muncul pada tahap penetasan, yaitu ketika terdapat pemecahan spontan yang menyebabkan adanya titik terang. Pada tahap ini, semua tahap sebelumnya muncul secara bersama dan menghasilkan ide-ide kreatif serta inovatif.
f)     Pengujian
Menyangkut validasi keakuratan dan manfaat ide-ide yang muncul dapat dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes pemasaran, pembangunan proyek percobaan, pembangunan prototif dan aktivitas lain yang dirancang untuk membuktikan ide-ide baru yang akan diimplementasikan.
g)    Implementasi
Adalah tranformasi ide ke dalam dunia praktik/bisnis. Menurut Roger Von Oech mengidentifikasi 10 mental dari kreatifitas atau hambatannya:
1)    berusaha menemukan hanya satu jawaban atau satu solusi yang benar,
2)    Berfokus pada pemikiran secara logika,
3)    Berlindung pada aturan yang berlaku,
4)    Hanya terikat pada kehidupan praktis yang membatasi ide-ide,
5)    Menganggap bahwa bermain adalah sesuatu hal yang tidak menentu,
6)    Terlalu spesialisasi,
7)    Menghindari ambiguitas merupakan hambatan untuk berpikir kreatif,
8)    Takut dianggap bodoh,
9)    Takut menghadapi kesalahan dan kegagalan,
10) Setiap orang berpotensi untuk kreatif.

Section 9.02    5.2 Proses Kewirausahaan

Proses kewirausahaan diawali dengan suatu aksioma, yaitu adanya tantangan. Dari tantangan tersebut timbul gagasan, kemauan dan dorongan untuk berinisiatif, yang tidak lain adalah berpikir kreatif dan bertindak inovatif, sehingga tantangan awal tadi teratasi dan terpecahkan. Setiap tindakan pastilah memiliki resiko, oleh karena itu wirausahawan adalah orang yang berani menghadapi resiko dan menyukai tantangan. Ide kreatif dan inovatif wirausaha tidak sedikit diawali dengan imitasi dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda (inovasi). Tahap inovasi dipengaruhi oleh  faktor pribadi maupun lingkungan. Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi, pendidikan dan pengalaman. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan pada masa inovasi adalah peluang, model peran dan aktivitas. Adapun Tahap-tahap Kewirausahaan Secara umum adalah sebagai berikut :
1)    Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin, apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri/manufaktur/ produksi atau jasa. 
2)    Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan,  SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran,  dan melakukan evaluasi.
3)    Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai, melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
4)     Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996 : 3), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembangan menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengrauhi lingkungan, organisasi dan keluarga (Suryana, 2001). Secara ringkas, model proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007) : a). proses inovasi, b). proses pemicu, c). proses pelaksanaan dan d) 4. proses pertumbuhan.



Gambar Bagan 2:
Proses Kewirausahaan menurut Carol Noore



 
















 

Article X.            


Article XI.          FUNGSI DAN PERAN KEWIRAUSAHAAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Pembelajaran pokok bahasan ini, mengsyaratkan pemahaman mahasiswa terhadap fungsi dan model peran wirausaha serta untuk memahami bahwa wirausaha adalah sesuatu yang dapat dipelajari dan mampu dipraktikkan oleh setiap orang.

Section 11.01 6.1 Fungsi dan Peran Wirausaha

Menurut Roopke (1995) mengelompokkan wirausaha berdasarkan perannya yaitu: (1) wirausaha rutin, yaitu wirausaha yang melakukan kegiatan sehari-harinya cenderung menekankan pada pemecahan masalah dan perbaikan standar prestasi tradisonal. Fungsi wirausaha di sini adalah mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap standar wirausaha. (2) kewirausahaan arbitase yaitu wirausaha yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan pembukuan. Dan yang ketiga wirausaha inovatif yaitu wirausaha dinamis yang menghasilkan ide-ide dan kreasi-kreasi baru menyangkut cara kerja, produk, manajemen dan pemasaran.
Fungsi dan peran wirausaha dapat dilihat juga melalui dua pendekatan yaitu secara mikro dan makro. Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran yaitu sebagai penemu (innovator) dan perencana (planner). Sebagai penemu wirausaha menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, seperti produk, teknologi, cara, ide, organisasi, dan sebagainya. Sebagai perencana wirausaha berperan merancang tindakan dan usaha baru, merencanakan strategi usaha yang baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi perusahaan yang baru. Secara makro peran wirausaha adalah menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan, dan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Untuk ke depan lulusan perguruan tinggi, seyogyanya memilih jalan menjadi wirausaha. Ini sejalan dengan trend jaman. Ernest & Young sebuah perusahaan konsultan internasional dalam penelitiannya pada tahun 1998 tentang visi entrepreneuralism terhadap 500 pengusaha terkemuka di Amerika diperoleh temuan yang menarik menyebutkan bahwa:
  1. Entrepreneuralism akan menjadi “defining trend of the business” pada abad 21.
  2. Akan semakin banyak orang yang memasuki kegiatan kewirausahaan.
  3. Entrepreneuralism akan meningkat di seantero penjuru dunia, termasuk di negara-negara yang tidak masuk sebagai negara industri seperti di Afrika dan Timur Tengah.
  4. Peluang kewirausahaan yang menjanjikan pada abad ini adalah sektor teknologi /internet, kedokteran, food service / hospitality, layanan informasi / manajemen informasi.
  5. Lingkungan ekonomi entrepreneurial ditandai oleh “penekanan yang lebih besar pada “personal fulfillment”, “inovasi yang meningkat”, dan “creative work arrangement”.
Perguruan tinggi dengan tradisi ilmiahnya yaitu selalu mengedepankan sikap skeptis terhadap “theory in use” dan selalu berusaha mencari kebaruan atau dengan istilah yang dikenalkan oleh Schumpeter yaitu creative destruction sebenarnya mampu melakukan hal itu. Mengapa perguruan tinggi di Indonesia, terutama di daerah belum mampu menjadi sumber inovasi, belum mampu meningkatkan kualitas SDM melalui pemikiran dan karya? Pendapat penulis, sebagai seorang pengusaha, adalah masih rendahnya spirit kewirausahaan.
Pandangan, Schumpeter, ekonom asal Austria yang kemudian menetap di Amerika (1883 – 1950) tentang entrepreneur. Ia mengatakan bahwa perilaku dan sifat entrepreneur yang khas adalah kemampuannya, kecerdasannya dan keberaniannya yang ditopang oleh ketetapan hatinya dan keteguhan jiwanya untuk melancarkan usaha yang serba baru, dengan melihat pada kemungkinan-kemungkinan potensial di masa depan dan berhasil menjelmakan menjadi kenyataan efektif. Satu hal dari pandangan Schumpter yang menggugah adalah penilainnya tentang entrepreneur yang sama sekali berbeda dengan pengusaha (businessman). Entrepreneur memiliki “sikap jeli” terhadap kemungkinan potensial yang terbayang dalam perkembangan masa depan, kemudian mampu merintis dan mengatur inovasi, menempuh pola baru dalam penggunaan sumber dana dan daya produksi dalam suatu kombinasi optimal yang baru pula (new combination).
Penemuan (Invention) yang ada baik di dunia perguruan tinggi atau di laboratorium-laboratorium penelitian milik pemerintah tidak akan ada artinya jika tidak digunakan secara komersiil. Di sinilah perlunya komunikasi timbal balik antara perguruan tinggi dengan masyarakat, terutama dunia usaha agar mereka mau menggunakan temuan-temuan itu untuk digunakan dalam kegiatan usaha. Dunia usaha dan masyarakat harus diyakinkan bahwa dengan inovasi atau lebih tepat disebut new combination dapat memperbesar laba, menghemat biaya (cost reducing) atau menciptakan permintaan (demand creating).
Kemitraan antara pendidikan tinggi dengan dunia usaha menjadi prasyarat mutlak untuk merangsang inovasi di kalangan pendidikan tinggi dan para lulusannya. Banyak tugas akhir mahasiswa yang potensial memiliki nilai komersiil, tetapi hanya tersimpan di perpustakaan saja karena belum tumbuhnya tradisi kerjasama antara pendidikan tinggi dan dunia usaha. Untuk ke depan sudah saatnya dipikirkan oleh kalangan dunia usaha untuk lebih meningkatkan kerjasama dengan masyarakat perguruan tinggi dalam kerangka untuk meningkatkan daya saing dan menyebarkan tradisi entrepreneurship di kalangan pendidikan tinggi.

Section 11.02 6.2 Entrepreneurship: Sesuatu Yang bisa dipelajari

Keengganan lulusan perguruan tinggi memilih menjadi entrepreneur salah satunya karena terjebak dalam mitos. Mahasiswa hanya dibekali dengan kemampuan kognisi, tetapi tidak dibangkitkan daya afeksinya, sehingga tidak terbangun orientasi sikap yang menjurus ke opportunity oriented. Lulusan pendidikan tinggi, lebih banyak ingin bekerja pada perusahaan/pemerintah ketimbang membangun usaha sendiri. Inilah tantangan ke depan yang harus dihadapi. Para lulusan perguruan tinggi sampai saat ini masih gamang memasuki dunia kewirausahaan karena adanya mitos yang seolah tidak terbantahkan. Sedikitnya ada 10 mitos yang membelenggu pikiran para pemula yang akan memasuki dunia kewirausahaan.
Mitos pertama, Entrepreneur adalah pelaku, bukan pemikir . Dalam batas-batas tertentu entrepreneur memiliki kecenderungan berorientasi kepada tindakan, tetapi sebenarnya mereka juga pemikir. Mereka adalah orang yang berfikir sistematis yang merencanakan langkahnya dengan hati-hati. Entrepreneur pemikir dengan entrepreneur pelaksana adalah sama-sama melaksanakan kegiatan entrepreneurship. Mitos kedua, Entrepreneur itu dilahirkan, bukan diciptakan. Muncul anggapan bahwa tabiat dan sifat entrepreneur tidak dapat diajarkan atau dipelajari, mereka memiliki bakat pembawaan lahir. Bakat tersebut diantaranya adalah mencakup ke-agresif-an, inisiatif, dorongan, kemauan untuk mengambil resiko, kemampuan analitik, dan kemampuan human relation. Sekarang diakui bahwa entrepreneurship adalah suatu disiplin ilmu yang dapat membantu untuk mematahkan mitos. Seperti halnya ilmu-ilmu lain entrepreneurship mempunyai model, proses, dan studi kasus yang memungkinkan untuk mengkaji suatu topik dan menguraikan karakteristik obyek yang dikajinya.
Sebagai mitos ketiga, Entrepreneur selalu merupakan penemu (Inventors) Pemikiran yang menganggap entrepreneur adalah penemu merupakan akibat dari kurang dipahaminya visi tersembunyi entrepreneur. Memang dalam keadaan tertentu penemu juga sekaligus menjadi entrepreneur. Di sini ada sejumlah entrepreneur yang melakukan berbagai jenis kegiatan inovatif tetapi bukan penemu. Contoh Ray Kroc, tidak menemukan franchise fast-food, tapi ide inovatifnya menjadikan McDonald merupakan perusahaan fast-food terbesar di dunia. Pemahaman terbaru tentang entrepreneurship cakupannya bukan sekedar pada invention. Tapi mencakup pemahaman yang lengkap dari perilaku inovatif apapun bentuknya. Keempat mitos. Entrepreneur adalah orang yang canggung baik di dunia akademis atau di masyarakat. Ada kepercayaan bahwa entrepreneur secara akademis dan sosial merupakan orang yang gagal. Mereka berhasil menjalankan usahanya karena drop out dari dunia pendidikan atau dipecat dari tempat kerja. Ini kemudian digunakan untuk memahami profil entrepreneur tipikal. Secara historis sebenarnya pendidikan dan organisasi sosial tidak mengakui entrepreneur. Entrepreneur disingkirkan dari dunia perusahaan raksasa karena dianggap orang yang canggung. Dalam pendidikan bisnis, untuk contoh tujuan utamanya adalah memahami aktivitas perusahaan bukan pada siapa yang berada di balik perusahaan. Sekarang entrepreneur dipandang sebagai hero baik secara sosial, ekonomi, dan akademik. Dia bukan lagi si canggung, entrepreneur sekarang dipandang sebagai profesional.
 Selanjutnya mitos kelima  Entrepreneur harus sesuai dengan profil. Banyak buku dan artikel menyajikan cheklist ciri-ciri entrepreneur sukses. Daftar tersebut baik yang divalidasi atau tidak didasarkan pada studi kasus dan temuan riset atas orang-orang yang berorientasi pada pencapaian. Sekarang sangat susah untuk melakukan kompilasi hingga terwujud standar profil entrepreneurial.  Untuk menjadi entrepreneur anda perlu memiliki uang adalah mitos keenam. Memang benar bahwa semua usaha membutuhkan modal untuk bisa berjalan; juga benar bahwa banyak bisnis jatuh karena tidak didukung keuangan yang memadai. Sekarang uang bukan satu-satunya benteng untuk menghadapi kegagalan bisnis. Kegagalan bisnis yang berkaitan dengan tidak adanya dukungan finansial yang memadai sering menjadi indikator adanya problem lain dalam usaha tersebut seperti: ketidakmampuan manajemen, lemahnya pemahaman terhadap persoalan keuangan; investasi yang buruk; perencanaan yang jelek dan sejenisnya. Banyak entrepreneur sukses berhasil mengatasi persoalan kekurangan uang dalam menjalankan usahanya, uang adalah sumber daya atau sarana yang digunakan untuk menjalankan usaha tapi tidak pernah menjadi tujuan akhir dari usaha itu sendiri. Sedangkan mitos ketujuh anda perlu nasib baik untuk menjadi entrepreneur. Berada pada “tempat yang benar dan waktu yang tepat” selalu menjadi suatu keunggulan. Tapi yang lebih tepat adalah “keberuntungan muncul ketika kemampuan dan persiapan bertemu dengan kesempatan”. Entrepreneur adalah orang melakukan serangkaian persiapan  agar berhasil menggapai kesempatan. Ketika kesempatan itu muncul dan dapat diraih sering dianggap sebagai suatu keberuntungan. Mereka sebenarnya adalah orang-orang yang selalu melakukan persiapan untuk menghadapi berbagai situasi dan mengubahnya menjadi sukses. Apa yang nampak sebagai suatu keberuntungan sebenarnya adalah buah dari melakukan perencanaan, menetapkan tujuan dan keinginan, mengakumulasi pengetahuan, dan melakukan inovasi. Intinya seorang entrepreneur adalah yang terus menerus waspada dan belajar untuk merespon lingkungan agar sesuai dnegan keinginannya sendiri vis a vis keinginan masyarakat.
Mitos kedelapan,  Entrepreneur mengabaikan kesenangan.  Mitos ini mengatakan perencanaan dan evaluasi yang njelimet cenderung menimbulkan masalah yang  permanen, analisis yang berlebihan menyebabkan paralysis, tapi dalam pasar yang kompetitif seperti sekarang ini dibutuhkan perencanaan dan persiapan yang cermat. Mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan suatu usaha, menetapkan dengan jelas suatu jadwal atau skedul untuk menghadapi perubahan membantu menangani masalah, dan meminimalisasikan masalah dapat dilakukan melalui perumusan strategi yang hati-hati – itu semua merupakan faktor kunci keberhasilan entrepreneurship. Dengan demikian perencanaan yang cermat – bukan mengabaikan perencanaan – adalah ciri dari entrepreneur yang sempurna. Kesembilan disebutkan, Entrepreneur mencari sukses tapi pengalaman menunjukkan tingginya tingkat kegagalan. Adalah benar bahwa banyak entrepreneur menghadapi sejumlah kegagalan sebelum mereka berhasil. Mereka mengikuti kata bijak “Jika pertama anda belum berhasil, coba, coba lagi”. Sebenarnya kegagalan dapat memberikan banyak pelajaran, siapa yang mau belajar dari kegagalan sering mendapatkan sukses. Ini nampak jelas terlihat dalam prinsip koridor, yang menyatakan bahwa setiap langkah memiliki resiko, tapi sekaligus memunculkan peluang yang tidak diduga sebelumnya. Perusahaan 3M menemukan “Pos-it” kertas kecil yang dilapisi lem dengan tidak sengaja karena memanfaatkan lem yang tidak memenuhi kualifikasi produk. Dari pada dibuang sayang lebih baik dibuat post-it, akhirnya produk ini menghasilkan jutaan dolar dan dikenal di seluruh dunia. Sekarang catatan statistik tentang kegagalan entrepreneur itu menyesatkan. Suatu riset yang dilakukan oleh Bruce A. Kirchoff, melaporkan bahwa dari pelacakan 814.000 usaha yang mulai start pada 1977 menemukan bahwa 50% tetap hidup dan dikelola oleh pemilik awal atau pemilik baru. 28% ditutup secara suka rela, dan hanya 18% yang benar-benar gagal. Dan Terakhir  Entrepreneur adalah risk taker yang ekstrim. Dalam masyarakat berkembang pandangan bahwa entrepreneur adalah orang yang suka berjudi dengan kemungkinan yang belum jelas, faktanya entrepreneur umumnya selalu memperhitungkan risiko. Semua entrepreneur yang berhasil adalah adalah mereka yang bekerja keras melalui persiapan dan perencanaan ketat untuk meminimalisasikan risiko untuk dapat mengendalikan lebih baik agar visinya tercapai.
Untuk mendobrak mitos, calon entrepreneur harus mempersiapkan pendidikan dengan baik. Pendidikan merupakan fondasi yang sangat penting bagi entrepreneur. Ia berperan penting dalam membantu entrepreneur menghadapi masalah yang harus diselesaikannya. Sejarah memang telah mencatat ada sejumlah entrepreneur berasal dari peserta drop out seperti William Durant, Henry Ford, Andrew Carnegie, Thomas Alva Edison dan William Lear. Secara formal pendidikan mereka tidak begitu bagus, tetapi mereka melakukan proses pembelajaran sendiri, mereka menyerap explicit knowledge melalui learning by doing sehingga mereka berhasil menyusun skema berfikir untuk dijadikan panduan menghadapi persoalan. Pada waktu lalu berkembang pemikiran yang membedakan secara dikotomis antara entrepreneur dan bukan entrepreneur. Entrepreneur dicirikan dengan orang yang kreatif – imajinatif, berfikir bebas sedangkan yang bukan entrepreneur biasanya lebih mengandalkan logika semata, miopik dan kaku.

Latihan Soal-Soal
Berikut ini soal-soal latihan yang dikerjakan dengan jawaban singkat, dan jelas!
1.      Jelaskan secara runut proses kreatifitas dalam diri seorang wirausaha!
2.      Sebutkan faktor-faktor penghambat munculnya kreatifitas!
3.      Jelaskan pemahaman saudara tentang proses wirausaha!
4.      Jelaskan tentang peran wirausaha menurut Roopke!
5.      Jelaskan peran wirausaha bagi kemajuan perekonomian negara baik secara mikro maupun makro!
6.      Jelaskan peran perguruan tinggi dalam memunculkan dan mengembangkan.
7.      Jelaskan perbedaan interpreneur (wirausahawan) dengan pengusaha (businnes)!
  1. Jelaskan hasil-hasil penelitian Ernest & Young tentang kewirausahaan!
  2. Jelaskan hambatan yang dihadapi lulusan perguruan tinggi dan melakukan wirausaha!




 

Article XII.        IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan berbagai cara untuk mendapatkan ide-ide brilian yang dapat menciptakan peluang dalam wirausaha, setelah mendapatkan materi pokok ide dan peluang

Section 12.01     


Section 12.02 7.1 Pengembangan Kreatifitas Cikal bakal  kemunculan Ide

Sekarang ini pendikotomian antara entrepreneur dan bukan entrepreneur, tidak berlaku. Menurut penelitian David Hills dari Center for Creative Leadership, USA diperoleh temuan bahwa setiap orang itu mampu untuk menjadi kreatif. Kreativitas itu bukan bakat tetapi sesuatu yang dapat dipelajari. Hambatan terjadinya kreativitas diantaranya adalah pola berfikir yang tradisional. Orang tidak pernah dipicu innate creativity-nya. Kreativitas dapat diasah dengan memfungsikan peran otak kanan antara lain dengan:
  • Selalu mengembangkan pertanyaan, “Apakah ini merupakan satu-satunya cara terbaik, tidak adakah cara lain?”. Ini adalah suatu bentuk berfikir divergen.
  • Melawan kebiasaan, rutinitas dan tradisi atau sesuatu yang telah mapan.
  • Selalu melakukan refleksi, berfikir imajinatif.
  • Play mental games, yaitu mencoba melihat persoalan dari perspektif yang berbeda seperti melalui analogi atau metafora.
  • Terbuka untuk mendapatkan lebih dari satu jawaban yang benar
  • Menautkan gagasan yang nampaknya tidak berhubungan dengan persoalan yang dihadapi untuk membangkitkan solusi yang inovatif.
  • Mengembangkan “helicopter skill” yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu persoalan dari perspektif yang lebih luas dan kemudian menukik kembali pada fokus persoalan dan mencari solusinya dengan berbagai alternatif solusi (seperti telah disampaikan pada bab 4).
Dengan mengembangkan berbagai pertanyaan di atas, maka seorang akan mulai membuka pemikirannya, sehingga dapat menemukan ide dan peluang. Ide dapat menjadi peluang apabila bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus melalui proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati peluang, menganalisis proses secara mendalam dan memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang, wirausaha harus memiliki berbagai kemampuan dan pengetahuan, seperti kemampuan menghasilkan produk atau jasa, menghasilkan nilai tambah, merintis usaha, melakukan proses atau teknik, atau mengembangkan organasasi baru.
Harus diakui bahwa mengembangkan kreativitas dalam upaya membangun usaha baru, bukan pekerjaan mudah. Hambatan eksternal seperti tekanan waktu, tidak ada dukungan, kebijakan yang rigid adalah salah satu bentuk hambatan yang dihadapi oleh individu dalam mengembangkan kreativitas. Namun hambatan yang paling sulit untuk diatasi adalah hambatan yang berasal dari diri sendiri, yaitu berupa gembok mental yang menyebabkan kita tidak bisa berfikir  merdeka. Sejumlah gembok mental yang kerap membatasi kreativitas, yakni:
1.    Terfokus pada upaya mencari “satu jawaban yang benar”. Padahal setiap persoalan itu memiliki ambiguitas. Satu pertanyaan memiliki banyak jawaban yang benar.
2.    Terlalu mengandalkan pada logika. Logika memang bagian penting dari proses kreatif, khususnya ketika mengevaluasi dan mengimplementasikan ide. Namun demikian pada fase proses imajinatif, berfikir logis sering menggembok kreativitas. Intuisi menjadi lebih penting, karena ia merupakan akumulasi pengetahuan dan pengalaman yang kaya dengan perspektif.
3.    Mengikuti aturan dengan membuta. Kita sering tidak cukup berani untuk keluar dari aturan. Seringkali kreativitas itu muncul karena kemampuan kita untuk melanggar aturan yang sudah ada sehingga kita bisa melihat cara baru untuk melakukan sesuatu. Contoh yang sangat bagus adalah “Shinkasen Thinking”. Jepang tidak akan mampu menciptakan kereta peluru berkecepatan tinggi bila terpaku pada rule perkeretaapian yang sudah ada.
4.    Selalu berorientasi praktis. Membayangkan jawaban yang terkadang tidak masuk akal dari suatu pertanyaan yang logis sering memberikan inspirasi terbentuknya ide kreatif.
5.    Menjadi terlalu spesialis. Orang yang terlalu spesialis cenderung kurang tertarik pada sesuatu yang berada di luar bidangnya. Padahal pemikir kreatif cenderung mencari ide di luar wilayah spesialisasinya.
6.    Menghindari ambiguitas. Ambiguitas dapat menjadi stimulus yang kuat bagi kreativitas. Ambiguitas mendorong kita untuk memikirkan sesuatu yang berbeda. Ada contoh menarik, Jeffrey Erexson seorang entrepreneur mengajukan pertanyaan, “apa itu kulit?” hampir semua orang mengatakan bahwa kulit adalah jangat binatang mamalia. Erexson kemudian bertanya lagi, “mengapa bukan jangat dari ikan?” Dengan menghargai ambiguitas ia akhirnya menemukan peluang usaha dengan mendirikan Ocean Leather Inc. Bahkan baru-baru ini anak-anak Yogya malah lebih hebat lagi, yaitu menyajikan tas dan sepatu dari kulit kaki ayam.Inilah pentingnya ambiguitas.
7.    Takut kelihatan bodoh. Berfikir kreatif itu tidak memberi tempat bagi konformitas. Ide-ide baru jarang lahir dari lingkungan yang konformis.
8.    Takut berbuat kesalahan. Orang kreatif dalam mencoba gagasan baru sering menghadapi kegagalan. Namun mereka tidak melihat kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Kegagalan adalah merupakan biaya belajar untuk sukses.
9.    Cepat mengaku dirinya tidak kreatif. Banyak orang merasa dirinya tidak kreatif, karena  mereka menganggap kreatif itu hanya milik segelintir orang.

Section 12.03  

Section 12.04 7.2 Ide dan Peluang Kewirausahaan

Denga wirausaha dapat menambah nilai suatu barang dan jasa melalui inovasi, keberhasilan dapat dicapai apabila wirausaha menggunakan produk, proses dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Inovasi sebagai instrumen penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan nilai. Inovasi-inovasi ini, awalnya berasal dari ide-ide brilian yang menurut Zimmerer dapat menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan wirausaha, menciptakan produksi, sistem promosi dan pemasaran yang potensial. Mengingat dalam wirausaha banyak tantangan dan resiko (resiko teknik, pasar, persaingan dan finansial) serta peluang yang bisa ditawarkan. Menurut Zimmerer ada beberapa cara ide, dapat menghasilkan peluang antara lain:
1.    Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara atau metode yang lebih baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi kebutuhan.
2.    Ide dapat mendorong menghasilkan produk dan jasa yang kompetitif maupun baru.
3.    Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi  bagaimana pekerjaan dilakukan atau modifikasi cara melakukan pekerjaan.
Dengan demikian sumber peluang potensial yang dapat digali melalui ide adalah menciptakan produk baru yang berbeda; mengamati celah peluang; menganalisis produk-produk dan proses secara mendalam serta memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi.

Latihan Soal
Jawablah soal-soal latihan dibawah ini secara jelas dan ringkas mengacu pada butir-butir materi yang telah diajarkan!
1.    Apa yang anda pahami dengan dikotomi enterpreneur dan bukan enterpreneur,jelaskan !
2.    Apa yang menjadi pendorong dan menghambat kemunculan ide maupun peluang wirausaha, baik dari dalam diri maupun ekternal!
3.    Bagaimana penjelasan saudara tentang sebuah ide dapat menghasilkan peluang dan beri contohnya!



 



Article XIII.       MERINTIS USAHA BARU DAN MODEL PENGEMBANGAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah pembahasan pokok materi ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang bagaimana memulai  membuka usaha dan mengembangkan usaha.


Section 13.01 8.1 Prinsip Pengembangan Usaha

Sebelum lanjut pada upaya merintis usaha baru, perlu kiranya kita pahami mengenai prinsip-prinsip pengembangan usaha, demi keberlanjutan sebuah usaha yaitu : Peduli (1), peduli dan peka terhadap segala hal yang terjadi dalam lingkungannya serta selalu memelihara rasa cinta kasih sesama. Kedua positif dan antusias, selalu antusias dalam berpikir dan bertindak demi mencapai tujuan berusaha. Namun  segala pemikiran dan tindakan tersebut bersifat positif demi menjaga kelangsungan usaha. Inisiatif (3) , memiliki inisiatif dalam menjalankan usaha berdasarkan motivasi yang kuat untuk maju dan mencapai tujuan tanpa menunggu komando, dan tanpa menyimpang dari kebijakan perusahaan atau negara. Rendah hati (4), berusaha selalu optimis dalam setiap langkah, namun tidak sombong dan selalu menghargai serta menghormati orang lain.
Kelima, kreatif dan inovatif , selalu kreatif dalam berusaha dengan melakukan berbagai inovasi agar dapat memenangkan persaingan dan menjadi leader dalam lingkungannya. Komunikatif (6),  memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menguasai tekniknya secara baik, sehingga mampu menyampaikan segala informasi yang diperlukan tanpa menimbulkan kesalah-pahaman. Kerjasaman (7), mampu menjalin kerjasama untuk menggalang kemitraan dengan semua kalangan dalam menjalankan tugas agar sukses mencapai tujuan. Kedelapan disiplin & bertanggungjawab, memiliki rasa tanggungjawab yang besar terhadap kelangsungan hidup kegiatan usaha. Untuk itu, diperlukan disiplin yang tinggi dalam menjalankan semua peraturan atau ketentuan demi mencapai tujuan.
Komitmen & tabah (9), memiliki komitmen yang tinggi terhadap semua keputusan atau peraturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan serta bertanggungjawab melaksanakan tanpa tawar-menawar. Dan sebagai prinsip kesepuluh produktif adalah bekerja secara profesional, tekun dan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal. Berikut ini dapat diperhatikan beberapa konsep tentang kerja profesional dilihat tabel di bawah ini.


Tabel 3. Delapan Etos Kerja Profesional

Etos
Doktrin
Kerja
Keyakinan
Kerja
Komitmen
Kerja
Motivasi
Kerja internal
1
Kerja itu suci
Kerja adalah panggilanku
Bekerja benar
Mantap-percaya diri Merdeka
2
Kerja itu sehat
Kerja adalah aktualisasiku
Bekerja keras
Sehat-Segar-Bugar
3
Kerja itu amanah
Kerja adalah Tanggung- Jawabku
Bekerja Tuntas
Berharga-Terpercaya- Keharusan
4
Kerja itu rahmat
Kerja adalah Terima Kasihku
Bekerja Tulus
Tenang-Sukacita-Bahagia
5
Kerja itu ibadah
Kerja adalah Pengabdianku
Bekerja Serius
Cinta-Tergetar-Terharu
6
Kerja itu seni
Kerja adalah Kesukaanku
Bekerja Kreatif
Gairah-Gembira-Asyik
7
Kerja itu kehormatan
Kerja adalah Kewajibanku
Bekerja Unggul
Bangga-Terhormat-Tersanjung
8
kerja itu mulia
Kerja adalah Pelayananku
Bekerja Sempurna
Berguna-Berarti-Mulia

Section 13.02  

Section 13.03 8.2 Cara Merintis Bisnis / Usaha Baru

Dalam memasuki suatu bisnis atau usaha, dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1) merintis usaha baru sejak awal, 2) membeli perusahaan yang sudah ada dan 3) kerjasama manajamen atau waralaba (franchising). Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam rangka meristis usaha baru: a) bidang usaha dan jenis usaha yang akan dirintis, b) bentuk dan kepemilikan usaha yang akan dipilih, c) tempat usaha yang akan dipilih, d) organisasi usaha yang akan datang, e) jaminan usaha yang mungkin diperoleh, dan f) lingkungan usaha yang akan berpengaruh.
Untuk mengelola usaha tersebut harus diawali dengan : (1) perencanaan usaha; (2) pengelolaan keuangan; (3) aksi strategis usaha dan (4) teknik pengembangan usaha. Entrepreneur, orang yang berusaha mendirikan usaha baru/organisasi baru, sering terfokus pada upaya pengumpulan modal tanpa mengadakan survey tentang usaha apa yang mesti dikelola, kemampuan apa yang dimiliki dan perencanaan yang juga sering diabaikan. Disisi lain usaha-usaha yang telah ada banyak menemui hambatan seperti: tidak efektifnya penerapan teknik tradisional manajemen pada pengembangan suatu bidang baru. Menurut James Brian Quinn (1995) hal yang perlu diperhatikan dalam merintis usaha baru adalah: a) iklim inovasi dan visi, b) orientasi pasar, c) organisasi yang tetap datar dan kecil dan d) proses belajar interaktif
Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah : 
a)    mencari peluang usaha baru: memperbaiki dan mengembangkan usaha lama, dan jenis usaha yang pernah dilakukan
b)    pembiayaan : mengidentifikasi pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana,
c)    SDM : merinci tenaga kerja yang dimiliki dan akan dipergunakan,
d)    kepemilikan : penekanan pada peran-peran para pihak  dalam pelaksanaan usaha,
e)    organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki,
f)      kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial (POAC)
g)    Pemasaran : meliputi lokasi dan tempat usaha.

Section 13.04 8.3 Model Pengembangan Usaha

Kebutuhan berprestasi wirausaha (n’Ach) terlihat dalam tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya; b) selalu memerlukan umpan balik yang segera, untuk melihat keberhasilan dan kegagalan; c) memiliki tanggungjawab personal yang tinggi;
d) berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan; e) menyukai dan melihat tantangan secara seimbang.
Wirausaha mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” Pekerti, 1997 (dalam Sutrino, 2003).


BAGAN 3
KERANGKA BERPIKIR TENTANG KEWIRAUSAHAAN








 




















Article XIV.      MANAJEMEN DAN STRATEGI KEWIRAUSAHAAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Mahasiswa setelah pembelajaran pokok bahasan ini diharapkan mampu menjelaskan tentang pelaksanaan manajemen dan strategi kewirausahaan

Section 14.01  

Section 14.02 9.1  Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan

Manajemen kewirausahaan adalah menyangkut semua kekuatan perusahaan yang menjamin bahwa usahanya betul-betul eksis. Bila ingin eksis maka wirausaha harus memiliki kompetensi seperti: fokus terhadap pemasaran, buat ramalan pendanaan untuk menghindari tidak terbiayainya perusahaan, membangun tim manajemen, bukan menonjolkan perorangan dan beri peran tertentu pada setiap anggota tim. Dalam konsep strategi pemasaran terdapat istilah bauran pemasaran (marketing mix) dikenal dengan 4 P atau 5 P yaitu: 1) product (barang dan jasa), price (harga), place (tempat), promotion (promosi) dan Probe (penelitian dan pengembangan). Selanjutnya Mintzberg menggambarkan 5 P dengan konsep yang berbeda yaitu 1) plan (perencanaan), patern (pola), position (posisi), perspective (perspektif), dan play (permainan/taktik). Strategi keunggulan bersaing menurut Porter (1997) adalah :
a)    biaya rendah, keunggulan berasal dari : pengerjaan berskala ekonomis, teknologi milik sendiri dan akses prefernsi bahan baku.
b)    Diferensiasi barang dan jasa dalam hal : diferensiasi produk, sistem penyerahan/distribusi, dalam pendekatan pemasaran, dalam penggunaan peralatan dan kontruksi dan dalam membentuk citra produk.
c)    Fokus; berusaha mencari keunggulan dengan segmen sasaran pasar tertentu meskipun tidak memiliki keunggulan bersaing secara keseluruhan.
Dalam upaya untuk menciptakan strategi intrapreneurial,  perusahaan harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan berikut ini :
1.    Perusahaan yang mempromosikan pertumbuhan pegawai akan dapat merekrut orang-orang yang memiliki kemampuan terbaik.
2.    Tantangan di era tahun 2000-an ini adalah pelatihan kembali para manajer untuk menjadi guru, pelatih dan mentor.
3.    Orang-orang dengan kemampuan terbaiknya mencari perusahaan terbaik yang menyediakan program bonus.
4.    Wewenang manajemen akan degantikan oleh suatu jaringan, dicirikan oleh koordinasi dan dukungan horizontal.
5.    Intrapreneurship dalam korporasi memperbolehkan seorang pegawai.
6.    Mendapatkan kepuasan dari pengembangan ide-idenya tanpa resiko meninggalkan perusahaan.
7.    Perusahaan-perusahaan besar mengambil pelajaran dari bisnis kecil dan belajar bagaimana bisa fleksibel, mendorong inovasi, serta membakar semangat pegawainya.
Menurut John W. Alexander (1989) untuk mendukung strategi  entrapreneurial ini, ada beberapa langkah penting yang perlu dilakukan:
(1) pengembangan visi; (2) dorongan inovasi; (3) penstrukturan suatu iklim intrapreneurial dan (4) pengembangan tim usaha.

Section 14.03 9.2 Memelihara Semangat Kewirausahaan

Pengembangan dan merintis usaha baru memerlukan upaya yang gigih untuk dapat mempertahankan semangat dan perilaku kreatif, yang dapat mendukung pencapaian puncak keberhasilan usaha. Untuk mendorong perilaku kreatif agar wirausaha memperoleh keuntungan di pasar dapat dilakukan dengan cara:
(1)  Mendidik wirausaha tentang pelayanan perusahaan, khususnya tentang alasan mereka membeli produk dan jasa, tentang masalah yang dihadapi pelanggan, dan tentang apa kebutuhan serta keinginan spesifik dari pelanggan.
(2)  Mendidik wirausaha tentang nilai-nilai perbaikan produk dan pemasarannya tentang proses distribusi dan perbaikan teknik produksi untuk dapat bersaing.
(3)  Menciptakan iklim kerja yang positif yang mendorong terciptanya ide-ide baru.
Disamping itu, ada satu cara bagi perusahaan untuk  mengembangkan iklim intrapreneurial, yakni melalui program Intrapreneurship Training Program (ITP). Program tersebut dirancang untuk melatih para peserta untuk mendukung intrapreneurship dalam lingkup pekerjaan masing-masing. Program ini mencakup : pengenalan,  kreativitas individu, intrapreneuring, penilaian budaya yang ada saat ini, perencanaan bisnis dan perencanaan tindakan.  Merubah pola pikir seseorang (mitos) bahwa tidak semua orang bisa menjadi interpreneur sering menjadi hambatan dan membuat langkah menjadi ragu-ragu dalam berusaha. Mitos lain yang perlu dikanter lagi antara lain:  motivasi utama dari seorang entrepreneur (intrapreneur) adalah keinginan untuk kemakmuran, karenanya uang adalah tujuan utama. Padahal secara kenyataan motivasi utama dari entrepreneur (intrapreneur) adalah proses inovasi, yaitu kebebasan dan kemampuan adalah motivasi utama, uang hanya sebuah alat dan symbol kesuksesan. Mitos kedua  entrepreneur adalah pengambil resiko tinggi – mereka adalah penjudi yang memainkan taruhan besar, kenyataan  wirausaha adalah seorang yang realistis dengan mengambil resiko menengah. Karena ia memperhitungkan resiko yang dihadapi.  Pemikiran-pemikiran ini harus selalu dibenahi, untuk dapat mendorong setiap kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat menghasilkan energi positif yang dapat mendorong kearah yang lebih cepat, lebih ringan dan sukses.





 


Article XV.         


Article XVI.      PENGGUNAAN SUMBER DAYA WIRAUSAHA

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah pembahasan pokok bahasan ke sepuluh ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang penggunaan sumberdaya wirausaha dalam  kegiatan usaha maupun pekerjaan kantor

Section 16.01 10.1 Modal Wirausaha

Dalam wirausaha modal tidak selalu berkaitan dengan modal yang berwujud (tangible) seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak berwujud seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental yang dilandasi dengan agama. Secara garis besar modal wirausaha dibagi kedalam empat kelompok yaitu modal intelektual, modal sosial, dan moral, modal mental, serta modal material. Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama yang disertai pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, komitmen dan tanggungjawab sebagai modal tambahan. Ide merupaka modal utama akan membentuk modal lainnya.

Bagan 4
Model Berpikir Proses Terbentuknya  Modal Intelektual










Text Box: Capability:
*Skill *Authority


Text Box: Competency :
* cabability
* authority



 





Skill x knowledge      Capability x authority         Competency  x Comitment        Intellectual Capital

Intellectual Capital = Competency  x Comitment, artinya meskipun seorang wirausaha memiliki tingkat pengetahuan yang tiggi, apabila tidak disertai komitmen yang tinggi, maka ia tidak akan menggunakan modal intelektualnya. Competency = Cabability x authority, artinya wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yang memiliki kemampuan dan wewenang sendiri dalam mengelola  usahanya (mandiri). Capability = Skill x knowledge,artinya kapabilitas wirausaha sangat ditentukan oleh ketrampilan dan pengetahuan, yang dilengkapi oleh sikap dan motivasi untuk selalu berpretasi membentuk kepribadian wirausaha.
Dalam kewirausahaan, kompetensi inti (core competency) adalah kreatifitas dan inovasi dalam rangka menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan dengan berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keunikan (seperti citra). Ketampilan, pengetahuan, dan kemampuan merupakan kompetensi inti wirausaha untuk menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar menawar yang kuat dalam persaingan.
Modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan, sehingga dapat terbentuk citra. Seorang wirausaha yang baik biasanya memiliki etika wirausaha, seperti: 1) kejujuran, 2) memiliki integritas, 3) menepati janji, 4) kesetiaan, 5) kewajaran, 6) suka membantu orang lain,
7) menghormati orang lain, 8) warga negara yang baik dan taat hukum,
9) mengejar keunggulan, dan 10) bertanggungjawab. Dalam konteks sosial dan ekonomi kejujuran, integritas dan ketepatan janji merupakan modal sosial yang dapat menumbuhkan kepercayaan dari waktu ke waktu.
Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi resiko dan tantangan. Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini terbentuk apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal di atas.

Section 16.02 10.2  Pengelolaan Sumber Daya

Para wirausaha haruslah mengetahui bagaimana mempergunakan pelbagai sumberdaya dalam lingkungannya untuk membantu dalam kegiatan-kegiatan wirausaha. Dalam hal penggunaan sumberdaya yang perlu diperhatikan adalah berkenaan dengan bagaimana memperoleh (1) sumberdaya yang langka (misalnya sumberdaya manusia dan uang), (2) menilai kemungkinan-kemungkinan pasar meliputi: menemukan pasar yang menguntungkan, memilih produk yang dapat dijual, menentukan perubahan dalam perilaku konsumen, meningkatkan teknik-teknik pemasaran dan merencanakan sasaran-sasaran realistik. (3) memasarkan produk atau jasa-jasa dengan mengidentifikasi para pelanggan, penetapan harga yang sesuai, menarik pelanggan baru, mempromosikan usaha dan periklanan, hak paten, mengembangkan ekspor impor, memperhatikan persaingan dan faktor luar yang berpengaruh.
(4) menggunakan sumberdaya luar, perlunya melibatkan pihak ketiga apakah perbankan, tenaga advokasi hukum, akuntan, akademisi dll dan  (5) menangani badan-badan pemerintah menyangkut perijinan dan pelaporan, perpajakan, perundang-undangan bisnis, bentuk-bentuk badan usaha pemerintah dan lain-lain menyangkut kebijakan pemerintah.
Berdasarkan teori wirausaha perusahaan yang memperoleh keuntungan adalah perusahaan yang mampu mengelola sumber daya dengan baik. Beberapa strategi dalam mengelola sumberdaya menurut Grant (1991) adalah:
1)    mengidentifikasi dan mengklasifikasi sumber daya (teknologi, kapabilitas SDM, paten merk, kemampuan finansial, kecanggihan pemasaran, pelayanan pada pelanggan, sumberdaya fisik lainnya).
2)    Mengidentifikasi dan mengevaluasi kemampuan dan kapabilitas. Kapabilitas diartikan sebagai apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan melalui kerjasama tim (bukan perorangan) untuk mengembangkan berbagai sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Kapabilitas itu mengintegrasikan ide baru, keterampilan, dan pengetahuan lain yang menjadi kunci berpikir kreatif.
3)    Menyortir dan mengembangkan kapabilitas untuk diterapkan di pasar guna mencapai keuntungan tinggi secara berkesinambungan yang sulit ditiru atau disaingi.
4)    Memformulasikan strategi pengembangan sumberdaya inti dan kapabilitas seefektif mungkin pada semua kegiatan manajemen.

Section 16.03 10.3   Menumbuhkan Kompetensi Kewirausahaan

Wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi yaitu : seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan. Keterampilan yang harus dimiliki :
a.  Managerial skill
Keterampilan manajerial merupakan bekal yang harus dimiliki wirausaha. Seorang wirausahawan harus mampu menjalankan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,  penggerakkan dan pengawasan agar usaha yang dijalankannya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan menganalisis dan mengembangkan pasar, kemampuan mengelola sumber daya manusia, material, uang, fasilitas dan seluruh sumber daya perusahaan merupakan syarat mutlak untuk menjadi wirausaha sukses. Secara garis besar ada dua cara untuk menumbuhkan kemampuan  manajerial, yaitu melalui jalur formal dan informal. Jalur formal misalnya melalui jenjang  lembaga pendidikan sekolah menengah kejuruan bisnis dan manajemen atau melalui pendidikan tinggi misalnya departemen administrasi niaga atau departemen manajemen yang tersebar berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Jalur informal, misalnya melalui seminar, pelatihan dan otodidak serta melalui pengalaman.
b.   Conceptual skill
Kemampuan untuk merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi usaha merupakan landasan utama menuju wirausaha sukses. Tidak mudah memang mendapatkan kemampuan ini. Kita harus ekstra keras belajar dari berbagai sumber dan terus belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain dalam berwirausaha.
c.   Human skill
      Keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi. Supel, mudah bergaul, simpati dan empati kepada orang lain adalah modal keterampilan yang sangat mendukung kita menuju keberhasilan usaha. Dengan keterampilan seperti ini, kita akan memiliki banyak peluang dalam merintis dan mengembangkan usaha. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ini misalnya dengan melatih diri diberbagai organisasi, bergabung dengan klub-klub hobi dan melatih kepribadian kita agar bertingkah laku mentenangkan bagi orang lain
d.   Decision making skill
      Keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan. Sebagai seorang wirausaha, kita seringkali dihadapkan pada kondisi ketidakpastian. Berbagai permasalahan biasanya bermunculan pada situasi seperti ini. Wirausaha dituntut untuk mampu menganalisis situasi dan merumuskan berbagai masalah untuk dicarikan berbagai alternatif pemecahannya. Tidak mudah memang memilih alternatif terbaik dari berbagai alternatif yang ada. Agar tidak salah menentukan alternatif, sebelum mengambil keputusan, wirausaha harus mampu mengelola informasi sebagai bahan dasar pengambilan keputusan. Keterampilan memutuskan dapat kita pelajari dan kita bangun melalui berbagai cara. Selain pendidikan formal, pendidikan informal melalui pelatihan, simulasi dan berbagi pengalaman dapat kita peroleh.
e.   Time managerial skill
      Keterampilan mengatur dan menggunakan waktu. Para pakar psikologi mengatakan bahwa salah satu penyebab atau sumber stress adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktu dan pekerjaan. Ketidakmampuan mengelola waktu membuat pekerjaan menjadi menumpuk atau tak kunjung selesai, sehingga membuat jiwanya gundah dan tidak tenang. Seorang wirausaha harus terus belajar mengelola waktu. Keterampilan mengelola waktu dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan dan rencana-rencana yang telah digariskan (Abdul Muhyi, 2007)

Article XVII.      

Article XVIII.            Soal-soal latihan

Dibawah ini soal-soal yang merangkul pendalaman materi bab 8, 9 dan 10, kerjakan soal-soal ini di rumah, untuk dilakukan pembahasan pada tatap muka berikutnya.
1.    Sebut dan jelaskan prinsip-prinsip dalam mengembangkan usaha.
2.    Jelaskan & beri contoh delapan etos kerja yang perlu ditekuni bagi wirausaha.
3.    Apa saja yang bisa dilakukan dalam merintis usaha baru!
4.    Jelaskan kerangka berpikir pengembangan jiwa wiausaha!
5.    Jelaskan tentang 5 P berhubungan dengan manajemen dan strategi usaha!
6.    Jelaskan pemahaman saudara tentang manajemen dan strategi!
7.    Dalam menciptakan strategi pengembangan usaha pertimbangan-pertimbangan apa yang perlu menjadi perhatian!
8.    Sebutkan berapa langkah yang perlu dikerjakan dalam upaya menumbuhkan perilaku kreatif!
9.    Dalam bekerja, mengapa semangat wirausaha harus selalu dipupuk? Serta bagaimana caranya agar semangat itu tetap ada?
10.  Apa yang menjadi motivasi utama dalam wirausaha, jelaskan.
11.  Sebut dan jelaskan berbagai modal wirausaha yang dibutuhkan!
12.  Jelaskan kerangka berpikir modal intelektual!
13.  Apa yang saudara pahami tentang kompetensi inti!
14.  Dalam pengelolaan sumberdaya, apa saja yang perlu menjadi perhatian saudara?
15.  Sebutkan beberapa strategi mengelola sumber daya!


Article XIX.     


 

Article XX.         


Article XXI.      PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KEUANGAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan bahwa kemampuan perencanaan dan pengendalian keuangan dapat mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan wirausaha


Salah satu bidang kunci sukses wirausaha adalah perencanaan dan pengendalian keuangan. Perencanaan dan pengendalian keuangan sangat menentukan bagi masa depan bisnis. Wirausaha haruslah meluangkan waktu untuk memperbaiki posisi keuangan dari bisnis mereka: menghilangkan kelemahan-kelemahan, mengembangkan kekuatan, belajar dari keberhasilan dan kesalahan masa lampau dan mengatur perkembangan keuangan masa depan (Meredith, 2005). Dengan demikian menjadikan seorang wirausaha menjadi tanggul dan unggul.

Section 21.01 11. 1  Karakteristik Wirausaha yang Tangguh dan Unggul

Menurut Sutrisno, (2003) wirausaha yang perilaku dan kemampuannya lebih menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya secara efisien lazim disebut administrative entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha yang perilaku dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim disebut innovative entrepreneur. Menjadi wirausaha profesional harus memenuhi kriteria ketangguhan dan keunggulan. Adapun ciri dari kedua kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a)  Ciri dan Kemampuan Wirausaha Tangguh
1.    Berpikir dan bertindak strategik, adaptif terhadap perubahan dalam berusaha mencari peluang keuntungan termasuk yang mengandung resiko agak besar dan dalam mengatasi masalah.
2.    Selalu berusaha untuk mendapat keuntungan melalui berbagai keunggulan dalam memuaskan langganan.
3.    Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan perusahaan (dan pengusahanya) serta meningkatkan kemampuan dengan sistem pengendalian intern.
4.    Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan perusahaan terutama dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja serta pemupukan permodalan.
b)  Ciri dan Kemampuan Wirausaha Unggul
1.    Berani mengambil resiko serta mampu memperhitungkan dan berusaha menghindarinya.
2.    Selalu berupaya mencapai dan menghasilkan karya bakti yang lebih baik untuk langganan, pemilik, pemasok, tenaga kerja, masyarakat, bangsa dan negara. 
3.    Antisipasif terhadap perubahan dan akomodatif terhadap lingkungan.
4.     Kreatif mencari dan menciptakan peluang pasar dan meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
5.    Selalu berusaha meningkatkan keunggulan dan citra perusahaan melalui inovasi di berbagai bidang.
Sementara itu dalam suatu penelitian tentang Standarisasi Tes Potensi Kewirausahaan Pemuda Versi Indonesia; Munawir Yusuf (1999) menemukan adanya 11 ciri atau indikator kewirausahaan, yaitu:  (1) motivasi berprestasi;
(2) kemandirian; (3) kreativitas; (4) pengambilan resiko (sedang); (5) keuletan; (6) orientasi masa depan; (7) komunikatif dan reflektif; (8) kepemimpinan;
(9). locus of control; (10) perilaku instrumental dan (11). Penghargaan terhadap uang.

Section 21.02 11. 2  Perencanaan dan Pengendalian Keuangan

Kebutuhan untuk mengukur dan mengendalikan hasil-hasil dari segi keuangan, perlu difokuskan pada 5 (lima) persoalan berikut: (1) rencana-rencana tindakan keuangan; (2) mengembangkan sikap terhadap sumberdaya;
(3) mengukur dan mengendalikan strategi keuangan dan hasil; (4) sukses keuangan melalui orang lain dan (5) perangkat untuk pengendalian dan keputusan-keputusan sistem-sistem infomasi.
  1. Rencana Tindakan Keuangan
Wirausaha perlu bersikap positif  dalam merencanakan masa depan, tindakan sebagai langkah lanjut dari perencanaan keuangan, yang meliputi sepuluh langkah berikut:
1.    Menetapkan tujuan-tujuan keuangan yang tepat bagi perusahaan anda.
2.    Mengevaluasi strategi keuangan alternatif
3.    Mengumpulkan dan mengevaluasi fakta dan angka keuangan untuk melengkapi rencana-rencana
4.    Menetapkan tingkat dan target efisiensi (baik jangka panjang maupun jangka pendek) bagi bisnis dipandang dari sudut imbalan bagi pemilik dan karyawan.
5.    Mengembangkan sebuah rencana keuangan menyeluruh untuk memberikan “peta besar” masa depan.
6.    Memeriksa kebenaran rencana menyeluruh dengan memeriksa setiap unsur untuk memastikan bahwa setiap unsur itu realistik dalam hubungan dengan pengalaman masa lampau.
7.    Menganalisis rencana dengan membandingkannya dengan prestasi standar yang sudah ditetapkan, baik intern maupun ekstern.
8.    Meninjau kembali rencana, merevisi perlunya sampai tercapai sebuah kombinasi strategi dan faktor-faktor yang dapat diterima.
9.    Menggunakan rencana sebagai kekuatan motivasi dengan  mengkomunikasikan hasil-hasil dari perencanaan kepada personalia inti pada semua tahap proses, dan
10.  Memastikan bahwa proses perencanaan diikuti oleh pengendalian yang mencukupi, dan memberitahukan serta memotivasi staf yang terlihat.
b.   Mengembangkan Sikap Terhadap Sumberdaya
Semua kegiatan bisnis berkisar sekitar uang. Jika lebih banyak uang yang masuk dari pada ke luar, akan ada laba. Mengetahui bagaimana wirausaha dalam memanajemeni urusan-urusan keuangan anda adalah penting menjadi mampu memperoleh laba dalam bisnis.
1.    Mengukur sumberdaya anda:  sumber fisik adalah harta, bagaimana anda menggunakan harta, mengembangkan untuk memperoleh laba usaha, itu semua sudah harus bisa diukur dengan jelas.
2.    Mengkur imbalan anda; imbalan bisa berupa uang atas prestasi yang dapat diukur dengan uang. Prestasi ini dapat dilihat dari dua sisi yaitu atas waktu dan investasi yang keluarkan untuk perusahaan, demikian juga nanti akan bisa memberikan imbalan bagi orang lain.
3.    Pengendalian faktor-faktor keuangan  yang meliputi margin bersih atau kotor, putaran sediaan, biaya umum, dan produktivitas staf.
4.    Keuangan; bidang keuangan ini sangat perlu ketelitian misalnya menyangkut likwiditas. Anda harus mengerti siklus keuangan, penggunaan investasi, pengeluaran, laba, imbalan untuk pekerja maupun laba yang ditanamkan menjadi modal kembali.
5.    Pengendalian masa depan meliputi: pengendalian dan monitoring prestasi; revisi dan merumuskan kebijakan yang memperkuat usaha.
c.        Mengukur dan Mengendalikan Strategi Keuangan Serta Hasil
Perlu diperhatikan dalam hal ini adalah : pengendalian faktor-faktor kritis; kecendrungan-kecendrungan; penghasilan laba; perbandingan intern dan ekstern, serta rapat untuk tindakan. Pusat perhatian anda adalah pada pengendalian hasil-hasil dari usaha bisnis, yang menghasilkan tindakan korektif dan menguasai persoalan menemukan dan menggunakan dana untuk pertumbuhan dan perkembangan bisnis.
d.    Sukses keuangan melalui orang lain; sebagai seorang wirausaha, seharusnya menaruh minat dan perhatian pada orang, karena sukses anda tergantung pada upaya maksimal dari seluruh orang yang terlibat dari pihak manajemen, karyawan, diri anda, dan yang tidak kalah pentingnya adalah para klien atau pelanggan anda. Pastikan pelanggan anda puas dan senang berbisnis dengan anda, pastikan karyawan yang anda ajak bekerja memiliki keahlian yang cukup, jujur, dan profesional. Pastikan pihak manajemen telah mengatur gaji atau imbalan pada setiap orang secara tepat, menghargai investasi dan waktu orang juga secara tepat.
e.    Perangkat untuk pengendalian dan keputusan-keputusan sistem-sistem infomasi. Mengusahakan agar karyawan anda terus menerus memperoleh informasi, dilibatkan dan dimotivasi dengan standar-standar prestasi. Informasi merupakan kuncinya dn arus informasi berarti mempunyai sistem informasi yang dapat dipercaya.

Latihan Soal
Jawablah pentanyaan dibawah ini, secara singkat dan jelas!
  1. Sebut dan jelaskan ciri-ciri wirausaha yang tangguh!
  2. Sebut dan jelaskan ciri-ciri wirausaha yang unggul!
  3. Untuk memperoleh kesuksesan dalam pelaksanaan wirausaha, maka faktor perencanaan dan pengendalian keuangan perlu menjadi perhatian, jelaskan!



 

Article XXII.      


Article XXIII.    TANTANGAN KEWIRAUSAHAAN DALAM KONTEKS GLOBAL

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Mahasiswa diharapkan mengetahui berbagai tantangan kewirausahaan dalam kontek global dan mampu menjelaskan bagaimana cara merubah tantangan menjadi peluang.


Meskipun imbalan dalam berwirasuaha menggiurkan, tapi ada juga biaya yang berhubungan dengan kepemilikan bisnis tersebut. Memulai dan mengoperasikan bisnis sendiri membutuhkan kerja keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan kekuatan emosi. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha, tidak ada jaminan kesuksesan. Wirausaha harus menerima berbagai resiko berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tantangan berupa kerja keras, tekanan emosional, dan resiko meminta tingkat komitmen dan pengorbanan jika kita mengharapkan mendapatkan imbalan.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membawa peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global kedalam pasar domestik. Secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang di tandai dengan adanya kekuatan pasar dunia. Maka dari itu kita sebagai warga negara harus bisa bersaing dengan dengan negara lain agar kita tidak tersingkirkan oleh ketatnya persaingan dalam era globalisasi ini.
Para mahasiswa hendaknya menyadari bahwa, tujuan pemberian mata kuliah kewirausahaan adalah untuk:
  1. Membuka wawasan kewirausahaan
  2. Menanamkan sikap kewirausahaan
  3. Memberikan bekal pengetahuan praktis
  4. Memberikan pengalaman awal berusaha
  5. Memberikan bekal kemampuan kecerdasan dasar emosional yang merupakan keterpaduan sinergistik antara kemampuan intelektual, teknikal dan kualitas pribadi (kemampuan personal dan sosial)
  6. Mempersiapkan para alumnus yang memiliki jiwa dan semangat wirausaha dan mampu tampil berprestasi dimanapun bekerja dan mampu beradaptasi menghadapi perubahan di masyarakat
  7. Mempersiapkan alumnus untuk mampu menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri/masyarakat sekitarnya.
Tujuan pembangunan nasional seperti yang dikemukakan dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Sedangkan cita-cita pembangunan adalah melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional tersebut, maka dunia pendidikan dapat berperan serta dalam:
(1) Upaya pemberdayaan masyarakat dalam membina sikap entrepreneurship;
(2) Upaya pemantapan pendidikan kewirausahaan di kampus;
(3) Mengubah pola pikir ke arah globalisasi yang benar dan berkelanjutan.
Untuk mencapainya maka diperlukan kerjasama antara mahasiswa dan masyarakat secara umum agar tercipta kebijakan dasar yang memuat beberapa unsur penting, yaitu:
a)    Mendorong penerapan mekanisme pasar yang bersahabat, yaitu yang sesuai  dengan pemahaman sosial politik serta tujuan pembangunan;
b)    Pemberdayaan masyarakat daerah sebagai pelaku utama ekonomi, baik sebagai produsen maupun konsumen sehingga masyarakatlah yang merasakan langsung dampak pembangunan; dan
c)    Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai suatu upaya transformasi
d)    sistem produksi dari perilaku pasif ke perilaku yang lebih kompetitif.
Mekanisme pasar yang bersahabat (market friendly mechanism) merupakan implikasi dari pelaksanaan demokrasi ekonomi yang memberikan ruang gerak dan kesempatan luas dan terbuka bagi semua pelaku ekonomi. Dalam konteks Indonesia pelaksanaan mekanisme pasar perlu mengikuti dasar :
1)    semangat kebersamaan (cooperative),
2)    terbuka dan transparan (melalui prosedur yang benar),
3)    adil (saling menguntungkan dan saling membantu melalui prinsip perpajakan  dan/atau subsidi),
4)    mampu memberikan peluang seoptimal mungkin peran serta aktif masyarakat dari segala lapisan/kemampuan dalam kegiatan sosial ekonomi produktif.
Pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan dan/atau
meningkatkan kemandirian masyarakat. Dalam kerangka pembangunan daerah, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari beberapa sisi pandang:
1)    Mendorong terciptanya suasana atau iklim usaha yang memungkinkan masyarakat untuk berkembang;
2)    Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai pemberian dukungan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik maupun sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah;
3)    Melindungi, melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah berlangsungnya persaingan yang tidak seimbang, namun sebaliknya diupayakan menciptakan kemitraan sinergis yang saling menguntungkan.


Bagan 4. Tantangan Utama Wirausaha dalam Persaingan Global

 



 



Article XXIV.   LIFE SKILL SEBAGAI UNSUR DALAM BIDANG KEWIRAUSAHAAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan life skill sebagai daya dorong tumbuhnya jiwa kewirausahaan, dan mampu menerapkannya dalam kehidupan organisasi, dunia kerja dan bidang wirausaha.


Section 24.01 13.1  Pengertian Life Skill

Dalam kehidupan keseharian, manusia akan selalu dihadapkan pada problema hidup yang harus dipecahkan dengan menggunakan berbagai sarana dan situasi yang dapat dimanfaatkan. Kemampuan seperti itulah yang merupakan salah satu inti kecakapan hidup (life skill). Artinya kecakapan yang selalu diperlukan oleh seseorang di manapun ia berada, baik yang berstatus peserta didik, pekerja, guru, pedagang, maupun orangtua. Pengertian life skill adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan,  kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

Section 24.02  

Section 24.03 13.2  Ruang Lingkup Life Skill

Kecakapan hidup (life skill) dapat dipilah menjadi lima bagian, ialah kecakapan mengenal diri (self awarness), kecakapan berpikir rasional (thinking skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (academic skill), dan kecakapan vokasional (vocational skill).
(1) Kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan personal (personal skill), adalah kecakapan yang diperlukan bagi seseorang untuk mengenal dirinya secara utuh. Kecakapan ini mencakup :
a) penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan,
b) penghayatan diri sebagai anggota keluarga dan masyarakat,
c) penghayatan diri sebagai warga negara,
d) menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan diri,
e) menjadikan kelebihan dan kekurangan sebagai modal dalam meningkatkan diri agar bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
(2) Kecakapan berpikir rasional (thinking skill) adalah kecakapan yang diperlukan dalam pengembangan potensi berpikir, mencakup :
a)  kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching)
b) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision making skills)
c)  kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skill)
(3) Kecakapan sosial ataukecakapan interpersonal (social skill) mencakup :
a) kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill). Empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan, karena yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan, disertai dengan ‘kesan’ baik, akan menumbuhkan hubungan yang harmonis.
b) kecakapan bekerjasama
 (4) Kecakapan akademik (academic skill) atau kemampuan berpikir ilmiah,  mencakup komponen-komponen :
a) kemampuan melakukan identifikasi variabel,
b) kemampuan merumuskan hipotesis,
c) kemampuan melakukan penelitian,
(5) Kecakapan vokasional (vocational skill), adalah keterampilan yang dikaitkan dengan berbagai bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Secara sederhana dapat dibuat skema pembagian kecakapan hidup yang perlu ditanamkan kepada peserta didik, sebagai berikut :

Bagan 5. Ruang Lingkup Life Skill
                                                   Self Awarness
                                                   Thinking Skill                        General Life Skill 
  Life Skill                                  Social Skill
                                                   Academic Skill                        Specific Life Skill
                                                         Vocational Skill

Section 24.04 13.3   Kurikulum Berorientasi pada Kecakapan Hidup

Program pendidikan berwawasan kewirausahaan adalah program pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup. Program ini dapat disusun dalam bentuk kurikulum khusus atau terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran. Untuk tingkat Pra Dunia pendidikan dan SD sampai perguruan tinggi, program pendidikan berorientasi pada  kecakapan hidup, dapat dikembangkan menjadi sebagai berikut :
(1) Tujuan Pembelajaran :
a)  content objectives, yaitu penguasaan peserta terhadap materi pembelajaran. Tidak semua materi pelajaran harus dikuasai peserta melalui pembelajaran intra kurikuler didunia pendidikan. Materi pelajaran yang memiliki konsep kunci serta tema-tema esensial yang mendorong tercapainya kemampuan generik, yang wajib dimiliki peserta, selebihnya dapat ditugaskan di rumah atau kegiatan lain.
b) Methodological Objectives, yaitu penguasaan peserta terhadap proses penemuan konsep kunci keilmuan, sehingga memungkinkan peserta untuk memiliki dan menguasai proses penemuan konsep kunci (keterampilan proses).
c)  Life skill objectives, yaitu penguasaan peserta dalam mengaplikasikan konsep kunci serta keterampilan prosesnya dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan ini disebut kecakapan hidup karena meliputi content objectives dan methodological objectives dan merupakan kecakapan yang dapat ditransfer dalam berbagai bidang keilmuan dan teknologi. Dalam hal ini peserta TK dan SD berlatih basic intelectual skill dan basic manual skill yang seluruhnya bersifat generik.



(2) Kurikulum Pembelajaran
Materi pembelajaran untuk pembentukan life skill untuk anak TK dan SD menurut Panduan Depdiknas 2002 adalah sebagai berikut :
a)  General Life Skill, meliputi : pendidikan karakter;  pendidikan akademis dan  pendidikan jasmani
b) Specific Life Skill, meliputi : (1) pendidikan personal dan sosial, yaitu :  pendidikan kehidupan dalam keluarga; kebersihan dan kesehatan diri; makanan dan gizi;  penggunaan obat-obatan yang berguna dan tak berguna; kesehatan reproduksi/pendidikan seksualitas;  keamanan diri/ keselamatan diri; pemeliharaan lingkungan;  penggunaan waktu luang;  pendidikan kenegaraan;  advokasi menjadi warga masyarakat dan warga negara. (2) pendidikan keterampilan, disesuaikan dengan minat anak dan kondisi setempat, misalnya : olahraga;  kesenian;  kerajinan;  berkebun/ bertani;  beternak;  bahasa inggris dan asing lainnya dan teknologi sederhana dan komputer (Sutrisno, 2003)

Latihan soal-soal
1.    Jelaskan ruang lingkup life skill  kewirausahaan!
2.    Jelaskan pengertian life skill menurut saudara dan apa pengaruhnya pada jiwa kewirausahaan!
3.    Sebut dan jelaskan kecakapan-kecakapan yang perlu dikuasai seorang wirausaha!
4.    Sebut dan jelaskan tentang pembelajaran Life Skill!



 



Article XXV.        ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa dalam berwirausaha kepentingan akan etika sangat perlu diperhatikan, utuk keberlangsungan organisasi maupun usaha.

Section 25.01 14.1 Etika Bisnis dan Kewirausahaan

Salim Siagian (dalam Sutrisno, 2003) mendefinisikan: “Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.”
Pengertian di atas mencakup esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga menampung wirausaha yang pengusaha, yang mengejar keuntungan secara etis serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat. Semangat, perilaku dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: Wirausaha andal, wirausaha tangguh, wirausaha unggul.
Untuk mencapai ketiga tingkatan itu, selain profesional dibidang usaha, para entrepreneur juga harus dapat menunjukkan usahanya yang berbudi, beretika, ramah lingkungan, mengandung konsep pembelajaran bagi semua pihak dan mampu memberdayakan masyarakat. Etika bisnis adalah manajemen perusahaan yang mengarah pada dua pendekatan, yaitu pendekatan bisnis/ekonomi dan tanggungjawab sosial terhadap lingkungan perusahaan tersebut. Secara nyata  bagaimana bisa menjembatani kepentingan pribadi dan tuntutan moral, melalui penerapan manajemen berkualitas. Ada beberapa prinsip-prinsip etika bisnis antara lain:
1.     Prinsip otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggap baik untuk dilakukan (bebas, kreatip, bertanggungjawab secara etis)
Tanggungjawab atas keputusan dan tindakan antara lain. :
a.    Tanggungjawab pada dirinya sendiri atau bahasa etika pada nuraninya.
b.    Tanggungjawab kepada orang-orang yang mempercayakan seluruh kegiatan usaha dan manajemen kepadanya.
c.    Bertanggungjawab kepada pihak-pihak yang terlibat dengannya dalam urusan usaha.
d.    Bersedia untuk mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya kepada pihak ketiga yaitu masyarakat seluruhnya yang secara tidak langsung terkena akibat dari keputusan dan tindakan bisnisnya.
2.     Prinsip Kejujuran, kejujuran merupakan jaminan dan dasar bagi kegiatan usaha yang baik dan jangka panjang. Wujud kejujuran dalam beberapa aspek:
a.    Kejujuran terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
b.    Kejujuran diwujudkan dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu yang baik.
c.    Kejujuran meliputi juga pola hubungan kerja dalam perusahaan.
3.     Prinsip tidak berbuat jahat (non maleficence) dan prinsip berbuat baik (beneficience) secara inti adalah prinsip moral sikap baik pada orang lain.
4.     Prinsip Keadilan, memperlakukan orang lain sesuai dengan haknya.
5.     Prinsip hormat kepada diri sendiri, semua mempunyai kewajiban moral yang bobotnya sama untuk menghargai diri sendiri. Bahwa kita pantas diperlakukan dan memperlakukan diri kita sendiri sebagai pribadi yang mempunyai nilai yang sama dengan pribadi lainnya. Bahwa setiap keputusan dan tindakan kita adalah cerminan integritas pribadi dari setiap orang.

Section 25.02  

Section 25.03 14.2   Produktivitas dan Lingkungan Kerja

Untuk menuju terwujudnya pendidikan berwawasan kewirausahaan, maka salah satu kuncinya adalah menciptakan “perusahaan” (lembaga) yang dinamis dan fleksibel, manajer bervisi ke depan, serta lingkungan kerja yang kondusif.
1.   Organisasi perusahaan harus dinamis dan fleksibel.
Pengembangan organisasi perusahaan harus didasarkan atas visi, misi dan tujuan yang jelas. Ada delapan roh oganisasi (perusahaan) agar sukses dan panjang umur :
(1) roh kesucian dan kesehatan,
(2) roh kebaikan dan kemurahan,
(3) roh cinta dan suka cita,
(4) roh keunggulan dan kesempurnaan.
2.   Peran manajer sangat menentukan.
Manajer harus memiliki visi ke depan agar mampu mengarahkan dan meningkatkan kinerja perusahaan. Sekurang-kurangnya ada 8 kompetensi manajer bervisi ke depan, ialah : (1) kemampuan strategi, (2) kemampuan sintesis, (3) kemampuan organisasi, (4) kemampuan komunikasi,
(5) kemampuan negosiasi, (6) kemampuan presentasi, (7) dinamika, dan
(8) ketangguhan.
3.    Penciptaan lingkungan kerja yang kondusif.
Ada delapan persyaratan kualitas kehidupan lingkungan kerja disebut kondusif, ialah : (1) upah yang layak dan pantas bagi pekerjaan yang dilakukan dengan baik; (2) kondisi kerja yang aman dan sehat;
(3) kesempatan untuk belajar dan menggunakan keterampilan-keterampilan baru; (4) kesempatan untuk mengembangkan dan memajukan karir;
(5) integrasi sosial ke dalam organisasi; (6) perlindungan terhadap hak-hak individu; (7) keseimbangan antara tuntutan kerja dan bukan kerja; (8) rasa bangga terhadap kerja itu sendiri dan terhadap organisasi.
Berikut beberapa etos kerja yang perlu dikembangkan dalam wirausaha antara lain:
  1. Kerja itu suci, kerja adalah panggilanku, aku sanggup bekerja benar.
  2. Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja keras.
  3. Kerja itu rahmat, kerja adalah terimakasihku, aku sanggup bekerja tulus.
  4. Kerja itu amanah, kerja adalah tanggung jawabku, aku sanggup bekerja tuntas.
  5. Kerja itu seni/permainan, kerja adalah kesukaanku, aku sanggup bekerja kreatif.
  6. Kerja itu ibadah, kerja adalah pengabdianku, aku sanggup bekerja serius.
  7. Kerja itu mulia, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja sempurna.
  8. Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewajibanku, aku sanggup bekerja unggul
Dengan menyimak etos kerja di atas, setiap orang yang bekerja atau berwirausaha akan menuju pada konsep tersebut, misalnya kerja itu suci maka landasan kerja seseorang adalah idealisme, kebenaran dan keadilan dan seterusnya pada etos kerja ke delapan, bahwa sebagai kehormatan kerja memiliki lima dimensi : (1) pemberi kerja menghormati kita karena memilih sebagai penerima kerja (2) kerja memberikan kesempatan berkarya dengan kemampuan sendiri, (3) hasil karya yang baik memberi kita rasa hormat, (4) pendapatan sebagai imbalan kerja memandirikan seseorang sehingga tak lagi jadi tanggungan atau beban orang lain, (5) pendapatan bisa menanggung hidup orang lain. Semuanya adalah kehormatan. Maka respon yang tepat adalah menjaga kehormatan itu dengan bekerja semaksimal mungkin untuk menghasilkan mutu setinggi–tingginya. Dengan unggul di segala bidang kita akan memenangkan persaingan. Max Weber menyatakan intisari etos kerja orang Jerman adalah: rasional, disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan material, hemat dan bersahaja, tidak mengumbar kesenangan, menabung dan investasi (Sutrino, 2003)

Evaluasi
Latihan soal-soal dibawah ini, sebagai panduan belajar mahasiswa dan dikerjakan secara singkat dan jelas!
  1. Jelaskan perbedaan yang saudara ketahui antara wirausaha yang handal, tangguh dan unggul!
  2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan etika bisnis, dan mengapa keberlangsungan sebuah usaha sangat dipengaruhi oleh etika bisnis?
  3. Etika bisnis mengandung kriteria-kriteria tertentu, jelaskan kriteria-kriteria etika bisnis!
  4. Jelaskan prinsip-prinsip etika bisnis dan berikan contoh penerapannya!
  5. Saudara jelaskan syarat-syarat sebuah usaha dapat meningkatkan produktifitasnya!
  6. Sebut dan jelaskan persyaratan kualitas lingkungan kerja!



 



Article XXVI.       BIROKRASI PEMERINTAHAN DALAM KONSEP KEWIRAUSAHAAN

TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan bahwa di dalam organisasi pemerintah, penerapan prinsip-prinsip wirausaha sangat penting, untuk dapat menghasilkan pelayanan yang efektif, efisien, sederhana dan memenuhi kepentingan publik dengan ciri cepat, murah dan berkualitas

Kritik terhadap birokrasi disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: terdapat kegagalan menentukan wewenang dan tanggungjawab secara terbuka, peraturan-peraturan yang bersifat rutin dan kaku, kebodohan para pegawai atau aparatur, gerak pegawai atau aparatur yang yang lambat, prosedur dan proses yang berbelit-beli serta terdapat berbagai macam pemborosan.
Weber mengemukakan tiga tipe ideal dari otoritas:
a.      Otorita tradisional, meletakkan dasar-dasar legitimasi pola pengawasan sebagaimana diberlakukan di masa lampau yang dewasa ini masih berlaku. Para pemegang otorita merasa takut untuk merenggangkan cara pengerjaan tradisional, karena perubahan berikutnya akan mengerogoti sumber-sumber legitimasinya. Bencana dalam sistem otorita tradisional  yang terjadi hanyalah hubungan yang akrab antara penguasa dengan rakyat. Jika penguasa tradisonal meninggalkan nilai-nilai lama misalnya sebagai penengah, maka kepribadiannya boleh jadi telah luntur, tetapi setiap pengganti/penguasa baru selalu akan dipilih melalui cara tradisional, sehingga dengan demikian sistem otorita tetap akan berlanjut.
b.     Otorita  kharismatik, hal ini timbul karena penghambaan seorang kepada individu yang memiliki hal-hal yang tidak biasa atau luar biasa. Individu yang dipatuhi mempunyai sifat yang heroik, ciri-ciri dan sifat pribadinya amat menonjol. Kedudukan pemimpin yang kharismatik tidaklah diancam oleh kriteria-kriteria tradisional. Penguasa kharismatik ini segala komandonya dipatuhi  oleh pengikutnya karena dianggap akan membawa ke arah tujuan.
c.      Otorita legal rasional, didasarkan atas aturan-aturan yang bersifat tidak pribadi yang ditetapkan secara legal. Kesetiaan, kepatuhan adalah manakala seseorang melaksanakan otorita kantornya hanya dengan legalitas formal dari pemimpinnya dan hanya terbatas pada jangkauan kantornya.
Ketiga model ini, tidak mampu merubah penampilan dari sisi pelayanan pemerintah, dengan ciri penampilannya adalah kinerja korup, tidak efisien, tidak memihak pada masyarakat lemah, dan berbagai kegiatan rutin pemerintah yang tidak mencerminkan ciri-ciri wirausaha. Bentuk kebiasaan korupsi dalam sistem politik, aturan-aturan yang kaku, kurang tanggap terhadap keinginan publik/masyarakat, kelemahan dan penyimpangan dalam perwakilan sistem politik, jarak antara teori dan implementasi operasional, rendahnya penerapan sistem penghargaan dan hukuman, dan rendahnya profesionalisme dan keahlian dalam pelayanan. Beberapa kelemahan yang dimiliki birokrasi pemerintah menurut Noel M. Tichy antara lain :
1.    Technical design problems yakni strategi perencanaan yang meliputi produksi, ancaman lingkungan, kesempatan/peluang, sosial, keuangan, dan sumber daya teknis, juga terkait dengan rumusan tujuan, bentuk strategi, desain organisasi dan system manajemen.
2.    Policy alocation problems yakni berkaitan dengan pemberdayaan sumber-sumber manajemen, sehingga organisasi akan mendapatkan suatu keuntungan, yang meliputi program kompensasi, keputusan karier, anggaran, kekuatan struktur internasional, waktu dan perhatian pimpinan.
3.    Cultural problem yakni berkaitan dengan nilai, obyektifitas, kepercayaan, asumsi, propaganda, intuisi dan metode trial and error.
Ketiga kondisi ini memperparah sistem pelayanan birokrasi kita, secara teknis merupakan kelemahan dalam mengatur teknis kerja, keuangan, desain pekerjaan dan struktur organisai pemerintah yang tidak ajeg. Selanjutnya ketimpangan kebijakan, overlapping kebijakan serta ketidak ajegan peraturan dan perundang-undangan, memberi kontribusi besar terhadap pemborosan anggaran negara maupun anggaran publik yang harus ditanggung oleh masyarakat. Disamping itu budaya kerja yang korup, memihak, menyepelekan teknis keahlian dan KKN lainnya, membuat birokrasi kita lambat, tidak kompetitif dan tidak memberi pembelajaran yang baik bagi seluruh komponen yang terlibat. Selanjutnya tampilan birokrasi adalah ukuran formal, kaku, rutinitas, pelaksanaan/operasionalisasi yang tidak fleksibel, lamban, tidak praktis, peran eksekutif sangat menonjol, menggunakan pendekatan yang otoriter, terikat pada konsep, arogan, tidak punya inisiatif, boros, pembengkakan anggaran, berbelit-belit, sangat prosedural, saling melempar tanggung jawab, dan berfikir sempit.
Rekomendasi yang tidak bisa ditawar-tawar adalah mewirausahakan birokrasi “reinventing governance”. Ciri penampilan wirausaha di bidang pemerintahan adalah pegawai yang disiplin, kreatif, inovatif, bertanggungjawab dan selalu dapat mengembangkan kepentingan birokrasi ke arah lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah.  Sebenarnya banyak hal yang bisa dikerjakan untuk mengirit anggaran pemerintah antara lain: rekruitmen pegawai yang tepat (the right man on the right place), sistem anggaran berbasis kinerja, laporan keuangan yang akuntabel, pengelolaan badan usaha negara yang profesional dan usaha perbankan yang efektif. Dalam hal mewirausahakan birokrasi di sini dapat diikuti rekomendasi sebagai berikut:
Prinsip Customer driven government, sebagaimana yang dikemukakan oleh David Osborne dalam buku Reinventing Government dapat diartikan berusaha mencari titik temu dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan bukan memperhatikan birokrasi karena kualitas pelayanan pada hakekatnya ditentukan oleh masyarakat. Kemudian namun konsep Osborne mendapat kritik dari model ideal organisasi sebagaimana dikemukakan oleh: Henry Mintzberg yaitu
1.    Struktur yang sederhana: mengutamakan mekanisme koordinasi melalui pengawasan langsung; strategi puncak sebagai bagian terpenting dari organisasi; struktur organisasi yang sentralisasi sebagai bentuk ukuran utama organisasi, sesuatu yang baru, kecil, tidak berpengalaman dalam hal-hal teknis, sederhana, lingkungan yang dinamis, memungkinkan terjadinya permusuhan sebagai akibat adanya perbedaan yang mendasar atau kuatnya perebutan kekuasaan untuk posisi puncak dan bersifat kuno  sebagai faktor-faktor kemungkinan yang akan terjadi pada organisasi yang memiliki struktur yang sederhana;
2.    birokrasi yang digerakkan seperti mesin, mengutamakan mekanisme koordinasi melalui standarisasi dari setiap proses pekerjaan; struktur teknis sebagai bagian terpenting dari organisasi; perilaku yang sifatnya formal, spesialisasi jabatan yang bersifat vertikal dan horisontal, biasanya kelompok fungsional, unit operasi yang besar. Sentralisasi vertikal dan desentralisasi horisontal yang terbatas serta mempunyai rencana kegiatan sebagai bentuk ukuran utama organisasi; tua/lamban, besar, bersifat mengatur, sistem teknis yang tidak otomatis, sederhana, lingkungan yang stabil, pengawasan eksternal dan tidak modern (kuno) sebagai faktor-faktor kemungkinan yang akan terjadi pada organisasi birokrasi yang digerakkan seperti mesin.
3.    Birokrasi yang profesional, mengutamakan mekanisme koordinasi melalui standarisasi keahlian; inti operasional sebagai bagian terpenting dari organisasi; latihan, kekhususan pada pekerjaan yang sederajat, pemusatan secara vertikal dan horisontal sebagai bentuk utama ukuran organisasi; lengkap, lingkungan yang stabil, tidak ada aturan, tidak didasarkan pada pengalaman, cocok dalam segala situasi sebagai faktor-faktor kemungkinan yang akan terjadi pada organisasi birokrasi profesional
4.    Organisasi model desentralisasi; mengutamakan mekanisme koordinasi melalui standarisasi output; garis tengah organisasi  sebagai bagian terpenting dari organisasi; kelompok-kelompok bisnis/swasta, sistem pengawasan dan pemusatan vertikal secara terbatas sebagai bagian bentuk utama ukuran organisasi; variasi pasar, khususnya produk jasa, berpengalaman luas, kewenangan berada pada pemimpin menengah, dan cock dalam segala situasi sebagai faktor-faktor kemungkinan yang akan terjadi pada organisasi model desentralisasi.
5.    Organisasi model Adhocracy; mengutamakan mekanisme koordinasi melalui saling penyesuaian diri; dorongan staf dalam organisasi  sebagai bagian terpenting dari organisasi; struktur organik, pemusatan secara selektif, spesialisasi kerja secara sejajar, pelatihan fungsional dan kemitraan dengan kelompok swasta sebagai bagian bentuk utama ukuran organisasi; lengkap, dinamis, (kadang-kadang terpisah), lingkungan, pengalaman dan seringkali terdapat sistem teknis secara otomatis, luwes dalam penempatannya sebagai faktor-faktor kemungkinan yang akan terjadi pada organisasi model Adhocracy.
Pertentangan ini harus disikapi, dengan kemampuan yang kreatif sehingga dapat mengambil langkah yang kontruktif untuk dapat membangun birokrasi, yang sederhana, lincah dan produktif, sesuai dengan situasi, kondisi dan peluang yang ditawarkan oleh lingkungan dan tuntutan pelayanan publik.

Evaluasi
  1. Sistem pelayanan birokrasi pemerintah, seringkali mendapatkan kritik dari masyarakat, jelaskan tentang pendapat tersebut menurut pengalaman saudara!
  2. Sebut dan jelaskan tipe-tipe ideal webberm dan sumbagannnya bagi kemajuan organisasi pemerintah dan swasta di dunia!
  3.  Jelaskan beberapa kelemahan  birokrasi pemerintah, dan bagaimana cara menganggulanginya!
  4. Sebut dan jelaskan teori-teori David Osborne tentang mewirausahakan birokrasi pemerintah!



Selamat Belajar dan Sukses!

Section 26.01          

Section 26.02          

Section 26.03         Kepustakaan


Abdul Muhyi, H, 2007.  Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan. UNPAD, Bandung
Abdul Wahab, Solichin, 1999, Ekonomi Politik Pembangunan; Bisnis Indonesia Era Orde Baru dan Di tengah Krisis Moneter, PT Danar Wijaya Brawijaya University Press.
Alma, Buchari, 2007, Kewirausahaan, Edisi Revisi, Penerbit Alfabeta, Bandung
Burton, John. W. ‘World Society’ in Viotti, Paul R. 1993. International Relations Theory: Realism, Pluralism, Globalism New York: Macmillan Publishing Co.
Chitwood, Stephen R, 1994, Social Equity and Social Service Productivity. Public Administration Review (34), 29-35
Clarke, M. and J Steward, 1998, Public service orientation-developing the approach,  Local Government Policy Making 13, 4,: 23-42
Daniel Jennings, 1994. Multiple Perspectives of Entrepreneurship: Text, Readings, and Cases. South- Western Publishishing Co.
Jeffry Timmons and Stephen Spinelli.2007.  New Venture Creation, Entrepreneurship for the 21st Century. 7th ed., McGraw-Hill Education, International.
Gilpin, Robert, 1987. ‘Multinational Corporations and International Production’ in The Political Economy of International Relations New Jersey: Princeton University Press, 231-252.
Hesmondhalgh, Desmond, 1998. ‘Globalisation and Cultural Imperialism: a Case  Study of the Music Industry’ in Kiely, R. & Marfleet, P. (eds.) Globalisation And The Third World New York: Routledge
Johnston, Van R., 1996. Optimizing Productivity Through Privatization and Entrepreneurial Management. Policy Studies Joumal. Vol 24. No. 3
Kasmir, 2007, Kewirausahaan, PT Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.
Keohane, Robert, O. & Joseph Nye, 1993. ‘Realism & Complex Interdepence’ in Viotti, Paul R. 1993. International Relations Theory: Realism, Pluralism, Globalism New York: Macmillan Publishing Co
Keohane, Richard, 1993. ‘Cooperation and International Regimes’ in Marc Genest, 1996. Conflict and Cooperation: Evolving Theories of International Relations Orlando: Harper Collins
Masykur Wiratmo, 1994, Kewirausahaan: Seri diktat kuliah, Gunadarma, Jakarta.
Mas’ud & Mahmud Machfoedz, 2004, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Meredith, G, 2005. Kewirausahaan, Teori dan Praktek.  PPM, Jakarta.
Peter Drucker, 1985. Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles. William Heinemann Ltd.
Peterson, Dean, 1999. ‘A Brief History of Human Rights’ in Social Problems: Globalization in the Twenty-first Century New Jersey: Prentice Hall (m.s. 39-61)
Philip Wickham, 2004 .Strategic Entrepreneurship. 3rd ed., Pearson Education Limited.
Prahalad, 2005. The Fortune at The Bottom of the Pyramid. Wharton School Publishing.
Robin Lowe and Sue Marriot, Enterprise: Entrepreneurship and Innovation, Concepts, Contexts, and Commercialization, Butterworth-Heinemann, 2006, hal 18 – 20 dan 65 – 84.
Soesarsono, 2002, Pengantar Kewirausahaan, Buku I, Jurusan Teknologi Industri IPB, Bogor
Sutrisno, Joko, 2003. Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak Usia Dini  Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains  Program Pasca Sarjana, IPB, Bogor
Suryana, 2001, Kewirausahaan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Tomlinson, John, 1997. 'Cultural Globalization and Cultural Imperialism' in Morality' in Ali Mohammadi. International Communication and Globalization London: Sage Publications
Triton PB., 2007, Entrepreneurship : Kiat Sukses Menjadi Pengusaha, Tugu Publisher, Yogyakarta.
Winardi, 2003, Entrepreneur & Entrepreneurship, Kencana, Jakarta.
Winarto, 2008. Membangun Kewirausahaan Sosial: Meruntuhkan dan Menciptakan Sistem Secara Kreatif. Makalah Seminar Pada Pasca Sarjana, UGM Gadjah Mada 22 Februari 2008.
Winarningsih, Srihadi, 2006. Menyikapi Globalisasi dan Meningkatkan Budaya Kewirausahaan. srihadi.winarningsih@fe.unpad.ac.id, UNPAD, Bandung